13

302 52 17
                                    

Happy reading guys...

Waktu menujukkan pukul 21.00 Wita. Kala mobil yang membawa Bu Diza dan Pak Satya memasuki halaman rumah mereka.

Menatap rumah yang dalam keadaan sepi dan gelap. Hanya lampu teras yang menyala.

"Livia pasti tidur di rumah Trisna. Papa masuk aja dulu, Mama lihat Livia." Bu Diza mengulurkan kunci rumah pada suaminya.

Bu Diza melangkah pelan kerumah Rangga. Terlihat lampu yang masih menyala dengan terangnya, membuat Bu Diza tersenyum.

"Assalamualaikum, Trisna."

Sebuah wajah ayu menyembul dari ruang tengah. Senyum merekah menghiasi wajahnya. Berjalan cepat menyambut tamu yang sudah ada di depan rumahnya.

"Waalaikumsalam, masuk Diza. Baru nyampek?" jawab Bu Trisna.

Bu Diza mengangguk dan memeluk Bu Trisna erat.

"Eh, mereka kayaknya udah jadian. Ini karena taktik kita yang sedikit curang dan mengorbankan perasaan Livia." bisik Bu Trisna pada Bu Diza.

Bu Diza terkekeh pelan.

"Kita jahat nggak sih?"

Bu Trisna mengibaskan jemarinya pelan. Wajah tanpa dosanya tersenyum puas.

"Itu namanya taktik, mereka sebenarnya saling suka tapi gak mau ngaku. Jaga gengsi gitu."

"Iya, sampai-sampai saling menyakiti." jawab Bu Diza.

Bu Trisna menarik tangan Bu Diza untuk mengikuti langkahnya menuju ke lantai dua.
Berhenti sejenak di depan pintu yang di yakini Bu Diza kalau putrinya tidur di dalam.

Bu Trisna membuka pintu kamar perlahan. Bu Diza menatap anak gadisnya yang tengah tertidur pulas.

Rangga nampak tertidur dengan posisi duduk di kursi di samping ranjang Livia. Seraya tangannya menggenggam erat tangan gadisnya.

Bu Diza dan Bu Trisna saling menatap heran, kemudian tersenyum geli. Bu Trisna mendekati Rangga perlahan. Mengusap kepala Rangga dan membangunkan anak lelakinya dengan sebuah bisikan.

"Rangga, bangun. Tidur di kamarmu sendiri."

Rangga mengerjapkan matanya pelan. Menutup mulutnya yang menguap lebar. Di tarik tangannya perlahan dari genggaman erat jemari Livia.

Rangga berdiri dan menggeliat pelan. Posisi tidur dalam keadaan duduk membuat tubuhnya terasa kaku.

Rangga terkejut saat membalikkan badannya, Bu Diza menatapnya dengan sebuah lengkungan di bibirnya.

"Oh...Tante." sapa Rangga dengan mata sedikit melotot.

Aduh..semoga Mamanya Livia gak liat tangan kami yang saling menggenggam, malu aku.. Rangga mengusap wajahnya pelan.

"Thanks Rangga, udah jagain Livia." bisik Bu Diza yang sukses membuat Rangga tersipu malu.

"Ayo, besok kamu sekolah." ucap Bu Trisna seraya mendorong tubuh Rangga untuk keluar dari kamar Livia. Dirinya tau kalau Rangga terjebak dalam situasi yang kaku.

Bu Diza mengamati kaki Livia yang terluka, seperti cerita Bu Trisna sore tadi lewat telfon. Menghela nafas pelan sebelum akhirnya melangkah keluar kamar dan menutup pintu pelan.

"Aku pulang dulu ya." pamit Bu Diza.

"Besok biar Rangga yang anter Livia sekolah." tawar Bu Trisna yang di jawab anggukan Bu Diza.

...

Tadi pagi Rangga mengantar Livia pulang untuk berganti seragam. Dan sekarang, Rangga sudah berdiri di depan teras rumah Livia.

My Neighbour My Enemy (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang