"Danus kemarin gimana?"Niko sedang sibuk mengetik sesuatu dilaptop, membaca kembali kata perkata yang sudah diketiknya. Meskipun fokusnya ada pada layar laptop yang menampilkan skripsi yang mulai disusunnya tapi tetap saja suara lembut cewek yang sedang duduk didepannya ini terdengar sangat jelas. Ia berhenti sejenak dari kegiatannya lalu menoleh ke arah sumber suara.
"Ya gitu..."
"Gitu gimana?"
Mengambil selembar kertas didalam tasnya, Niko mengulurkan kertas tersebut kepada perempuan yang saat ini sedang mengenakan sweater abu-abu yang membuat Niko tersenyum lebar.
Sweater abu-abu kesayangan Niko yang tampak kebesaran dibadan gadis mungil didepannya.
"Ini daftar yang mau dijual di stan?"
Laura membaca rentetan tulisan Niko yang menjabarkan dengan rapi hasil rapat Danus kemarin, mulai dari rencana awal sampai rencana akhir.
Setelah pulang dari kampus tadi Niko mengajaknya ke McD untuk makan sekaligus mengedit ulang Bab 3 skripsinya untuk mengejar seminar proposal bulan ini.
Niko sudah melupakan apa yang hendak diketiknya tadi, kini fokusnya ada pada tulisan yang tertera dikertas yang di pegang Laura.
"Terkejut kan?"
Laura mengangguk, melihat deretan rencana yang hendak dijual anak Danus. Mulai dari gantungan kunci, case hp, gelang dan kalung dari tali etnik, sampai membuka studio mini. Belajar dari pengalaman yang sudah ada anak Danus biasanya mentok-mentok jualan cuma makanan dan minuman, atau paling tidak mengandalkan proposal yang nantinya diajukan ke Fakultas.
"Ini tekejar emang? Waktunya kan nggak banyak."
"Itu hebatnya Danus tahun ini."
Niko menyeruput minumannya, mengulurkan kentang goreng yang ada di meja ke Laura.
"Ternyata mereka udah ada persiapan dari jauh-jauh hari sebelum ada rencana pembukaan stan."
"Maksudnya? Bukannya kepanitiaan mereka baru dibentuk?"
Sebagai jawaban untuk Laura, Niko mengangguk, "Iya, tapi mereka udah nunjuk ketua perbidang sama anggotanya masing-masing sebelum kepanitiaan dibentuk, jadi bisa bikin rencana dari jauh-jauh hari."
Sepertinya meminta Niko untuk menggantikan rapat Danus kemarin membuat Laura sedikit menyesal. Dalam bayangannya rapat Danus palingan cuma rapat-rapat seperti biasanya, mengumpulkan ide dan menjual hal yang tidak jauh dari makanan dan minuman. Laura bukannya ingin membandingkan kepanitiaan tahun ini dan tahun sebelumnya, hanya mungkin memang ditahun kepanitiaannya kurang inisiatif untuk memulai lebih dulu atau memang mereka kekurangan waktu karena setiap ada kegiatan apapun baik di Universitas maupun Fakultas mereka selalu mendapat kabar lebih lama dibandingkan dengan jurusan-jurasan lain sehingga mereka tidak bisa mempersiapkan dengan matang akibat dikejar waktu yang mepet.
"Seharusnya gue aja yang dateng kamaren, jadi penasaran sama anak Danus."
Ketika dikabari oleh Ketua panitia JCR untuk membantu memantau anak Danus rapat seminggu yang lalu Laura langsung mengubungi Niko untuk menggantikannya karena sewaktu rapat sedang berlangsung tiba-tiba perutnya sakit akibat datang bulan. Padahal anggota Danus di tahun kepanitiaan Laura jumlahnya cukup banyak, hanya saja saat itu tiba-tiba yang terlintas dalam fikiran Laura adalah Niko.
Niko yang tidak pernah menolak permintaannya.
"Empat hari lagi anak Danus rapat, datang aja."
Minuman Niko sudah habis digantikan dengan air mineral yang selalu dibawa Laura setiap hari karena mengingat Niko adalah tipikal manusia yang tidak bisa jauh dari air. Niko selalu merasa senang melihat Laura yang sepertinya sudah sangat menghapal bagaimana dirinya. Tau harus melakukan apa tanpa Niko beritahu terlebih daluhu.