10. Bangkok

1.2K 159 68
                                    

[ Meal log 47 – Liquid Fast ]

b'fast : iced water (0)

lunch : water (0)

dinner :

exercise : sit up (120)

total calories : (-120)


Aku terbangun. Jam berapa ini?

Astaga, sudah berapa lama aku tertidur? Tidak ada yang mengetuk pintu. Orang tuaku sepertinya terlalu sibuk mengurus anak-anak dan pekerjaannya. Hingga untuk sekadar melirik keadaanku saja tak sempat.

Tapi tidak apa sih, paling tidak tidur siang tadi nyenyak juga.

Dengan sigap, aku langsung mencari-cari keberadaan Singto. Ternyata dia sudah lenyap, entah ke mana. Kurasa ia pulang ke rumah dan menyiapkan segala keperluan untuk nanti.

Angin semilir tadi ternyata berubah jadi gemuruh. Hingga ia menutup jendela tanpa diminta. Hari sudah menjelang malam ternyata.

Aku merenggangkan tubuhku. Lalu pergi ke luar kamar demi memastikan keberadaan para penghuni rumah. Ternyata rumah sunyi senyap. Hanya ada notes kecil tertempel di kulkas, bersanding dengan gambar Pear dan Tee yang payah.

Kami keluar ke supermarket sebentar. Nanti ibu masak makan malam <3

- mama

"Oh." Mulutku membentuk huruf 'o' setelah membaca tulisan tangan milik ibu.

Tunggu, mungkin aku bisa pergi sekarang? Tapi aku tak yakin juga sejak kapan mereka meninggalkan rumah.

Sebenarnya bisa saja kuanggap mereka baru saja pergi. Mengingat Ibu dan Ayah pasti harus mengurusi pekerjaan mereka siang tadi. Jangan lupa keberadaan Singto yang sepertinya masih ada saat menjelang sore.

"Jam tujuh malam." Aku melirik jam dinding.

Tidak apa sih. Sebenarnya aku masih punya dua jam lagi. Jadi tak perlu terburu-buru. Tapi di lain sisi, aku enggan juga untuk melewatkan kesempatan emas ini. Aku bisa meninggalkan kunci rumah di bawah keset dan pergi. Mereka juga pasti masih sibuk mengurusi belanjaan mereka di supermarket.

Baiklah kalau begitu.

Tanpa pikir panjang, aku langsung masuk ke kamar. Kukenakan jaket merah terang yang dipadukan dengan celana jeans sisa pergi bersama Singto kemarin. Aku menatap ke cermin. Meyakinkan diri sendiri kalau aku akan baik-baik saja.

"Sing, kita bakal hidup bahagia di sana!" Ujarku sambil menatap fotoku dengan Singto dengan penuh harap. Lalu kumasukan foto itu di kantong.

Hey, apa aku harus operasi plastik? Supaya Ibu dan Ayah tak mudah mengenaliku saat masuk TV nanti?

Aku tertawa kecil. Menertawai isi pikiranku sendiri. Kemudian kuambil tas ranselku yang sudah siap. Seketika aku bergegas keluar rumah. Mengunci pintu depan dan menaruh kuncinya di bawah keset. Memastikan kalau semua sudah benar-benar aman. Aku tak mau jadi yang bertanggung jawab atas kasus perampokan di kala aku 'menghilang'.

Buru-buru aku berjalan ke rumah Singto yang tak jauh dari situ. Memanggil namanya dari halaman samping rumahnya. Tak ada balasan. Justru kamarnya terlihat gelap gulita.

Aku kebingungan. Kemana Singto pergi? Tapi aku juga tak mau bertemu dan bertanyaa pada orang tuanya. Siapa yang mau mengizinkan anaknya pergi bermain ke luar malam-malam begini?

Lunchbox Friends - [ Singto x Krist ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang