PUTUS?

67 15 5
                                    

Irene membuka ponselnya, ada pesan yang masuk.

Jinyoung

Rin..
Kita ketemu tempat biasa, bisa?
Jam 4 ya

Irene terdiam sebentar dan kembali membuka ponselnya.

Iya
bisa

Gadis itu menutup ponselnya dan menutup dirinya dalam selimut, lagi.

Ia teringat kemarin melihat Jinyoung dengan gadis lain. Menautkan tangan dengan senyum yang merekah pada kedua insan itu. Terlihat bahagia.

Bahkan disaat Jinyoung bersama dengan Irene pria itu tidak pernah menunjukan senyuman semanis itu.

Mungkin dari awal memang Irene yang salah, ia terlalu cepat menerima Jinyoung hingga melupakan bahwa posisinya sekarang hanya sebagai murid baru.

Tanpa mengetahui siapa saja yang telah memasuki hati Jinyoung.

***

"Hai" sapa Jinyoung.

Irene yang sedang fokus pada minumanya mendongak dan menatap pria yang menyapanya itu.

"Iya" balasnya murung.

Jinyoung duduk dikursi depan Irene dan membenarkan surai gadis itu, "Kamu udah lama?"

Irene menggeleng, "ngga kok" ucap Irene berbohong. Sudah 30 menit ia menunggu pria itu.

Mereka terdiam dalam pemikiran masing-masing. Hal ini sungguh asing bagi mereka, biasanya saat bertemu seperti ini pasti mereka saling bercanda atau saling menautkan tangan.

Namun, sekarang telah berbeda. Jinyoung sibuk memainkan jemarinya gugup. Irene melihat itu. Tak biasanya Jinyoung seperti itu.

"Kamu kenapa? Ada masalah?" Tanya Irene memecah Suasana.

Jinyoung menggeleng, "ngga kok"

Irene menghela nafasnya panjang, "Young, aku mau nanya,"

"Iya?"

"Sekali lagi aku mau nanya hal yang sama kayak dulu, kenapa kamu nembak aku?" tanya Irene. Matanya mulai memanas, entah perasaanya mendadak tidak enak.

"Jawabanya sam-"

"Jangan ngelak! Gue tau lo ngga serius waktu itu" potong Irene. Amarahnya sudah diubun-ubun. Bahasa yang digunakan gadis itu pun telah menunjukan bahwa mood nya sedang sangat jelek saat ini.

"Rin? Kamu kenapa?" Jinyoung sedikit tarik ulur.

Irene meringis tak percaya pada omongan pria itu, "Kenapa? Hm kenapa ya?,"

"Mungkin karna ada cewe yang namanya Sana? "

Jinyoung mematung, ternyata Joy menceritakan segalanya pada Irene.

"Kamu tau dari Joy?"

"Ga penting gue tau dari mana, sekarang udah jelas kan. Lo masih suka sama cewe itu dan pengin kita putus? Yaudah putus. Jangan dibuat susah lah!" Ucap Irene dengan nada yang belum pernah ia keluarkan saat bersama Jinyoung.

"Dan apa? Lo bilang gue itu temen lo dari kecil? Ada ya temen yang rela nyakitin temenya? Wow!?" Sindir Irene. Dulu, pas awal mereka berpacaran Jinyoung mengatakan bahwa Irene adalah teman masa kecil Jinyoung. Dan bodohnya, Irene percaya atas pernyataan bodoh itu.

"Udah jelas kan? Kita putus?! Gausah sok sedih atau pura-pura peduli sama gue?! Gue ga butuh rasa kasian dari lo!" Tukas Irene sembari mendorong meja hingga mengenai perut Jinyoung. Gadis itu langsung keluar dari cafe itu.

***

Flashback

Drttt Drttt

Irene membuka ponselnya. Ternyata Joy mengirim pesan.

Joi

Rin
Gue telfon yaa

Setelah membaca pesan itu, ponselnya berdering. Telfon dari Joy.

"Halo"

"Halo rin,"

"Kenapa?"

"Jinyoung rin, ternyata cewe tadi mantannya dan kata dia, dia masih suka sama mantanya"

Irene terdiam, mencerna perkataan Joy. Jadi, dia cuma dibuat pelampiasan?

"Rin? Woy rin?" Sapa Joy disebrang sana.

"Siapa nama cewe itu?"

"Sana, iya sana kayaknya"

"Oke makasih, Joy"

Irene menutup telefonya dan merebahkan tubuhnya.

Past ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang