Part 5

18 2 0
                                    

Saat Arsyah keluar dari mobil Jingga mengambil arum manis yang terjatuh dan Jingga mengingat sesuatu. Kalau tadi pada saat kembali kesekolah Jingga melihat Arka membeli arum manis. Akan tetapi Jingga tidak ingin mempercayai apa yang sedang ada di benaknya.

Setelah mengambil arum manis itu Jingga menghampiri Arsyah untuk melihat apa yang sudah terjadi. Jingga melihat anak kucing sedang kesakitan, Jingga tidak tega melihatnya dan berniatan untuk membawa anak kucing itu pulang.

.
.
.

Arsyah P.O.V

"Assalamu'alaikum bunda, Jingga bawa anak kucing kerumah boleh yaaa? ," ucap Jingga dan selanjutnya melontarkan sebuah pertanyaan kepada Bunda.

"Wa'alaikumsalam," Jawab Bunda seraya menghampiriku dan Jingga.

"Ini kucing siapa Jingga?," tanya Bunda seraya membantu Jingga menyiapkan tempat untuk anak kucing itu.

"Jingga nggak tau, Jingga sama Abang  nemuin di Jalan."

"Oke sudah siap, sekarang kalian beres-beres setelah itu langsung makan siang."

"Jingga Abang ke kamar dulu yaaa," Ucapku seraya mengusap puncak kepala Jingga dan mencubit pipinya yang ranum.

"Hemmm," Jawab Jingga yang sedang sibuk dengan kucingnya.

"Ihhh kok gitu jawabnya?," Ucapku dengan mencolek hidung Jingga.

"Iya iyaaa, udah sana gih Abang ke kamar!."

"Siappp nonaaaa," ejekku

Akupun pergi kekamar dan merebahkan sebentar badanku di atas ranjang. Merasakan betapa lelahnya hari ini yang di tambah dengan tanganku yang keseleo akibat kejadian tadi.

Mungkin rasa sakit ini tidak ada tandingannya disaat aku melihat Jingga kenapa-napa.  Meredam semua rasa sakit ini dan bersyukur bahwa semuanya baik-baik saja. 

Aku beranjak dari ranjang dan membuka gorden melihat betapa teriknya matahari pada hari ini.  Membiarkan sinar memenuhi setiap jengkal dari ruanganku. Didalam benakku terlintas anak tadi yang memberikan arum manis kepada Jingga, kini perlahan-lahan akan ada seseorag yang dapat mengisi hati Jingga yang sekian lama telah kosong. Dia yang dulu telah mejadi orang yang paling Jingga sayangi kini telah pergi utuk selama-lamanya karena kejadian tragis yang dulu sudah terjadi.

Flashback on

“Dorr!, jika kamu melangkahkan kakimu nyawa Arsyah dan adiknya berakhir disini,” acam sang peghianat itu dengan menembakkan pistol kearah langit.

“Lepaskan Arsyah dan Jingga!,” ucap Rio dengan hati dan fikirannya yang sangat geram akan tingkah para komlpotan penghianat itu.

“jika kalian berani menyetuh Jingga aku nggak akan beri ampunan kepada kalian,” acam Rio dengan sangat marah.

“kami tidak akan melepaskan anak-anak Tuan Johan sebelum dia menandatangani surat itu”

Jingga sangat ketakutan, dia terus menangis dan meronta-ronta saat melihat sang kakak dipukuli sebagai ancaman supaya Tuan Johan mau menandatangani surat itu. Jingga juga tidak tega melihat sang Ayah yang begemetaran memegang bullpoint dengan ditodong pistol dikepalanya.

Ayah Jingga binggung, sangat bingung karena perusahaan itu adalah wasiat di sang Ayah kakek Jingga (Tuan Wisnu) yang beliau titipkan sebagai wasiat terbesar dari beliau, beliau berpesan kepada Ayah jingga untuk menjaga perusahaan itu.

Ketua komplotan itu adalah sahabat baik sang kakek akan tetapi semua itu berubah setelah kecelakaan yang mengakibatkan sahabat baik sang kakek meninggal dan tuan wiliam, anak dari sahabat baik kakek Wisnu menuduh kakek Wisnu sebagai pembunuh. Mereka ingin membalik nama pemilik perusahaan itu dan membuat keluarga Johan menjadi sengsara dan bangkrut.

“Bang Arsyahhh, hiks hikss,” teriak Jingga yang disertai tangisan.

“Lepasin Jingga jangan pukul bang Arsyah! Hikss hikss,” ucap jingga dengan terus meronta-ronta meminta untuk melepaskan dirinya.

“plakkk, diam!” tamparan yang membuat Jingga tersungkur kebawa setelah itu menganggat wajah Jingga dengan sangat kasar dan membentak Jingga.

Jingga hanya bias menangis dan ketakutan, Jingga terus berulag-ulang menyebut nama Arsyah disertai tangisan.

Saat Rio melihat Jingga diperlakukan kasar oleh mereka dengan cepat Rio berlari menghampiri Jingga. Rio tak perduli apa yang akan terjadi dengannya yang ada dibenaknya saat ini hanya Jingga. Rio memeluk Jingga dengan erat dan mengusap airmata yang terus mengalir di pipi ranum Jingga.

“bang Arsyaaah hikss hiksss, lepasin bang Arsyah!.”

“ jangan pukul bang Arsyah!.”

“Jingga tenang ya, jangan menangis Aku disini,” ucap Rio yang dengan megusap airmata Jingga dan mengecup dahi Jingga.

“Rio bang Arsyah hiks, tolongin bang Arsyah, Rio! Hikss,” ucap Jingga seraya memeluk erat Rio karena rasa takut yang menyelimutinya.

“tenang Jingga aku janji akan menyelamatkan kalian dan perusahaan om Johan.”

Tak lama kemudian komplotan itu menarik Rio menjahui Jingga. Kejadian yang sangat ditakuti pun terjadi Rio di pukulihabis-habisan oleh mereka lalu Rio tembak mati oleh mereka karena berani mendekati anak tuan johan.

“sreeeettt, kemari! Berani-beraninya kamu melanggar apa yang sudah aku ucapkan.”

“bukk bukk!.”

“uhuk uhukk.”

“Dorr!,” suara itu berhasil membuat Arsyah, Jingga, dan tuan Johan terkejut.

“Riooo!!!,” teriak Jingga dengan sangat keras.

“hikss hiksss Riooo.”

Suasana menjadi sangat menakutkan dan tuan Johan pun mengikhlaskan perusahaan itu lalu menandatangani surat itu setelah melihat apa yang sudah terjadi. Tak lama kemudian polisi datang dan menangkap anak dari  sahabat tuan Wisnu. Saat Jingga melihat ada polisi yang datang Jingga meminta mereka untuk melepaskan tali yang mengikat dibadannya dan langsung berlari menghampiri Rio.

Saat polisi sudah membawa pergi komplotan itu ada seorang wanita yang datang menghampiri Rio dengan wajah terkejut dan wanita itu berlari menghampiri Rio seraya menangisi dan memeluk erat Rio.

Jingga sangat terkejut dan bingung siapa wanita itu karena Jingga tidak pernah melihat wanita itu. Wanita itu bergumam seakan-akan dia ingin menyampaikan sesuatu kepada Rio.

"Kakak sudah datang Rio lalu apa ini yang kamu maksud pulang dengan hati yang lega? hikss hiksss," ucap kakak Rio dengan memeluk erat sang adik yang disertai tangisan.

"Kakak?," sahut Jingga.

"Iya aku kakak Rio yang selama ini tinggal jahu dengan keluarga karena pendidikan dan baru tadi malam kakak sampai diapartemen."

Ternyata wanita itu adalah kakak Rio yang selama ini tinggal jauh dari keluarga untuk melanjutkan pendidikannya.

"Saat Rio tahu kamu sedang disekap Rio langsung menghampiri kakak di Apartemen dan meminta tolong kepada kakak untuk menyelamatkan Kalian"

"akan tetapi kakak menolak permintaan Rio karena kakak tahu. Bahwa berbahaya jika Rio kesana. Kakak hanya tidak ingin Rio kenapa-napa."

"Akan tetapi Rio memaksakan diri untuk menjemput kalian karena Rio sangat takut jika terjadi sesuatu kepada kamu Jingga."

"Lalu Rio pergi dan mengatakan bahwa Rio akan pulang dengan rasa lega dihatinya."

"Kakak bingung dengan apa yang Rio maksud."

"Pada akhinya kakak melapor kepada pihak berwajib untuk menangani kasus ini."

Flashback off.

"Hufftt, semoga saja dia orang yang tepat meski aku sebenarnya me," gumamku yang terhenti karena Jingga memanggilku.

"Tok tok tok! Bang Arsyah ayo turun cepettt."

"Iya Jingga sebentar Bang Arsyah ganti baju dan sholat sebentar"

"Oke Jingga tunggu di bawah"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang