|18'

69 43 2
                                    

Tepat tengah hari, di mana matahari sedang terik-teriknya mobil berwarna hitam itu melaju. Membelah ruas jalan lebar yang hanya berisi mobil-mobil kecil mau pun besar.

Jungkook memutuskan kembali ke Seoul setelah sepekan di Busan, bersama kedua orang yang kini sudah terlelap tidur. Terdengar dengkuran halus dari sosok gadis di sampingnya. Bibir merah jambu nya terbuka kecil, yang justru terlihat menggemaskan di manik bulat Jungkook.

Berbeda dengan Jimin. Bibir tebalnya terbuka lebar tapi tak terdengar sama sekali dengkuran pria tersebut, Jungkook hanya merasa seperti helaan napas saja. Yang untungnya tak membuat keadaan dalam mobil menjadi ada bau aneh. Jungkook sebenarnya ingin tidur juga, berganti kemudi dengan Jimin. Matanya terasa berat, mengingat semalam ia tak bisa tidur karena Yeran.

Ya, gadis itu meminta ditemani tidur setelah dirinya merasa ketakutan. Saat terbangun katanya ia merasakan seperti ada yang memperhatikannya, dari kaca seperti ada pantulan hitam yang entah apa itu. Membuatnya menjadi ketakutan dan parnoan. Alhasil Yeran meminta Jungkook untuk menemaninya. Dengan malu-malu itu pun. Jungkook awalnya ragu, tapi merasa jika Yeran sedang sugesti ia pun menurutinya. Tidur di sofa tunggal yang membuat tidurnya tentu saja tidak nyaman. Melihat ranjang Yeran yang masih bersisa, Jungkook memberanikan diri, membaringkan tubuhnya tepat di sisi gadis yang sedang terlelap tidur itu. Dengan hati-hati tangannya menyibakkan selimut kemudian menariknya. Untungnya saat itu ibu Yeran tak ada, jadi tak akan menjadi salah paham-walau sebenarnya ada Jimin, tapi mungkin pria yang lebih tua darinya itu tak akan menyadarinya.

Sialnya, Jungkook justru menjadi tak bisa tidur. Padahal semula matanya saat itu benar-benar berat sekali, seperti ada magnet yang saling tarik-menarik. Tapi ketika berbaring, satu ranjang dengan sosok yang begitu ia gilai akhir-akhir ini, mendadak kantuknya terbang begitu saja. Berganti dengan perasaan tak keruan ketika melihat paras natural yang tertidur menghadap dirinya. Tanpa kopi pun dirinya bisa begadang dengan hanya melihat wajah Yeran yang sedang bermimpi indah itu.

Tangannya menyingkirkan anak rambut yang menghalangi pemandangannya. Mengelus lembut dengan penuh perasaan, kemudian pipinya kembali ia sapu yang tanpa sadar senyum nya mengembang. Sudah lama Jungkook tak melihat wajah harimau kecilnya yang sedang tertidur pulas itu. Sampai akhirnya kantuk melanda tepat menjelang pagi.

Senyumnya kembali terpatri di wajah tampannya. Mengingat kejadian semalam membuatnya tersipu sekaligus menyenangkan. Untungnya Yeran tak merasakan apa pun, walau saat pagi Yeran langsung menendang dirinya hingga jatuh tersungkur. Mengejutkan memang. Tapi Yeran tak memperpanjang nya.

Tangannya yang terus memutar benda bulat itu tanpa sadar sudah diperhatikan. Hingga membuatnya terkejut yang hampir membuatnya celaka jika tak menstabilkan kembali lajunya.

"Kesambet setan apa? Senyum-senyum saja terus," heran Yeran yang beberapa menit lalu bangun dari tidur cantiknya.

Jungkook gelagapan sendiri. Menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali. "T-tidak ada!"

Yeran tak peduli. Memilih melihat jalanan yang cukup senggang. Padahal saat berangkat tadi cukup penuh dan sesak. Membuatnya terus menggerutu pada Jimin yang terus mengerjainya.

Tidak tahu kenapa, Yeran merasa Jimin berubah. Bukan berubah jadi orang jahat, tatkala orang baik tersakiti. Jimin berubah menjadi lebih hiperaktif dan senang menggodanya. Senang sekali sepertinya pria berambut blonde itu membuatnya jengkel sampai memaki. Entah apa tujuannya.

Akhirnya mobil yang mereka tumpangi keluar dari tol. Kembali menyusuri jalan utama yang memperlihatkan gedung bertingkat dengan kaca besar yang saling memantulkan cahaya silau. Yang pastinya membuat atmosfer bumi semakin menipis dengan pantulan balik itu.

HARD TO LOVE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang