Asap mengepul diatas beberapa mangkuk berisi makanan yang telah disajikan beberapa saat yang lalu. Riuh ramai suasana tak terelakkan. Dentingan sendok, garpu maupun sumpit ditambah suara tawa beberapa orang mengisi ruangan tersebut.
"Jungkook-ssi? Bagaimana, enak 'kan samgyeopsalnya. Kami dengar ini kesukaanmu jadi untuk merayakan ulang tahunmu, kurasa ini boleh juga."
Yang dipanggil balas menatap. Mulutnya yang penuh dengan makanan masih tetap mengunyah, mengangguk sekali saat diajak bicara.
"Eum, inwi enyakk swekhali," jawabnya dengan pipi kembungnya membuat yang berada disana sontak gemas bukan main.
Ahn Haraㅡsalah satu staff di agensinya yang tadi bertanya kepadanya tersenyum simpul. "Syukurlah, kalau kau menikmatinya."
Wanita yang lebih tua darinya itu lanjut menyantap sup yang telah ia pesan sebelumnya. Sambil terkadang mengobrol dengan para staff lain yang ikut makan di meja yang sama.
"Kau seperti orang yang tidak makan seabad, Jeon," ucap sosok yang duduk di sebelahnya.
Jungkook menoleh sambil tertawa karena mendengarnya. "Aku terlihat begitu ya, Pd-nim?" tanyanya bercanda.
Sosok di dekatnya mendengus pelan. "Sudah ku bilang panggil Hyung saja, kau bisa panggil aku Jimin Hyung, Jeon Jungkook."
"Tapi, anda kanㅡ"
Ucapannya terhenti dikala yang bernama Jimin itu melayangkan tatapan mematikan kepadanya.
"ㅡeum, maksudku Hyung. Tapi, kan Jimin Hyung itu seorang CEO di agensi. Bukannya malah terkesan tidak sopan?" Jungkook mengucap pelan-pelan, takut menyinggung.
Jimin merotasikan matanya malas. "Astaga, Kook. Mau aku itu CEO agensi, pengusaha tambang, mafia kelas atas, tukang tambal ban atau penjual cendol dawet sekalipun aku tetap manusia. Untuk apa menyombongkan diri dengan jabatan, lalu menyuruh orang-orang bersikap seakan menghormatiku. Toh, kalau begitu mereka pasti tetap membicarakanku dibelakang," jelasnya dengan ekspresi serius.
"Aku lebih suka menjadi akrab dengan semuanya, itu lebih menyenangkan," sambungnya.
Jungkook salut dengan Park Jimin. Begitu humble untuk seorang bos besar seperti dirinya. Pemikirannya sungguh dewasa, tipe suami ideal sekali. Tapi, Jungkook tidak suka kok, hanya sedikit kagum dan sisanya naksir saja. Hehe.
Pemuda Jeon mengangguk sekilas tanda paham dengan kalimatnya. Tak lama berselang, dering ponsel milik si Park itu berbunyi nyaring. Membuatnya segera meraih benda pipih itu dan mengangkat telepon yang masuk.
Jimin kemudian menjauh dari ruangan untuk berbicara ditelepon. Jungkook dapat mendengar sekilas intonasi lembut yang atasannya ucapkan saat di telepon.
Sudah pasti itu sang istri yang menelpon barusan. Mana sekarang pasangan sang atasannya itu sedang hamil tua, Jungkook berani bertaruh sebentar lagi pria yang berusia sembilan tahun lebih tua darinya itu akan pamit pulang.
Karena akhir-akhir ini memang seperti itu. Ah, sungguh Jeon Jungkook iri dengan istri atasannya. Perbuatan baik apa yang telah dilakukan di kehidupan sebelumnya sampai mendapat suami sempurna seperti Park Jimin.
Lupakan itu, Jungkook memilih kembali fokus dengan makanan di hadapannya. Sudah lama sekali sejak ia terakhir makan samgyeopsal. Apalagi selama ini jadwalnya terlalu padat membuatnya harus menjaga berat badannya dengan tidak makan terlalu banyak.
Jungkook menyumpitkan daging itu ke dalam mulutnya. Merasakan cita rasa makanan yang selalu menjadi favoritnya. Lidahnya mengecap rasa pada potongan daging yang telah dilumuri saus itu, selalu saja ada perasaan tersendiri saat ia melahap makanan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
regen ;taekook✓
أدب الهواة[completed] seorang idol yang terus terbelenggu masa lalu, bersikeras menepis fakta hingga pada akhirnya ia sendiri yang harus tersiksa boyxboy! short ff ©Vickimham