..

59 14 3
                                    

Irene menyeka keringat yang kian bergulir dari pelipisnya, cermin besar di ruang latihanya pun sudah berembun menandakan sang empu sudah berlatih sangat lama diruangan ini.

Irene melanjutkan latihanya lagi, melanjutkan bagian killing part yang sudah beberapa kali ia ulang.

"Rin,"

Musik diruangan itu seketika mati, Irene menatap kearah pojok kanan tempat audio itu, terlihat Jinyoung dengan setelan casualnya.

"Ih kok dimatiin sih" kesal Irene.

Jinyoung mendekati Irene dan mengusak pelan rambut gadis itu, "Jangan diforsir sayang"

Irene terdiam, Jinyoung sering melakukan hal manis seperti ini namun tetap saja membuat dirinya terbang.

"Kurang killing part doang kok"

"Besok lagi, kamu udah banjir keringet gini. Jangan dipaksa"

Irene akhirnya mengangguk setuju, "kamu ngapain kesini. Bukannya lagi basket ya?"

"Aku pulang, tadi chat kamu tapi kamu ga bales jadi tanya ke Seulgi. Tapi kok kamu sendirian disini, yang lain kemana?"

"Udah pada pulang. Lagian mereka mah udah pro, jadi enak. Aku baru gabung kemarin, ga enak kalo nyusahin mereka terus"

Jinyoung hanya terdiam, "Kamu udah izin mamah papah kamu ikut dance gini?"

Irene menggeleng,"Belum, aku takut ngga diizinin"

"Lain kali kalo mau gabung komunitas atau extra tanya mereka dulu rin"

Irene mengangguk, "pulang yuk"

"Ayo"

***

Diperjalanan mereka hanya menatap jalanan yang mulai lenggang, mungkin karena jam sudah menunjukan pukul 8 malam.

"Mau mampir ke mana dulu ngga?" Tanya Jinyoung.

"Ngga usah lah, mau ngapain juga"

Jinyoung mengangguk dan kembali berfokus pada jalanan.

15 menit berlalu, mereka telah sampai didepan rumah Irene.

"Mau mampir?"

Jinyoung menggeleng, "ngga lah. Ngga enak udah malem gini"

"Yaudah, hati-hati ya. Jangan ngebut"ucap Irene lalu ia membuka pintu mobil itu namun Jinyoung menarik lengan Irene. Hal itu membuat Irene tertarik kearah Jinyoung.

"Ngapain sih?" Irene dapat merasakan hembusan nafas Jinyoung dilehernya.

"Begini dulu sebentar" ucap Jinyoung lalu mendekap Irene.

Irene hanya mematung, ia tak tahu harus bereaksi seperti apa saat hal seperti ini terjadi.

"Rin," panggil Jinyoung.

"Hm?"

"Makasih udah mau nerima aku jadi pacar kamu" ucap Jinyoung lalu melepas dekapanya.

***

Past ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang