05

26 1 9
                                    


Sore menjelang magrib Rara masih berada di sekre. Setelah pulang membeli bahan-bahan perlengkapan untuk Danus Franda menghubungi Rara untuk langsung meletakannya disekre. Keyla dan Toni sudah pulang duluan karena harus mengerjakan laporan praktikum. Akibat nilai Rara yang rendah, ia memiliki jadwal kuliah dan praktikum yang berbeda dengan Keyla dan Toni. Sebenarnya tadi Toni sudah menawarkan untuk mengantar bahan-bahan yang mereka beli lalu mengantarkan Rara pulang. Tapi karena tau bagaimana banyaknya deadline Toni, Rara berhasil menolak tawaran Toni meski harus menghabiskan waktu sekitar setengah jam.

Sekre sudah sepi, hanya ada beberapa pengurus yang masih sibuk mengerjakan sesuatu yang Rara tidak ketahui. Selesai meletakkan bahan-bahan perlengkan Danus, Rara pergi menuju parkir dekat Lab yang tempatnya berdekatan dengan sekre. Mengcek ponsel yang ada didalam tasnya, membalas pesan yang dikirim Farrel dua puluh menit yang lalu.

WhatsApp
17.48

Farrel
Ra dimana?
Udah pulang dari beli bahan?

18.08

Rara

Udah.
Ini masih di parkir Lab.
Baru selesai narok bahan yang dibeli tadi.

Meletakkan ponsel ke dalam tas, Rara mengedarkan pandangannya ke arah sekitar. Sudah sepi. Farrel belum membalas pesannya.

Selang 20 detik mata Rara terfokus kearah cowok yang baru saja keluar dari Lab, dengan rambut yang sedikit acak-acakan namun tidak mengurangi kadar kegantengannya sedikitpun.

Sekarang hari Rabu. Dan Rara tau persis hari Rabu adalah hari tersibuk cowok tersebut karena jadwal sebagai asisten praktikum yang full.

Takut yang dilihat menyadari kemana arah mata Rara, dengan cepat Rara memutuskan pandangan ke arah cowok yang tiba-tiba sudah ada dihadapannya saat ini.

"Belum pulang?"

Rara mengadahkan kepala, terkejut menatap manik yang sedang tersenyum manis ke arahnya.

"Rara kan? Anak Danus?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Rara kan? Anak Danus?"

"Iya bang," Rara mengangguk kikuk.

"Mau serempak?"

Mendengar itu Rara mengerjapkan matanya, terpana mendengar suara yang entah mulai dari kapan terdengar lembut ditelinganya.

"Eh nggak usah bang, ini juga lagi nunggu jemputan."

Bodoh.

Kenapa harus ditolak sih, Ra?

"Nanti ngerepoti," lanjut Rara masih merasa bodoh kenapa menolak kesempatan emas seperti ini.

Kapan lagi dia bisa pulang serempak dengan cowok yang disukainya selama ini?

"Udah magrib, gapapa serempak aja."

Good Night Farrel!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang