Part 9

10 4 5
                                    

-Happy Reading-

Warning Typo bertebaran!!

-o0o-


Clarisa melihat Devan dan seorang perempuan yang tidak dikenali nya. Ada rasa kecewa, jujur kemarin Clarisa sangat antusias menunggu Devan. Namun kenyataan nya dia malah pergi dengan perempuan lain

Clarisa seperti tertusuk beribu belati. Clarisa yang notabene nya adalah pacar Devan sangat kecewa dengan apa yang dia lihat sekarang

Ternyata Devan melihat Clarisa di cafenya terdapat rasa bersalah karna kemarin meninggalkannya begitu saja. "Ayo masuk" ucap Devan seraya mendorong kursi roda perempuan itu

"Kamu tunggu sini ya, inget jangan kemana mana aku pesenin makanan kamu nanti" lanjutnya

"Kamu mau ke mana?? Jangan ninggalin aku lagi ihh" Ucap perempuan

"Ngga kok aku mau ngecek persediaan bahan di cafe"

Devan mengetikkan pesan kepada Clarisa mengisyaratkan untuk mengikuti Devan masuk

"Lo ngapain ke sini?" Tanya Devan setelah bertemu Clarisa

"Ohh gak boleh ya?! Yaudah gue pulang" Jawab Clarisa santai

"Apa lo bilang"

"Gue! kenapa gak suka?!"

"Lo udah berani sekarang, pulang  gue anter"

"Gak perlu, gue bisa pulang sendiri" Jawab Clarisa lagi

" 'Aku' bukan 'gue' " Perintah Devan

"Buat apa lagian kita bukan siapa siapa lagi udah sana lanjutin urusan lo, semoga langgeng" Ucap Clarisa sekali lagi dan langsung meninggal kan Devan

-o0o-

Clarisa pulang dengan perasaan yang tak bisa di jelaskan. Hujan membuatnya basah kuyub bibir mungilnya mulai pucat. Clarisa berjalan sendirian di trotoar jalan

Sesampainya di rumah dia melihat keadaan tempat itu sepi. Clarisa tersenyum miris, pasti mereka sedang jalan-jalan lagi dan lagi Clarisa sendirian. Clarisa berjalan gontai menuju kamarnya bersiap membersihkan diri dan istirahat. Benar benar hari yang melelahakan

"Kenapa sih gue mulai suka sama tu cowok udah bener bener gue cuekin" Ucap Clarisa

TOK!! TOK!! TOK!!

Tiba tiba Clarisa mendengar suara ketukan yang cukup keras
"Siapa sih ga sabaran banget" Ucap Clarisa sambil menuju pintu rumahnya

Saat membuka pintu Clarisa benar benar terkejut dengan apa yang ada di depannya. Devan yang basah kuyub dan kedinginan

"Lo? Lo ngapain di sini" Tanya Clarisa

"Bo- boleh gue masuk?" Jawab Devan sambil memegangi kedua tanganya kedinginan, bibir yang pucat dan rambut baju semuanya basah

Sekarang mereka sedang berada di kamar Clarisa. Untung saja rumah dalam keadaan sepi untuk beberapa hari. Clarisa masuk kedalam kamarnya membawa satu mangkuk bubur dan susu hangat. Dia melihat keadaan Devan miris badannya sekarang mengahat dan menggigil pasti sekarang Devan sedang sakit

"Nih makan"

"Suapin aaa" jawab Devan manja seraya membuka mulutnya lebar

"Dih manja banget sih Lo" Ucap Clarisa sambil menyuapi Devan "Lo ngapain sih hujan hujanan?"

"Gue kangen sama lo"

"Lo tuh diem diem pucek boy juga ya! Untung gue sadar"

"Siapa? Gue? Kagak lah gue tuh setia" Ucap Devan dengan serius

"Terus cewe yang sama lo siapa? Terus lo kemana waktu itu kan lo janjian sama gue mau jalan?!" Entah dari mana Clarisa berani mengucapkan itu

"Ciee ngambek, gue minta maaf ya setelah sembuh gue janji bakal ngajak lo jalan jalan kemana pun yang lo mau"

"Ngga deh lo ntar boong lagi, ogah gue males"

Devan mengambil mangkuk bubur di tangan Clarisa kemudian menggenggam tangan Clarisa "Sa gue tu cuma sayang sama lo, gue bener bener sayang sama lo please percaya gue" Ucap Devan meyakinkan Clarisa

"Dia cuma masa lalu gue, dan sekarang lo masa depan gue"

Jantung Clarisa hampir saja lepas dari tubuhnya. Entah keberapa kalinya di buat terbang dan keberapa kalinya di buat jatuh. Clarisa tidak langsung percaya, tapi jika dilihat lihat dari Devan tidak ada kebohongan sedikitpun

"Oke gue mau tapi kalo lo bohong lagi saat itu juga lo gausah temuin gue!" Ucap Clarisa serius. Devan menggangguk senang

Sinar matahari masuk melalui celah-celah gorden jendela Clarisa menyinari mata Devan. Devan terbangun saat itu juga

"Udah bangun lo? Baru aja mau bangunin" ujar Clarisa sambil mengecek suhu tubuh Devan

"Suhu tubuh lo udah lumayan turun ko bisa pulang sendiri kan?"

Devan yang sedang mengumpulkan nyawa itu melotot tega sekali membiarkan Devan pulang sendiri. Dia masih sangat betah berduaan dengan Clarisa. Untung saja hari ini hari Sabtu jadi banyak peluang Devan untuk berduaan dengan Clarisa

"Gue masih lemes nih" Ucap Devan dengan manja

"Dihh jijik gue liat muka lo kek gitu"

Devan menyengir menampakan gigi nya "Ortu lo mana? Kok gue ga liat dari semalem?" Tanya Devan

"Mama gue udah gaada terus ayah gue udah nikah lagi sekarang mereka lagi liburan sama anak dari nyokap tiri gue" Ucapnya sedih

"Kenapa lo ga ikut mereka?"

Clarisa tersenyum miris membuat Devan merasa bersalah atas pertanyaannya itu "Gue selalu di anggap gaada disini" Satu tetes air mata berhasil lolos dari mata Clarisa

"Apa gue ga berhak bahagia? Kenapa selalu gue yang ngerasain ini? Kenapa ga orang lain aja hiks" Ucap Clarisa berkaca kaca Devan memeluk tubuh mungil Clarisa

"Lo ga boleh ngeluh Tuhan beri lo cobaan karna Dia pengen tau seberapa kuat lo Tuhan sayang sama lo makanya lo di kasih coba ini, lo harus terus semangat, kalo lo butuh sesuatu lo tinggal cari gue aja, gue ada 24 jam buat lo" Ujar Devan

"Hiks makasih Van, kenapa lo baik banget sama gue?"

-o0o-


Vot komen jangan lupa yaa
Makasih banget yang udah mau baca cerita aku...
Next part selanjutnya ❤️


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang