5

392 69 11
                                    

Happy reading...

Kelas riuh karena kertas tugas mata pelajaran Matematika yang diajar guru baru, Pak Hadi baru saja dibagi.

Bagaimana gak heboh, nilai tugas Rangga dan Livia mendapat nilai sempurna. Semua mata memandang kearah Rangga yang baru masuk ke kelas nya.

"Rangga." panggil Bimo.

Bimo mengulurkan kertas ulangan dengan nama Rangga di sana.

"Livia sepertinya mengerjakan tugas untukmu dan nilai sempurna. Selamat Rangga, kali ini dia menyelamatkan nyawamu." sindir Bimo.

Rangga meremas kertas tugas kemarin dengan kesal. Diliriknya bangku tempat Livia duduk. Bangku kosong yang biasanya di tempati cewek jutek.

"Boleh aku duduk di sana Rangga?" tanya Avril manja seraya menunjuk tempat duduk Livia dengan dagunya secara samar.

"Ck...duduk di tempatmu. Aku lagi pusing, jangan ganggu aku." pinta Rangga sambil memalingkan wajahnya dari Avril.

"Kenapa wajahmu masam sayang? Apa kau rindu si jutek Livia?" tanya Avril.

Rangga hanya memutar bola matanya ke arah Avril dengan malas dan kemudian mengacuhkannya.

"Bukan urusanmu." jawab Rangga pelan.

Avril kembali ke bangkunya dengan wajah bersungut kesal.

Sepanjang hari ini mood Rangga benar-benar jelek. Dia lebih memilih tidur di meja dengan tangannya sebagai bantal saat istirahat.

Suara Mamanya semalam masih berputar-putar di otaknya. Impian yang hancur dan rasa kecewa Mamanya dan Rangga masih berusaha menemukan jawabannya.

Sayangnya pelajaran terakhir adalah Bahasa Inggris dan guru killer kembali masuk dengan senyum khasnya.

Bu Titiek tersenyum melihat Rangga.
Rangga mengacuhkannya. Malas.

"Siang anak-anak." sapa Bu Titiek di depan kelas.

"Siang Bu." jawab semuanya serentak.

"Avril, duduk di belakang menggantikan Livia." kata Bu Titiek yang lagi-lagi membuat semua mata melotot heran.

Dan semua pandangan kini beralih ke Rangga. Cowok itu mendengus kesal, Rangga mengangkat tangannya saat Avril bersiap pindah tempat duduk.

"Ya, Rangga." kata Bu Titiek.

"Sejak kapan Bu Titiek mempunyai kebiasaan baru? Memindahkan tempat duduk murid seenaknya?" tanya Rangga dengan posisi berdiri dan menantang.

"Sejak menjadi wali kelasmu." jawab Bu Titiek santai.

"Apa Mama saya yang menelfon Ibu? Untuk memilih siapa yang pantas menjadi teman sebangku saya?"

"Iya dan saya menyetujuinya." jawab Bu Titiek dengan wajah tanpa dosa hingga membuat Rangga mulai tersulut emosinya.

"Kenapa? Kemarin saya gak protes bukan berarti saya mau dipindah ke sana dan dipindah kesini." tanya Rangga dengan sedikit kesal.

"Aku menyuruhmu duduk berdampingan dengan Livia dan baru dua hari, kau membuat kekacauan. Dan sekarang, kau duduk dengan pacarmu. Kita lihat saja siapa tau hidupmu lebih indah dan bisa mencetak nilai sempurna seperti tadi pagi." jawab Bu Titiek sambil melangkah ke arah Avril.

"Sana duduk dekat Rangga. Terlalu baik kalau Livia duduk dengan dia." omel Bu Titiek. Tangannya mencolek lengan Avril untuk segera pergi ke dekat Rangga.

Avril segera berjalan menuju bangku belakang. Tangan Rangga mengepal menahan marah. Tatapan menghunusnya tak membuat Bu Titiek gentar.

Rangga menggebrak meja dengan keras hingga semua menoleh ke arah Rangga.

My Neighbour My Enemy (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang