Konsekuensi

12 3 0
                                    

" manusia memang tempatnya segala salah dan hilaf,tapi manusia juga tempatnya sabar dan selalu memaafkan"

*****

Naifa menatap nyalang pada laki laki di hadapannya,setelah bertemu nyonya Zafran di depan rumah,Naufal yang terluka langsung di angkat masuk ke dalam rumah olah nyonya Zafran di bantu beberapa asisten di rumahnya.

Naufal meringis perih ketika kapas menyentuh keningnya yang terluka," sakit mah," keluhnya tidak tahan dengan rasa perih di lukanya.

Dengan pelan Nyonya Zafran meniup luka Naufal,"Kamu ngapain sampe Naifa ngamuk Naufal!," Tanya Nyonya Zafran penuh penekanan.

Naufal melirik Naifa beberapa kali,"Naufal cuma itu ma,cuma-"

"Maksa ibu tiri saya untuk berhubungan badan tante," ucap Naifa mengangkat tongkat bisbol ke pundaknya.

Naufal gelagapan,Ia tidak menyangka bahwa Naifa akan mengatakan secara gamblang,"Buk-bukan itu mah. Naifa kamu salah faham. Bukan itu yang terjadi," gugup Naufal melihat sang Mama tampak terpukul.

Naifa tersenyum sinis,ia menurunkan tongkat bisbol dan menumpukan kedua tangannya di ujung bisbol tersebut,"Gua salah faham. Mata gua masih normal buat liat lo yang cuma pake kolor itu," tunjuk Naifa pada bagian bawah Naufal yang hanya memakai celana boxser yang tampak terlalu sempit. " Atau mau gua liatin gimana hebatnya lo mukulin nyokap tiri gua lewat Cctv," ucap Naifa membuat Naufal semakin ketakutan,terlihat dari tubuhnya yang mulai bergetar ketakutan.

Nyonya Zafran menatap Naufal tidak percaya," Naifa yang sopan nak. Naufal, liat Mama. Bilang sama Mama semuanya, Mama mau kamu jujur tentang semuanya . Selama ini Mama nggak pernah ajarin kamu buat bohong Naufal," pinta Nyonya Zafran yang masih menahan air matanya agar tidak menetes.

Naufal menunduk dalam,"Naufal,itu ma," kepalanya terangkat menatap Nyonya Zafran dalam,mata penuh luka dan kecewa tampak jelas di kedua mata Nyonya Zafran ,"apa yang di bilang Naifa itu semua bener ma. Naufal yang maksa nyonya Abraham buat ngelayanin Naufal," suara tamparan keras menggema ke seluruh ruangan.

Nyonya Zafran menangis,walau Ia mendengar semuanya dari Naifa tapi hati kecilnya masih berharap bahwa semuanya salah. namun,setelah mendengar semuanya dari Naufal membuat hatinya hancur lebur,putra semata wayangnya tega melakukan hal tersebut,"Mama nggak habis pikir sama kamu Naufal. Apa kurangnya Mama nak, apa?. Kenapa kamu lakuin hal menjijikkan kaya gitu Naufal!, Bilang sama Mama,bilang nak kurangnya Mama apa?," Tanya nyonya Zafran di sela tangisannya.

Naufal pun langsung jatuh bersimpuh di kaki nyonya Zafran,"Maaf Ma maaf. Ini salah Naufal . Mama nggak salah apa apa,Naufal yang salah Ma, Naufal yang salah," lirih Naufal menangis bersimpuh di kaki Nyonya Zafran.

Nyonya Zafran menarik nafas,"Mama nggak mau tau. Setelah papa pulang Mama bakal bilang semuanya ke Papa,jadi jangan harap kali ini kamu lolos dari amarah Papa, Naufal," ucap Nyonya Zafran final. Dari pada menangis menyesal nyonya Zafran berfikir lebih baik memberi sang putra pelajaran agar kapok.

Naufal langsung meraih ke dua tangan Mama Zafran,"Mah maaf Mah. Naufal janji nggak bakal lakuin lagi Mah. Naufal janji sama Mama,tapi jangan bilang ke Papa Mah," mohon Naufal ketakutan,Ia tidak bisa membayangkan bagaimana marahnya sang papa jika mengetahui semuanya.

Naifa terkekeh mengejek,"Janji janji,bertahun tahun kemana aja.udah ketahuan aja baru bilang janji," ucap Naifa enteng.

Nyonya Zafran membuang tangan Naufal dengan kesal,lalu menatap Naufal tajam,"Naufal!!. Mama nggak mau tau,kamu harus tanggung jawab semuanya."

Naifa berdiri lalu meregangkan ototnya,"Dateng ke rumah tante. Naifa bakal bilang semuanya ke Papa. Jadi tante dan Om Zafran bisa ambil keputusan setelah ngobrol sama Papa," ucap Naifa di setujui oleh nyonya Zafran.

Naifa berjalan keluar rumah. Kakinya yang tidak di lapisi oleh alas beradu dengan aspal yang masih terasa hangat karena sinar matahari sore, angin sore berhembus menerbangkan beberapa rambut yang tampak lepas dari ikatannya.
Langkahnya terhenti di bawah lampu jalanan yang sudah menyala, Ia pun mendongakkan kepalanya melihat lampu jalanan tersebut.

Naifa memejamkan matanya,"Entah seberat apa dan sesulit apa sinarnya. Ia selalu menyala pertama kali saat kegelapan mulai merenggut semuanya dari bumi," bisik Naifa menghirup nafas dalam.

Sebuah benda bertengger di pundaknya membuat Naifa hampir terjingkat kaget sebelum sebuah suara yang ia kenal berbicara  melanjutkan ucapannya.

Ia ikut menghirup nafas dalam dan menghembuskan nya,"Entah gelap seperti apa yang ada di bumi,pasti akan ada sinar yang lebih kuat yang akan menyinari. Entah hidup seberat goresan tangan di setiap malam. Teriakan penuh luka di mahkota,dan genangan air di pipi,tetaplah ingat. Cahaya itu ada, namun, hanya perlu sedikit waktu untuk datang. Seperti kunang - kunang yang terbang lambat namun, tetap bersinar sampai Ia sampai di tempat yang sesungguhnya, " ucapnya lalu terkekeh pelan,Ia memandang Naifa dalam. " Dunia memang tampak gelap untuk beberapa orang. Tapi jangan lupa,cahaya dan cahaya. Jangan lupa Ia akan datang mencarimu. jadi, jangan pergi lebih dulu sebelum Ia datang menemui mu," lanjut nya tersenyum manis saat Naifa menatapnya.

Naifa menatapnya datar,"Ngapain Lo kesini lagi?."

Ersya tersenyum, lalu mengangkat sesuatu yang ada di tangannya,"Nganterin makan malam,sama mau ngambil rantang yang tadi siang."

Naifa menatap rantang tersebut,"Harus?."

Ersya tersenyum dan memeluk rantang tersebut,"Iya dong harus pake banget," ucapnya semangat.

Naifa pasrah lebih baik mengiyakan saja ucapan Ersya,hanya membuang waktu saja jika harus berdebat dengan Ersya sekarang,"Serah loh dah. Tunggu di bawah tali. Gua turunin lewat tali," ucap Naifa berjalan di ikuti Ersya di belakangnya.

Ersya memanyunkan bibirnya, "Nggak di ajak ke kamar aja."

Naifa berhenti langsung berbalik membuat Erysa hampir menabraknya,"Gua sambit Lo lama lama," ancam Naifa sembari mengacungkan tongkat bisbol di hadapan Ersya.

Ersya menahan tawanya, postur tubuh Ersya yang lebih tinggi dari Naifa membuat Ersya hampir tertawa karena Naifa mengacungkan tongkat bisbol ke depan dadanya,"Iya ih ngeri,pinggirin sendikit," ucapnya menggeser tongkat bisbol tersebut,tanpa membuat Naifa tambah kesal.

Naifa mendelik lalu melanjutkan langkahnya,"Diem si situ. Selangkah aja lo Geser gua timpuk pake pot," tunjuk Naifa.

Ersya berjalan menuju posisi yang di tunjuk oleh Naifa,"Iya iya ihh serem banget ancemannya. Nih berdiri di sini nih ,nggak kemana mana."

Naifa mengangguk lalu berjalan memasuki rumah, tak lama tali yang membawa rantang turun dari lantai atas. Dengan sigap Ersya mengambil rantang tersebut dan menggantinya dengan rantang yang baru,tidak lupa menyelipkan kertas di rantang tersebut.

Setelah rantang sampai di atas Naifa mengambilnya dan meletakkannya di atas meja dan berjalan ke depan jendela lagi.

Naifa mengeluarkan kepalanya dan melihat ke bawah,"Pulang sana," usir Naifa.

Ersya menggeleng,namun setelah mendapat tatapan tajam penuh intimidasi dari Naifa membuat nya pasrah," iya ini pulang. Aku titip jaketnya ya."

Naifa langsung melihat pundaknya yang,sebuah jaket masih bertengger dengan nyaman di sana,"Eh bawa pulang nih,Ersya!!," Teriaknya sembari melepaskan jaketnya untuk Ia lempar kan.

Erysa tersenyum senang Ia memilih berlari keluar pekarangan rumah Naifa, "Minta tolong jagain," ucapnya sembari melambaikan tangan dengan terus berlari mundur .

" Selalu ada cahaya untuk mereka yang ada di gelapnya bumi, jika kamu tidak menemukan untuk mereka, maka jadilah cahaya tersebut untuk mereka"

*****

Jangan Jatuh Cinta PadakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang