06

6.9K 890 144
                                    

Pada akhirnya aku mengerti,
aku sudah mengerti jalan ceritanya.

Aku yang mencintaimu dan kau yang mencintainya.

sampai...
pada akhirnya aku yang menghilang—
ah aku harus pergi, itu lebih tepat.

—Lee Hana.

Author point of view

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Author point of view.

Jisung sudah menunggu dua jam lebih, dia masih menunggu ditempat yang sama. Bahkan sekarang punggungnya sudah terasa pegal. Sesekali pria jangkung itu merubah posisi duduknya.

Cklek.

Pintu ruangan yang sedang dipakai Lee Hana terbuka, membuat Jisung langsung berdiri menghampiri Dokter Kim yang sedang keluar membawa bangsal Lee Hana.

"D-dok H-hana nggak kenapa-kenapakan?" tangan Jisung gemetar melihat Hana yang terbaring tak berdaya diatas bangsal.

Dokter Kim melepaskan maskernya.
"Cuci darahnya berhasil, seharusnya dia juga berhasil seperti sebelum-sebelumnnya. Tapi... mungkin karena faktor fisik dan gejala yang ada pada dirinya, membuat tampak sedikit kacau dari biasanya."

Jisung mengikuti Dokter Kim dan bangsal Hana yang entah dibawah kemana.

"Jadi sekarang dia mengalami koma," lanjut Dokter Kim. "Aku rasa selama ini dia menutupi rasa sakitnya. Karena setahu saya, orang-orang yang mengidap gejala itu tidak ada yang sebaik Lee Hana."

Jisung memijit pelipisnya. "Tak apakan jika dia dirawat itensif di ICU?" tanya Dokter Kim.

"A-h? tentu saja Dokter. Lakukan yang terbaik untuk Hana."

Untuk sekarang Jisung sangat berharap kepada Tuhan dan beberapa tim medis yang sedang menangani Hana. Pria itu benar-benar tidak ingin kehilangan Hana— setidaknya untuk sekarang Jisung tidak rela.

"Kau sahabatnya bukan?" tanya Dokter Kim. "Sepertinya kau menyukainya ya?"

Dan sekarang Jisung malah bingung mendapat pertanyaan seperti itu. Mereka itu sahabat. Dan hanya itu yang ada dikamus mereka. Tidak lebih dari itu?

Melihat Jisung yang hanya bungkam, membuat dokter Kim tahu bahwa seharusnya ia tidak bertanya seperti itu.

Dan tibalah mereka didepan ruang ICU. Lee Hana dibawa keruang VIP yang ada di ICU itu, sedari tadi juga Jisung menggenggam tangan dingin Hana. Sesekali pria jangkung itu mengelus lembut.

"Baiklah, kami harus mengurus pasien yang lain." Dokter Kim menepuk pundak Jisung. "Jika terjadi apa-apa tekan tombol ini saja." jelas Dokter Kim.

Jisung membungkukan tubuhnya.
"Terimakasih Dokter Kim."

Setelah ke pergian Kim Doyoung, suasana ruangan itu hanya terdengar mesin-mesin yang berhubungan dengan tubuh tak berdaya Lee Hana.

Jisung duduk disamping bangsal Hana. Dipandangnya Lee Hana setiap inci wajah yang pucat itu. Terdapat banyak sekali selang yang ada ditubuh Hana.

Epiphany | Na Jaemin✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang