BAB 6 || Panti

10 1 0
                                    

Semilir angin menerpa wajah seorang gadis.
dibiarkan nya angin mengacak-acak rambut hitam nya, disinilah senja berada, rooftop.
menikmati setiap luka dan teka-teki yang ia rasakan sendiri, selalu mencoba untuk tetap tersenyum pada semua orang. Namun, nyatanya dia terluka.

Senja mengeluarkan sebuah tablet dari saku nya, melihat tablet tersebut dan membuka nya, dengan cepat ia menelan butiran itu,

"Dek, lo minum apaan?" suara bariton memecah keheningan yang tercipta. Membuat senja menoleh dengan cepat.

"Ngapain lo bang?" tanya nya ketika melihat Leon di rooftop, tumben sekali abang nya itu datang kesini.

Leon berjalan mendekat ke adik perempuan nya itu, ya adik. "Jawab dulu, lo minum apa barusan?"

Senja menatap abang nya itu, "Vitamin biasa"
Leon hanya ber-oh ria, dan menikmati angin bersama senja hingga suara bel masuk mengintrupsi untuk segera kembali ke kelas masing-masing.

***

Senja berjalan memasuki kelas dengan tatapan datar, dia merasa tidak mood pada semua orang.

"Senja gue mau ngas–"

"Bacot lo!" Tukas senja ketika Zea berbicara padanya,
Adara memutar bola mata nya malas, tanpa mau membantu.

Zea yang mendengar bentakan senja jadi diam, dia tak tahu salahnya apa. Dia hanya ingin memberi tahu perihal dia yang mendapat nomor Biru..

"Maaf." ujar Zea namun tak di balas oleh senja, di lirik pun tidak. Rean yang melihat keributan kecil itupun lantas datang ke meja Senja "Ada apaan nih?" tanya nya menaikkan alis nya ke Adara. Adara menggedikkan bahu nya acuh.

"Gue balik, bilang ke guru gue sakit" kata Senja dan pergi keluar kelas, meninggalkan kelas IPA 1 yang menatap dengan kebingungan.

Sungguh, senja tak ingin menjadi seperti ini. Tapi dia malas melihat Zea itu, dia tau Zea ingin memberi tahu bahwa ia mendapat nomor Biru, mengingat nya membuat Senja kesal sendiri. Baru saja ingin melompat dari pagar sebuah suara membuat nya hampir terjungkal.

"Turun."

Senja menoleh dan menaikkan sebelah alis nya bingung,
"Turun gue bilang"

"Cih, siapa lo?" ketus senja.

Biru menatap senja dalam, perempuan itu sekarang sangat berbeda dari yang biasa nya. Tatapan nyalang itu..sungguh asing baginya. "Lo gak ngerti bahasa manusia? Gue bilang turun!"

"Urusin aja masalah lo sendiri" ucap Senja lalu melompat pagar, dan berjalan meninggalkan Biru yang terdiam di tempat nya.

Cewek itu kini bingung ingin kemana, kalau pulang pasti mama nya akan bertanya macam-macam, disaat dirinya bingung ingin kemana, ia melihat anak kecil yang tengah menatap sebuah pedagang eskrim, anak kecil itu lucu membuat senyum senja merekah.
Dengan langkah riang ia mendekat ke arah bocah laki-laki itu, "Hai!"

Anak laki-laki tersebut tampak bingung melihat ke Senja, namun setelah nya raut wajah anak laki-laki itu berubah cerah, "Kaka mau beliin Lian es klim ya?" tanya nya dengan mata berbinar,

Senja mencubit kedua pipi gembul tersebut, "Iya, kamu mau yang mana?" tanya nya.

"Holee! Lian emam esklim! Lian mau laca okat kaka" ucap nya semangat.

Senja pun memesan eskrim coklat untuk bocah laki-laki tersebut.

"Kita makan di sana yuk!" ajak senja dan menggandeng tangan mungil anak di depannya.

Senja menatap bocah di depan nya dengan intens, ia memakan eskrim nya dengan semangat45, Senja terkekeh melihatnya, namun satu pemikiran membuat nya bingung.

For A DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang