4. Aku bukan Lily!

5 0 0
                                    

Riani membuka matanya perlahan,  menatap atap bercat putih dengan tatapan kosong.  Lalu sedetik kemudian iya menengok kearah seseorang bersuara merdu yang tengah membaca Al-qur'an di atas sajadah birunya.

Air mata Riani meluruh.  Iya terisak tak bisa di cegah.  Tak menyangka hidupnya akan berubah 180° tanpa iya sangka.  Perubahan yang merubah hidupnya. Siap tidak siap Riani harus bisa menerima dan mencari jalan keluar.

"Udah sadar? Kok nangis. " Fauzan di buat kaget.  Iya menghampiri istrinya khawatir. " Ada yang sakit?  Kita kerumah sakit aja gimana? " tanyanya dengan panik dan takut.

Riani menggeleng.  Iya malah menangis sesegukan.  Badannya lemas, suhu badannya panas.  Riani demam. 

"  Udah empat jam kamu pingsan. " Fauzan melirik jam di dinding.  "Kalo ada yang sakit bilang aja. " tuturnya.  Kemudian duduk di sisi  sang istri yang masih berbaring setelah merapihkan kembali alat solat.

Riani menggeleng kepala, dalam hidupnya baru kali ini dia jatuh pingsan.  Jika dulu saat upacara dia mencoba untuk pura -pura pingsan pun Riani tetap saja tak bisa.  Karena Riani kuat apalagi satu jam di bawah terik matahari dia berdiri pun hanya merasakan haus saja.

Tapi kali ini,  entah karena tubuhnya berbeda atau karena iya merasa terguncang akan hal yang di luar logika. Riani benar-benar tak mengerti dengan semua ini.

Fauzan mengelus kepala sang istri.  "Mau aku buatkan bubur,  ah ya,  pasti kamu laper.  Aku buatin bubur dulu ya. "Ini bukan pertanyaan tapi pernyataan,Fauzan bangkit dari duduknya. Dan segera pergi ke dapur untuk membuat bubur.

Perlakuan Fauzan,  benar-benar lembut.  Riani semakin menangis karena hatinya merasakan bahagia dan sakit secara bersamaan.

Bahagia karena perlakuan lembut ustadznya.  Dan sakit saat menyadari dia bukanlah istrinya.

Sejak awal, disini hanya iya yang menjadi orang ketiga.

Saat Riani mulai menerima dan mencoba melupakan perasaannya.  Dirinya malah terjebak dalam tubuh Lily,  sahabatnya sekaligus istri yang mungkin sangat Fauzan cintai.

Riani terisak iya memukul dadanya,  mencoba meredakan sesak dalam hati.  Iya ingin keluar dari tubuh ini,  namun perlu keajaiban untuk bisa lari dari kemustahilan ini.

Apakah ini mimpi?  Ataukah ini hanyalah ilusi?  Riani benar-benar tak mengerti dengan semua ini.

Seketika tangisan Riani terhenti.  Iya terdiam baru mengingat sesuatu.

"Aku janji deh enggak bakalan tidur di kamar kamu tanpa izin. "

Ucapan Fauzan membuat Riani tercenung.  Jadi selama ini mereka tidur terpisah.  Kenapa?  Bukannya mereka saling mencintai?

Riani  binggung,mendadak dia di buat ngeri saat ingat,  jiwanya berada di raga Lily. Itu artinya... Iya juga harus mengurus dan melakukan kewajiban sebagai istri.

OMG

Tidaaaaak

Riani gelisah,  dia memukul jantungnya supaya berhenti berdetak,  tak mempan Riani beralih memukul perut.  Mungkin saja dengan begini Jiwanya bisa keluar dan kembali keraga asli miliknya.

"Astaghfirullah.. Li,  kamu kenapa? " Fauzan di buat kaget. Hari ini iya di buat jantungan melihat tingkah aneh istrinya.

"Kamu jangan kayak gini. " Fauzan merengkuh tubuh mungil sang istri, Setelah meletakan bubur di atas nakas. Mendekapnya erat, mencoba menenangkan sang istri yang melukai dirinya sendiri.

Riani menangis terisak-isak.  Iya mencoba melepaskan dekapan Fauzan.  Namun bisa apa iya saat kekuatannya kalah banding dengan pertahanan Fauzan yang memang kuat.

"Kamu kenapa?  Ada masalah apa sih?" Fauzan bertanya dengan suara lembut.  Iya sampai izin tidak mengajar di pondok demi menjaga istrinya yang sakit.

"Ustadz... " Riani ingin membeberkan semuanya.  Ya,  lebih baik iya berkata jujur. Percaya tak percaya, Riani tak peduli akan tanggapan Fauzan.

"Ya. " Fauzan merasa aneh.  Biasanya yang memanggil namanya dengan nada seperti itu hanya ada satu muridnya : Riani.  Dan Fauzan merasa janggal saat ini.

Apakah demi mendapatkan hatinya Lily rela melakukan segala cara hingga seperti ini?  Dan Fauzan masih ragu akan hal itu.

"Aku bukan Lily." Riani melepas pelukannya.  Melihat respon Fauzan yang seketika menegang dengan raut kaget,  membuat Riani meragu untuk membeberkan kebenaran yang sebenarnya.

Namun sebelum jatuh terlalu dalam. Lebih baik Riani berkata jujur di awal.  Dari pada menyesal di kemudian hari.

"Kamu bicara apa sih?" Fauzan benar-benar di buat kaget dan binggung. Ada apa dengan Lily?

"Aku bukan Lily. " Riani terisak lagi. "Ini mimpi bukan sih? "  Riani bertanya dengan suara frustasi.

Fauzan menggeleng memegang bahu sang istri yang bergetar.  " Ada masalah apa? Ada yang nyinggung kamu?  Coba jujur sama Mas. " Fauzan tak menyangka jika sang istri tengah Insecure akan separah itu.  Hingga kepercayaan dirinya jatuh seperti ini.

"Aku bukan Lily. " Lirih Riani kembali.
Fauzan menyentuh dagu sang istri.  Mereka saling tatap dan Fauzan menatap dalam sang istri.  "Ini bukan mimpi Lily,  dan kamu tetaplah Lily. " Ujar Fauzan meyakinkan.

Riani menggeleng.  "Aku bukan Lily. Aku bukan Lily. " suara Riani terdengar amat frustasi.

Fauzan merengkuh tubuh bergetar istrinya.  "Kalo kamu bukan Lily.  Terus kamu siapa? "

"Riani. "

Deg

"Aku Riani Ustadz! "

Dan tubuh Fauzan menegang seketika.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 31, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

(Bukan) Arwah penasaran! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang