Part 3

23 4 0
                                    

Kududuk di sebuah kursi taman dan menikmati susana ini dengan lebih nyaman lagi. Kupejamkan mata dan merasakan hembusan angin yang seakan-akan ingin berbicara kepadaku. Dedaunan yang terbang seakan-akan ingin mengajak ku pergi. Kicauan burung yang seakan-akan ingin mengajakku terbang untuk melihat dunia. 25.01.

Itu adalah diary yang ku tulis. Susana yang berhasil membuatku untuk membuka buku itu kembali dan menuliskan sebuah rasa.

.
.
.

"Melangkah mendekatinya seraya menatap wajahnya yang penuh akan keanehan, keheningan dan kesepian. Tenang dan nyaman saat aku ada didekatnya. Berbeda itu yang sedang aku pikirkan, dia memang aneh suka menyendiri tapi keanehan itu yang membuatku ingin mengenalnya."

Keesokan harinya disekolah. Aku merasa seperti ada yang mengganjal tapi aku nggak tahu dengan persis apa yang membuat hari ini sedikit tak nyaman untukku.

Sesampainya aku dikelas yang tak lama kemudian guru pun datang dengan anak laki-laki yang ada dibelakangnya. Anak itu memakai jaket serta kepalanya yang ditutupi topi jaket tersebut. Dengan menunduk anak laki-laki itu masuk kedalam kelas. Sementara itu ibu guru menaruh barang bawaan di atas meja guru.

" selamat pagi anak-anak?," sapa bu Siska ke pada murid-muridnya.

"pagi juga bu," jawab murid-murid dengan bersamaan.

"yah pagi hari ini kita kedatangan murid pindahan untuk detailnya kalian bisa bertanya-tanya langsung."

"Silahkan perkenalkan dirimu," ucap bu Siska yang seraya mempersilahkan anak baru untuk memperkenalkan dirinya. Anak baru itu dengan gaya sok cool dia membuka topi jaketnya.

Setelah itu dia memperkenalkan dirinya dengan kedua tangannya yang berada didalam saku jaket serta beberapa kali dia mengusap jambul lalu menaruh tangannya kembali kedalam saku jaketnya.

"Halo semuanya?," sapa anak baru itu.

"Haaaiiii," jawab kita dengan bersamaan dan teman-temanku yang disertai dengan senyuman terpesona keanak baru itu.

" Waduuuhhh keren banget sumpahh," sahut teman-teman.

"Gantengnya nih orang," sahut teman-teman.

"Aduhh anak siapa nih orang? Gayanya tuh modis banget," sahut teman-teman satu kelas, berbisik-bisik dengan teman sebangkunya karena katanya anak baru itu keren, ganteng, dan bergaya modis.

"Kenalin nama gue Raditya Arka Zean, biasa di panggil Arka, gue sebelumnya sekolah di luar negeri dan gue pindah sekolah di Indonesia karena gue pengen menghabiskan masa SMA ini di Indonesia. Perlu kalian ketahui bahwa sekolah di luar negeri itu nggak seseru sekolah di Indonesia karena disini gue bisa makan makanan khas dari indonesia yang jarang kalian temui di luar sana dan disini gue juga bisa bebas kemana aja tanpa kebingungan sedikitpun, yang terakhir nggak ribet tentunya. Ok," ucap cowok baru itu alias Arka memperkenalkan dirinya.

"iya, kalau sudah kamu boleh duduk di tempat yang kosong," ucap bu siska seraya mempersilahkan Arka untuk duduk dan kebetulan tempat duduk yang kosong itu di sebrang tempat dudukku.

"kayaknya gue pernah liat nih orang yah. Tapi dimana coba?," gumamku. Sementara itu Arka berjalan menuju tempat duduk dengan gaya berjalan yang sok cool, sok keren, dan sok ganteng disertai dengan dia yang terus memandangiku.

Akupun sontak menundukkan kepala seraya menggambil buku yang ada di dalam tas. Saat aku mengambil buku di dalam tas aku teringat dengan cowok yang waktu itu menemuiku sedang sendirian di atas balkon.

Lalu aku melirik wajahnya untuk memastikan apa benar itu cowok yang waktu itu. "ehmm ternyata bener," gumamku dengan menepuk dahiku karena kebenaran itu.

Setelah beberapa jam kemudian bel istirahat pun berbunyi. Aku membereskan barang-barang ku yang ada diatas meja lalu aku pergi seperti biasa ke balkon untuk makan bekal yang sudah disiapkan oleh bunda.

Saat telah sampai di balkon, aku meletakkan bekalku di bawah yang bersentuhan dengan didinding sebelah pintu untuk jalan keluar dan masuk. Lalu aku berjala menuju ke tengah sambil menyalakan dari Feby Putri yang berjudul Halu dan kuletakkan handphone ku dibawah.

Hembusan angin yang sangat menyejukkan. Menenangkan hati ini dan pikiran ini. Kicauan burung terus kudengar sebagai pelengkap lagu yang sedang kudengarkan. Burung-burung itu terus terbang dan terbang yang membuatku merasa semakin tenang.

Melangkahkan kaki ini selangkah kedepan lalu aku melangkahkan lagi selangkah kedepan dan pada akhirnya aku memejamkan mata ini seraya aku menjauhkan kedua tangan ini dari pinggang.

Membuka telapak tangan berharap ketenangan bisa menyelimuti hidup ini dan keheningan bisa selalu ada untuk melengkapinya. Hembusan angin terus kurasakan sampai pada akhirnya perut ini sudah mulai merasakan lapar.

Kumatikan lagu tersebut lalu aku membalikkan badan untuk mengambil makanan yang aku bawa tadi. Aku berjalan menuju tempat itu dengan memainkan handphone karena aku membaca dan membalas chat yang sedang kuterima dari bunda.

Bunda menayakan apakah aku sudah memakan bekal itu dan pada saat pulang nanti bunda titip di belikan bahan-bahan untuk membuat kue.

Apakah bunda penjual kue? bukan. Bunda hanya ibu rumah tangga biasa yang jago banget membuat kue. Kue yang dibuat oleh bunda rasanya itu khas tekstur kuenya sangat lembut. Setiap seminggu sekali bunda pasti akan membuatkan kue atau memasakkan sesuatu yang jarang kita makan dan hari ini bunda ingin membuat kue maka dari itu bunda titip untuk dibelikan bahan-bahannya.

Pada saat aku hendak mematikan handphone dan memasukkannya didalam saku.

"Bruukkk."

Tiba-tiba aku menabrak sesuatu dan pada akhirnya handphone ku terjatuh. Aku pun mengambil handphone itu, aku melihat ada kaki di samping handphone itu. Aku kira aku telah menabrak dinding ternyata bukan. Pada saat itu aku kaget, lalu aku melihat dari ujung kaki hingga ujung rambut. Aku melihatnya dengan ketakutan dan ternyata orang itu adalah Arka lagi.

Sempat ingin ku berlari tapi lagi-lagi Arka menahanku dengan menggenggam pergelangan tanganku. Lalu aku mendorong Arka tetapi dia menahan agar tidak terjatuh. Aku tetap berusaha untuk melepaskan tanganku dari Arka. Genggaman itu sangat kuat hingga aku tak bisa berkutik lagi hanya diam dan merunduk yang bisa ku lakukan. Arka memandangiku yang masih menggenggam tangan ku.

Tak berapa lama kemudian "hei gue boleh tanya nggak?," Tanya Arka kepadaku. Lalu aku menjawabnya dengan menganggukkan kepala saja.

"lu tuh ngapain sih disini?," tanya Arka kepadaku. Lagi-lagi aku menjawab pertanyaan Arka dengan menggelengkan kepala saja.

"dari kemarin gue liat lu selalu sendiri. Terus lagu tadi itu lagu kesukaan lu?," Tanya Arka kepadaku tetapi aku hanya diam tak menjawabnya.

Lalu Arka menggangkat daguku supaya aku tidak merundukkan kepala. Karena takut aku pun mengelak dengan menoleh kekanan tapi dia tetap mencari cara supaya aku menjawab pertanyaannya. Arka pun menghadapkan wajahnya di depan wajahku yang menoleh tadi seraya untuk mengangkat daguku yang ku tundukkan.

"hei sorry kalau lu nggak jawab dengan ucapan atau kata-kata gue gak bakalan lepasin genggaman ini,"sahut Arka yang terus memaksa ku untuk menjawab dengan tetap menatap wajahku.

"gue gak bisa kasar perempuan kalo tangan lu sakit bilang tapi sorry gue gak bisa lepasin karena lu udah buat gue jadi penasaran. Lu itu perempuan yang aneh, gak jelas, emmm pokok nya beda lah. Mending lu bilang satu kata aja," ucap Arka yang terus memaksaku untuk bicara tapi aku tetap diam dan pada akhirnya Arka mulai kesal lalu dia menarikku, mengambil bekal ku, lalu membawaku turun dari balkon.

"ikut gue!," ucap arka seraya menarikku yang sepertinya menyuruhku untuk mengikutinya.

AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang