"Bukti ini masih terlalu sederhana untuk kamu yang terlampau sempurna"
*****
Kelas yang tadinya hening berubah menjadi riuh ketika bel istirahat berbunyi,rasa lega dan senang mengisi setiap sudut kelas.Naifa yang sedari tadi tidur ,langsung mengangkat kepalanya meregangkan tubuhnya yang sedikit pegal.
Naifa merasa lega ,ketika harinya tampak tenang seperti biasanya, setelah Ersya tidak memunculkan batang hidungnya sedari pagi. Mungkin Ersya sudah menyerah untuk mengejarnya,Naifa pun tersenyum mengejek, sekarang tidak ada lagi pengganggu di hidupnya.
Setelah memasukkan hanpone ke dalam saku jaket, Naifa berjalan keluar kelas, langkah kakinya membawanya ke area taman belakang yang jarang sekali orang kunjungi,tempat ternyaman untuk mengistirahatkan tubuhnya yang penat karena tidur seharian.
Terdapat satu bangku di taman tersebut,bangku yang terletak di bawah pohon yang rindang membuat rasa nyaman berkali kali lipat untuk tidur.
Naifa bernafas lega setelah mendudukkan tubuhnya di bangku tersebut,matanya terpejam menikmati hembusan angin yang begitu sejuk menerpa wajahnya.
"Tempat ini tidak pernah mengecewakan untuk orang orang penuh luka " ucap seseorang yang tengah duduk santai di atas pohon.
Reflek Naifa berdiri dan melihat ke atas pohon."Lo."
Pria tersebut menghela nafas,"Yah, setidaknya berbisik pada angin tidak menimbulkan penghakiman sepihak,"imbuhnya lagi .
"Sejak kapan lo di situ?."
"Gw selalu di sini setiap hari,"pria tersebut menuruni pohon dan berdiri di hadapan Naifa, "Lo selalu datang dan berbisik pada angin di sini buat ringanin beban hati lo kan,"ucapnya sembari memasukkan permen karet kedalam mulutnya.
Naifa memicingkan matanya menatap laki laki di hadapannya,matanya meneliti pria di hadapannya dari ujung kaki sampai ujung kepala,dan tepat pria tersebut memaki pakaian yang sama seperti dirinya "Lo penghuni pohon ini ya?."
Pria tersebut melihat Naifa santai "Gw manusia berdarah merah yang kakinya masih napak di bumi."
Naifa menatap pria di hadapannya remeh"Lo mahluk jadi jadian?"
Dengan santainya pria tersebut menggeplak kepala Naifa kesal,membuat si empunya meringis sakit ,"Gw mahluk tuhan yang sempurna dengan dua kaki dan dua tangan."
Naifa memutar matanya malas,"Lo siapa?."
"Nih nama gw" tunjuknya pada bet nama yang terjahit di baju,"Narendra Putra Wardinata,sering di panggil Rendra,cowok terpopuler di sekolah ini.kenal kan?," Ucapnya sembari membenarkan bajunya yang sudah terbuka tanpa ada satu kancing yang terpasang rapi.
Naifa tersenyum remeh,"Nggak."
"Lo,nggak kenal gw?" Heran Rendra menatap Naifa tidak percaya,"bener nggak kenal?."
"Mau gw kenal lo atau nggak,nggak ngaruh buat gw."
"Iya juga. Tapi gimana bisa cowok sepopuler gw masih ada yang nggak ngenalin.penghinaan banget, " pikir Rendra mengingat posisinya sebagai siswa terpopuler di sekolah.
Naifa menatap aneh pada Rendra,tanpa mengucapkan apapun Naifa berjalan meninggalkan tempat tersebut, setelah mendengar suara bel berbunyi menandakan waktu istirahat telah usai.
Baru sampai di halaman, langkah kaki Naifa berhenti bergitu saja ketika namanya di sebut dengan keras melalui pengeras suara. Siswa maupun siswi langsung menghentikan kegiatannya untuk mendengarkan seseorang yang tengah berbicara di balik spiker.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Jatuh Cinta Padaku
Ficción GeneralLangit itu hitam namun masih ada bintang Semesta itu luas,tapi seperti butiran debu dalam angan Lari untuk sembunyi,menghilang untuk datang Rencana,angan dan air mata adalah kepastian Sunyi, dingin dan tajam hilang bak sinar matahari dalam senja. Ak...