|16'

97 42 1
                                    

Busan masih sama seperti terakhir Yeran tinggal. Masih dengan suasana kemacetan yang ada di mana-mana. Rekonstruksi yang belum juga selesai-selesai, yang mengharuskan mobil-mobil besar keluar-masuk, membuat kemacetan yang tak henti-hentinya.

Seperti saat ini. Mobil yang ditumpangi ketiga orang itu harus terjebak dalam lautan otomobil yang mungkin jika dilihat dari ketinggian seperti semut-semut yang sedang melalukan demo. Panasnya kendaraan dan cuaca membuat semua semakin sumpek. Walau sudah ada AC, tetap saja rasanya berbeda. Mengingat Yeran yang tak biasa memakai AC mobil dan memakai AC alami–angin langsung.

Jimin terlihat begitu pulas tidur dibelakang. Dengan mulut terbuka sambil sesekali melenguh, merubah posisinya. Sedangkan Yeran mulai jenuh. Ingin cepat-cepat sampai. Menjatuhkan tubuhnya di kapas empuk miliknya. Yang pastinya selalu dirawat eh ibunya. Duduk bersandar dekat jendela sambil menghirup sejuknya udara dibawah pohon. Meminum air es ketika sedang panas. Membayangkan nya saja membuat Yeran semakin tak sabar. Rasanya ia benar-benar ingin menyingkirkan semua mobil didepannya dengan sekali tendang. Seperti superhero yang ada dengan kekuatan nya bisa melakukan apa saja.

Jungkook yang menyadari kebosanan Yeran, menyalakan radio. Mendengarkan musik yang ada berusaha menghilangkan suasana menjengkelkan ini. "Sabar, ini juga biasa terjadi kan di Seoul? Jadi tak aneh," ucap Jungkook menatap Yeran.

"Sudah ku bilang lewat jalan pintas. Kau saja orangnya so' tau kalau jalan akan lancar. Memangnya kau satelit yang tahu kondisi dan situasi dunia? Menyebalkan," gerutu Yeran. Melihat keluar sambil mengibas-ngibaskan tangannya.

"Aku juga lahir di Busan. Kau pikir aku tak tahu jalan disini apa? Menggerutu saja bisanya," timpal Jungkook yang justru semakin membuat Yeran panas. Ingin segera merebahkan diri.

"Berisik!"

Perlahan mobil di depannya maju. Membuat jalanan kembali lancar. Mobil-mobil besar yang keluar dari area rekontruksi sudah masuk sehingga membuat jalanan senggang lagi.

🥀

"Ibu!"

Yeran langsung memeluk erat wanita paruh baya di depannya. Yang menenteng kantung belanja yang ia yakini ibunya baru saja dari toko swalayan. Membeli bahan masakan karena tahu putrinya akan pulang.

Padahal belum lama Yeran meninggalkan sarangnya, tapi sudah banyak berubah. Halaman depan yang kini lebih banyak tanaman hias daripada bunga-bunga sintetis. Juga adanya kolam ikan berukuran kecil di bawah pohon besar depan kamarnya. Ikan yang dominan berwarna oranye dan putih membuat mata semakin sejuk. Mengingat Yeran juga suka ikan hias. Apalagi ikan koi besar.

Yeran duduk menikmati jus buatan ibunya. Ibunya selalu tahu apa yang Yeran inginkan saat ini. Tahu jika dirinya sudah kepanasan dalam mobil yang memasuki padatnya kota. "Ibu, dimana bibi?"

Bibi yang dimaksud bukanlah bibi kandung, melainkan wanita yang seumuran ibunya. Yang bekerja sebagai pengurus rumah mengingat pekerjaan ibu sibuk.

"Sudah berhenti. Katanya ia sudah pindah dengan anak sulungnya," kata ibu sembari membawa nampan berisi camilan.

Wanita itu baru sadar dengan kehadiran Jungkook dan Jimin yang sedari tadi hanya diam. Memperhatikan interaksi anak dan ibu yang begitu dekat.

"Astaga! Kenapa aku baru sadar ada kalian?" Ibu Yeran menepuk jidatnya sendiri. Menghampiri Jungkook dan Jimin untuk memeluk. Ya bisa dikatakan wanita paruh baya itu cukup dekat dengan kedua pria itu. Mengingat pria-pria yang sudah ber-jakun itu dulu sering bermain bersama Yeran, anak gadis satu-satunya. Bisa dikatakan Yeran itu kembang desa. Karena pesona nya yang cukup menarik. Dan lebih dekat dengan Jimin serta Jungkook dibanding dengan temannya yang lain. Makanya ibu Yeran menganggap keduanya sudah seperti anak sendiri. Seperti saat ini yang sudah melempar banyak pertanyaan.

HARD TO LOVE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang