8. Purge

621 125 10
                                    

[ Meal log 46 – Liquid Fast ]

b'fast : water (0)

lunch :

THAT FUCKING STRAWBERRY BINGSOO (807)

a bit of Singto's chocolate bingsoo (200??)

tteokbokki (374)

dinner : half of mom's pad thai (298)

exercise : masturbating (idk??)

total calories : (1679) :(


Dadaku makin sesak melihat isi tulisanku sendiri. Aku tak menyangka kalau aku bisa menyerap kalori sebanyak itu dalam satu hari. Bingsoo tadi siang ditambah tteokbokki yang kumakan tanpa sadar. Belum lagi ibu yang memaksaku untuk makan pad thai buatannya. Dietku benar-benar berantakan hari ini.

Kuingat wajah Singto yang senang karena akhirnya aku bisa makan tanpa ragu. Ia tak tahu sebenarnya aku sedang menderita di sini. Selama jalan pulang aku tak bisa berhenti memikirkan apa saja yang masuk ke dalam tubuhku. Dan mengecek semua hitungan kalori dalam makanana tadi malah membuat semuanya memburuk.

"Timbang dulu." Aku berusaha tenang lalu mengambil timbangan dari bawah kasur.

55.6 kg

Bagai ada petir yang menyambar tubuhku. Aku benar-benar frustasi! Berkali-kali aku mengumpat pada diriku sendiri. Baru sekali pergi makan saja berat badanku naik drastis. Bagaimana aku sebulan atau bahkan setahun dengannya?

"Dasar pemalas! Gitu aja kegoda!" Kutatap wajahku dalam-dalam dari pantulan kaca. Melihat sosok pecundang yang ada di hadapanaku. Tamparan keras kuarahkan ke pipiku sendiri. Kesal dengan perlakuanku tadi pagi.

Kalau begini terus kapan aku bisa disiplin? Baju-baju bagus itu tentu tak mau lama menunggu. Aku harus bisa bagus dalam pakaian itu akhir bulan ini. Lalu ikut audisi idol secara online yang sebenarnya kupunya kesempatan lebih besar karena aku akan pergi ke kota.

Tapi sekarang aku malah menghancurkannya sendiri. Dasar bodoh!

"Fuck." Umpatku yang penuh frustasi.

Olahraga seperti apa yang bisa membakar sebegitu banyak? Aku seperti tak punya pilihan lagi.

Buru-buru aku beranjak ke kamar mandi. Penghuni rumah pasti sudah tidur sekarang. Jadi tentu sekarang aku bisa melakukannya dengan leluasa. Aku mengunci pintu. Menyatu dengan ubin dingin, berusaha sekuat tenaga agar tangisanku tak terdengar keluar.

Keran air kunyalakan. Kulihat refleksiku di cermin. Rasa benci pada diriku sendiri makin memuncak. Kesal dengan kelakuanku sendiri. Kenapa aku bisa sebodoh itu? Justru harusnya dengan diet itu aku bisa berprogress sekarang!

You know what? Fuck this!

Aku membuka tutup kloset. Mengambil sikat gigi putih biru yang sudah lama tak menjalankan tugasnya sampingan-nya malam-malam begini. Kumasukkan ujungnya jauh dalam tenggorokanku. Membayangkan betapa menjijikannya makanan yang kumakan hari ini. Aku tak membiarkan mereka berlama-lama dalam tubuhku.

Kukeluarkan isi perutku dengan paksa. Berharap tak ada lagi yang tersisa. Kembali kudorong kasar sikat gigi ke dalam mulut tanpa rasa takut. Akhirnya aku muntah berkali-kali karena rasa tak nyaman yang sebenarnya kuciptakan sendiri.

Aku terus melakukannya hingga tubuhku gemetar karena lemas. Sesekali aku membetulkan alur nafasku. Membiarkan oksigen masuk yang kuharap dapat menghadirkan perasaan tenang. Bajuku basah karena keringat. Perawakanku juga pasti berantakan.

Tapi aku merasa lebih ringan sekarang. Setidaknya itu yang membuatku merasa lebih baik.

"Krist?" Seseorang menggedor pintu dengan kasar. "Kamu di dalem?"

Itu ayah tiriku. Isi kepalaku berantakan. Tapi aku tak mau masalah makin parah. Jadi aku memilih diam saja. Aku masih linglung. Tubuhku benar-benar lemas hingga tak sanggup kugerakan. Punggung kusandarkan pada tembok kamar mandi. Duduk menghadap pintu sambil melihat ayah tiriku sibuk memanggil namaku dari balik pintu.

Ternyata pintu kamar mandi kami payah. Sekali pintu dibuka paksa, langsung nampak ibu dan ayah tiriku berdiri menatapku dengan perasaan kaget sekaligus kecewa. Aku bisa bilang sebenarnya kalau aku mual karena keracunan pad thai buatan ibu.

Namun percuma saja, sikat gigi itu masih kugenggam ternyata. Bagai saksi bisu, ibu langsung tahu apa yang terjadi. Tentu ini bukan kali pertamanya ia menemukanku begini.

"Nice." Ibu mengangguk seakan sudah paham situasiku. "Besok kita ke food clinic."

Seketika aku menggeleng cepat. Tentu aku tidak mau lagi bertemu dokter lalu dipaksa ini dan itu sampai akhirnya tubuhku kembali seperti paus. Aku mulai menangis dan memohon agar ibuku tak akan benar-benar melakukannya. Namun, sepertinya mata hati ibu sudah tertutup. Ia enggan mendengar sepatah kataku.

"PAPA KENAPA DIEM AJA? JAWAB!" Teriakku, bermaksud minta bantuan dari ayah tiriku. Tapi memang tidak ada yang bisa diharapkan darinya. Semua sunyi senyap.

Lalu bagaimana nasib perjalananku dengan Singto nanti. Kini semua rencananya berantakan. Aku menghela nafas kesal. Mau sampai kapan aku terus menaruh diriku sendiri pada situasi buruk begini? Dan buruknya lagi, aku sudah terjebak tanpa pilihan sekarang.

Lunchbox Friends - [ Singto x Krist ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang