3. Bagaimana ini?

6 1 0
                                    

Riani membuka matanya perlahan.  Menguap,  Riani memeluk guling erat.  Empuk,  Riani membenamkan wajahnya ke bantal guling yang wangi.

Matanya kian mengantuk dan siap terlelap lagi.  Namun karena ada elusan halus di kepalanya membuat Riani merasa aneh.

"Udah subuh enggak mau bangun. "

Riani tak memperdulikan suara itu.  Sepertinya Rum tengah malas membangunkannya dan malah menyuruh sang suami untuk membangunkan Riani yang memang susah bangun.

"Nanti lagi pa,  sepuluh menit lagi." Riani berujar,  saat sang ayah mengelus rambut hitamnya. Riani semakin memeluk erat gulingnya.

"Sesak, " Ujar seseorang seperti susah bernapas.  "Lepas dong Li,  aku mau solat nih." sambungnya.

Riani mengusek-ngusek guling dengan wajahnya gemas.  "Guling nakal,  kapan sih bisa ngomong. " Ujar Riani gemas.  Kapan sih gulingnya bisa ngomong.

Eh,  emang guling bisa ngomong ya?

Riani menjauhkan wajahnya dari guling.  Iya mendongak,  dengan wajah yang kian berubah terkejut,  tanpa di sangka Riani melayangkan kepalan tangan kearah pria yang tadi tersenyum dalam pelukannya.

Bruuk.

Riani menonjok pipi cowok itu keras,  lalu menendang perutnya hingga cowok itu terjungkal dan jatuh dari kasur.

Bruuk,  suara tubuh cowok itu lumayan keras juga. Nyawa Riani belum sepenuhnya terkumpul namun tonjokan dan tendangannya tak perlu di ragukan lagi.

"Rasain,  kata siapa masuk kekamar anak gadis pake acara peluk-peluk lagi! " sembur Riani kesal.  "Mama!!  Ada yang peluk-peluk Riani nih!! " Riani memekik kencang.

Kriik kriik kriik

Tak ada suara sahutan dari mamanya,  lalu tak ada papanya juga yang tadi membangunkan.  OMG! Jadi yang dari tadi iya peluk bukan guling,  yang tadi membangunkannya bukan papanya ternyata.

Riani bangun,  iya menghampiri cowok itu yang masih meringis di lantai sambil memegang perut sesekali mengusap pipinya.

"Dasar cowok sialan!  Kurang ajar!! " Riani memekik kasar,  dia marah dan siap melemparkan bogem mentah kepipi cowok itu.

"Li,  kamu kenapa sih,  aku kan suami kamu, maaf deh semalam aku tidur disini.  Itu pun karena kamu sakit parah. " Ujar cowok itu membela dirinya sendiri. 

Riani yang tak terima segera duduk di perut cowok itu,  menahan agar saat iya melayangkan bogem mentah dia tak melawan atau berusaha mencoba kabur.

Riani kan berat,  badannya saja montok sudah pasti cowok itu akan sesak napas karena tertindih badan montok Riani.

"Li!  Sadar Li!  Istighfar. " Ujar cowok itu sembari menahan tangannya yang tadi iya tangkap saat Riani akan menonjok pipinya lagi.

"Li, Li,  Li.  Aku bukan Lili! " Sembur Riani kesar saat cowok itu selalu menyebutnya 'Li'.

"Li,  kamu kenapa sih aku suami kamu! " Seru pria itu mencoba menyadarkan istrinya.

Masih dalam posisi yang sama Riani tertawa terbahak-bahak.  Suara tawanya persis seperti hantu yang selalu duduk di pohon pinggir jalan saat menakuti orang yang lewat di desanya.

"Istighfar Li!  Istighfar. " cowok itu masih berusaha menyadarkan istrinya. "Aku janji deh enggak akan tidur di kamar kamu tanpa izin. " sambung cowok itu.

"Kenapa kita harus sekamar? Nikah aja belum, dasar buaya darat! " Seru Riani, iya tak bisa melihat jelas cowok itu karena penerangan hanya terdapat di dua lampu yang terpajang di sisi kanan dan kiri di atas lemari kecil.

Eh,  sejak kapan di kamarnya ada lemari kecil di sisi kasur?  Riani bertanya-tanya.

"Kamu kenapa sih Li,  aku suami kamu.  Pagi-pagi  kok udah berani nyakitin suami sendiri,  dosa loh. " Sembur cowok itu seolah iya adalah suami sungguhannya.

"Jangan halu Mas aku belum... "Riani berhenti berbicara saat melihat poto pernikahan yang tergantung di dinding.

"Apa?  Aku emang suami kamu? " Tanya cowok itu saat sang istri pokus melihat poto di dinding.  Dia bangkit, mengusap pipinya yang biru, iya menyalakan lampu utama agar istrinya itu bisa melihat jelas poto pernikahan mereka.

"Lily?  Ustadz Fauzan?! " Riani memekik kaget saat lampu utama menyala dan menerangi poto di dinding yang tengah dia amati. 

Fauzan menyentuh bahu sang istri, mereka berhadap-hadapan.  Fauzan menyentuh dagu sang istri seraya berkata:" Kamu kenapa sih, bikin kaget sama memar tau enggak di pipi. Kamu mimpi buruk ya? " Lalu Fauzan menyentuh kening sang istri. "Udah mendingan. " Ujarnya saat panas di kening sang istri telah mereda.

"Ustadz Fauzan! " Riani masih tak percaya,  iya mengerjap-ngerjapkan matanya tak percaya.

"Ada apa? "

"Kok Riani ada disini? " Lirih Riani tak yakin.  Iya baru sadar jika ini bukan kamarnya.

Fauzan menghembuskan nafas kasar.  "Lebih baik..." Fauzan menyelipkan rambut isrtinya ke belakang telinga. "Kamu mandi ambil wudhu terus solat deh Li,  kamu aneh banget pagi ini. " Saran Fauzan, iya mengusap ubun-ubun sang istri lalu berkata lagi,  " Solat subuh dah hampir habis,  aku ketinggalan solat berjama'ah deh di mesjid karena keanehan istriku sendiri. "

Riani masih tak percaya,  iya menegang di tempatnya,  jantungnya berdebar keras seolah akan pecah karena perlakuan Fauzan,  Ustadznya sekaligus pria yang masih iya cintai hingga saat ini.

"Aku janji deh,  enggak bakalan tidur di kamar kamu tanpa izin.  Aku solat subuh dulu ya. " Ujar Fauzan sebelum pergi dari kamar istrinya.

Iya maklum akan sikap aneh sang istri.  Mungkin iya masih kaget dan tak percaya sudah menjadi seorang istri.  Terlebih selama tiga minggu pernikahan mereka baru kali ini mereka tidur sekamar.

"Maaf. " Lirih Fauzan lalu mencium singkat kening istrinya.

Riani kian menegang di tempat,  masih tak percaya dengan perlakuan Fauzan barusan.  Dan Riani rasa jantungnya akan meledak saat itu juga.

Menyentuh dadanya.  Riani merasa lega. Eh,  kok payudaranya kecil ya. Riani menunduk,  entah iya memakai baju siapa yang jelas iya merasa kaget saat tubuhnya mengecil.

Apa karena semalam iya tak makan apa pun,  dietnya berhasil dalam semalam ya.

Eh,  semalamkan Riani tengah menyetir mobil untuk pulang dan saat di perjalanan....

"Kyaaaaaaa!!! " Riani menjerit keras.  Tubuhnya menegang di tempat,  dan Riani tak percaya.  Sosok yang ada di kaca adalah tubuh sahabatnya--LILY.

Pintu kembali terbuka. "Lily kamu kenapa? " Fauzan segera meraih tubuh istrinya saat ambruk dan akan menghantam lantai yang dingin.

Riani tak percaya.  Bagaimana bisa?!  Bagaimana bisa tubuhnya berubah menyerupai Lily,  sahabatnya sendiri.

Dan semuanya menggelap saat Riani jatuh kepelukan Fauzan dan tak sadarkan diri.

***

(Bukan) Arwah penasaran! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang