Part 4

21 3 2
                                    

"gue gak bisa kasar perempuan kalo tangan lu sakit bilang tapi sorry gue gak bisa lepasin karena lu udah buat gue jadi penasaran. Lu itu perempuan yang aneh, gak jelas, emmm pokok nya beda lah. Mending lu bilang satu kata aja" ucap Arka yang terus memaksaku untuk bicara tapi aku tetap diam dan pada akhirnya Arka mulai kesal lalu dia menarikku, mengambil bekal ku, lalu membawaku turun dari balkon.

"ikut gue!," ucap arka seraya menarikku yang sepertinya menyuruhku untuk mengikutinya.

.
.
.

Arka membawa ku ke danau yang berada di sebuah tempat pada saat jam KBM akan dimulai. Aku takut karena sebelumnya aku nggak pernah bolos.

Pada saat sesampainya disana ternyata itu adalah tempat yang sangat membuatku nyaman akan kesepiannya. Lalu aku pun meminta untuk melepaskan genggamannya dengan menarik-narik tanganku. Berjalan mendekati danau itu dan menikmati suasana ini seraya memejamkan mata.

Arka P.O.V

Melangkah mendekati Jingga seraya menatap wajahnya yang penuh akan keanehan, keheningan dan kesepian. Tenang dan nyaman saat aku ada didekatnya. Berbeda itu yang sedang aku pikirkan, dia memang aneh suka menyendiri tapi keanehan itu yang membuatku ingin mengenalnya.

Tak lama kemudia Jingga pun sadar jika aku sedang menatapinya tapi aku tak perduli kalu Jingga sadar yang terpenting aku ingin mengingat wajah itu dalam hati dan pikiranku dan lagi- lagi Jingga merundukkan kepalanya saat aku memandanginya.

"By the way lu nggak mau duduk?," ucapku seraya duduk di tepi danau itu.

Tetapi Jingga menjauh mendekati perahu. Sepertinya dia ingin menaiki perahu tersebut lalu aku pun berdiri dari dudukku tadi dan mengikuti Jingga.

"lu mau naik perahu?," Tanyaku kepada Jingga dan tak ada jawaban sedikitpun dari Jingga.

"sini tangan lu! Lu mau naikkan?," seruh ku kepada Jingga dan Jingga pun menaiki perahu itu dengan suara yang lembut.

"hey lu Arka kan?," Tanya Jingga pada saat aku hendak menggambil dayung.

"ha em iya apa?," jawab ku yang seketika kaget karena Jingga pun mengeluarkan suaranya.

"lu itu Arka anak baru itu kan ?," tanya Jingga sekali lagi.

"iya, kenapa ?."

"nggak papa, Cuma tanya."

"ouuhhh gitu, by the way nih bekal kamu?."

"emmm thanks ya," ucap Jingga seraya mengambil bekal yang aku bawa lalu dia membukanya dan menawarkanya ke aku.

"nih ambil!," ucap Jingga menawarkan makanan itu.

"nggak usah makasih," tolak ku dengan tersenyum ramah.

"ambil satu gih cepet!," ucap Jingga

"oke-oke makasih," seraya aku mengambil sepotong roti yang di bawa Jingga dan aku memakannya.

"gimana suasananya?, lu suka suasana yang kek gini kan tenang, asri, nggak ramai. Tapi kenapa lu suka suasana kek gini dan lu kenapa kok suka sendiri dibandingkan bergaul sama temen-temen waktu istirahat sekolah?," tanyaku sambil mendayung.

Akupun menoleh kearah Jingga karena pertanyaanku tak diresponnya. Saat aku melihatnya ternyata Jingga sedang menulis tapi entah apa yang sedang di tulisnya. Dari yang kulihat sepertinya Jingga tak bisa diganggu.

.
.
.

Author P.O.V

Saat perjalanan menuju ke Sekolah Jingga melihat ada seorang penjual arum manis di dekat sekolah. Penjual arum manis itu telah membuat Jingga berhenti. Jingga sangat ingin membeli arum manis itu akan tetapi sepertinya jingga tak membawa uang karena ia menaruh uangnya didalam tas.

Jingga memeriksa sakunya untuk mencari uang, mungkin ada uang yang bisa ia temukan. Pada saat itu juga Arka melihat Jingga lalu Arka melihat sekeliling dan melihat penjual arum manis yang tepat berada di depan Jingga.

Tanpa berfikir panjang Arka langsung membeli Arum manis itu dan Jingga melihatnya. Akan tetapi Jingga pergi meninggalkan Arka dengan menghela nafas. Karena Jingga berfikir bahwa Arka membeli itu hanya untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain. lagi pula itu cuma arum manis yang di lain hari Jingga juga bisa membelinya meski yang orang itu jual hanya tinggal satu.

Setelah Jingga pergi mengambil tas dan kembali ke gerbang untuk menunggu Arsyah menjemputnya, Jingga merasa ada yang menghampirinya lalu Jingga menoleh kebelakang dan ternyata itu temannya.

"Jingga itu resleting tas mu kebuka," Ucap teman jingga.

"Ha... Ouuhh," ucap Jingga.

"Makasih ya," Lanjut ucap jingga seraya menutup resleting tasnya.

"Oke sama-sama, aku duluan ya?."

"Hati-hati di jalan."

Tak lama setelah itu Arsyah pun datang dan menyuruh Jingga untuk masuk kedalam mobil. Saat Jingga ingin membuka pintu mobil, Jingga melihat ada seseorang yang menghampirinya dengan mengendarai motor sport berwarna merah. Orang itu memberinya arum manis.

Jingga sempat terkejut. setelah Jingga mengambil arum manis itu ia pun pergi tanpa mengucap sepatah kata pun kepada Jingga. Jingga tak bisa mengenalnya karena ia mengenakan helm.

"Jingga ayo masuk! Tunggu apa lagi bunda sudah masakin makan siang dirumah."

"Iya bang Arsyah."

Selang beberapa menit Arsyah mengajak Jingga berbicara dan melontarkan sebuah pertanyaaan kepada Jingga.

"Siapa tadi?," tanya Arsyah

"Jingga juga nggak tau itu siapa," jawab Jingga dengan memandangi arum manis itu.

"Udah nggak usah bohong sama Abang cerita aja Abang siap dengerin cerita Jingga," ucap Arsyah seraya mengusap puncak kepala Jingga dengan tersenyum.

"Ihh apaan si bang, Jingga nggak bohong. Jingga beneran nggak tau itu siapa, lagi pula kapan Jingga bohong sama Abang?," ucap Jingga dengan menjauhkan kepalanya dari tangan Arsyah.

"Oke-oke Abang percaya. Tapi nanti kalau Jingga udah punya pacar yang harus Jingga kasih tau pertama adalah Abang oke."

"Apaan sihhh bang Jingga nggak punya pacar."

"Nanti Jingga."

"Huufftt,- serah Abang lah."

"Hidihh gitu aja ngambek."

"Hemm," jawab Jingga singkat.

"Ulululuuu ade Abang udah ngerti cinta," ejek Arsyah seraya mencubit pipi Jingga yang sedang memerah.

Disetiap perjalanan Jingga melamun dengan melihat ke jendela mobil. Jingga masih bingung dan terheran-heran. Jingga hanya ingin tahu siapa yang sudah memberikannya arum manis itu.

"Tin tin."

Tiba-tiba Arsyah mengerem mobil mendadak dan hilang kendali yang membuat Jingga hendak kejedot bagian depan mobil yang sedang Jingga duduki akan tetapi dengan sigap Arsyah menolong Jingga. Arsyah menahan badan Jingga agar tetap meyandar pada kursi akan tetapi hal itu telah membuat tangan kanan Arsyah keseleo akibat tidak bisa menahan kemudi yang sedang oleng.

Arsyah kesakitan dan perlahan-lahan Arsyah memberhentikan mobilnya di pinggir jalan. Tadi Arsyah melihat seekor Anak kucing di tengah jalan, Arsyah keluar dari mobil untuk memeriksa apakah Anak kucing itu baik-baik saja.

Saat Arsyah keluar dari mobil Jingga mengambil arum manis yang terjatuh dan Jingga mengingat sesuatu. Kalau tadi pada saat kembali kesekolah Jingga melihat Arka membeli arum manis. Akan tetapi Jingga tidak ingin mempercayai apa yang sedang ada di benaknya.

Setelah mengambil arum manis itu Jingga menghampiri Arsyah untuk melihat apa yang sudah terjadi. Jingga melihat anak kucing sedang kesakitan, Jingga tidak tega melihatnya dan berniatan untuk membawa anak kucing itu pulang.

AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang