7

406 63 14
                                    

Happy reading...

"Jangan jatuh cinta padaku, aku belum selesai menyiksamu." ucap Livia seraya berlari kecil ke kamarnya.

Bu Trisna mendekati Rangga dengan mulut menganga dan tatapan tak percaya.

"Serius?"

"Livia, aku jatuh cinta pada kawat birumu, sayang kawat itu telah di lepas." gumam Rangga pelan.

Bu Trisna dan Bu Diza mendengar ucapan Rangga walaupun pelan.

"Hahh??" Bu Trisna dan Bu Diza menghela nafas lega.

"Aku kira kau beneran jatuh cinta sama Livia." kata Bu Trisna dengan jantung yang berdegup kencang.

Aku ini kenapa sih? Kok jadi aku yang ke baperan, padahal Rangga kan cuma bercanda ya...teriak Bu Trisna dalam hati.

"Atau aku pasang lagi kawat biru Livia." canda Bu Diza yang langsung dijawab senyum malu Rangga.

"Sayang, sebentar lagi kita berangkat." kata Pak Satya dari dalam kamar.

"Serahkan Livia pada ku, jangan khawatirkan dia. Aku akan menyuruh Rangga menemaninya." ucap Bu Trisna.
Bu Diza memeluk Bu Trisna erat.

"Makasih, Tris." ucap Bu Diza lega.

...

Bu Diza mengetuk pintu Livia dan terpaksa membuka pintu kamarnya  karena tak ada jawaban dari sang pemilik kamar.

"Liv, Mama pergi dulu." pamit Bu Diza dan menyerahkan amplop berisi uang pada Livia.

Bu Diza meneliti raut wajah Livia yang masam.

"Mama kan tau kalau Livia ingin menjauh dari Rangga. Mama pake acara nitip segala. Sebel tau." air mata gadis itu sudah mengalir di pipi. Amarahnya benar-benar sudah mencapai tingkat tertinggi.

"Maaf, tapi siapa lagi yang Mama percaya buat jagain kamu. Kita gak punya pembantu, sayang." jawab Bu Diza.

"Makanya cari pembantu! Biar Livia juga bisa belajar tenang dan gak kepikiran belum nyapu dan ngepel." kata Livia ketus.

"Iya tapi tolong turuti Mama kali ini, tuh Bu Trisna nunggu kamu di bawah. Eh...tadi Rangga bilang jatuh cinta sama kamu loh."

Livia tersenyum kecut.

"Jangan tertipu dengan rayuannya, kalau sok baik...itu pertanda dia lagi gombal. Aku sudah hafal dengan kelakuan bocah satu itu." jawab Livia.

Mata Bu Diza membulat.
"Wah...tebakanmu benar sekali, dia tadi hanya bercanda, Liv."

Bu Diza mengacak poni Livia dan mencium pipi putri kesayangannya.

...

"Ini kamarmu, Livia." kata Bu Trisna kala memasuki kamar di samping kamar Rangga. Hanya bedanya, kamar Rangga lebih besar dengan balkon di depan kamarnya.

"Makasih, Tante." kata Livia.

Livia yang sedari tadi memeluk bantal dan selimutnya, segera menghempaskan ke ranjang begitu saja. Mencoba ranjang baru yang akan di tempatinya beberapa hari ke depan.

Rangga berdiri di tengah pintu. Menatap dan tersenyum melihat Livia yang sedang duduk di bibir ranjang sambil melamun.

Rangga menyandarkan tubuhnya pada daun pintu.

"Akhirnya, ulat bulu masuk kandang kecoa." Ungkapan pembuka dari Rangga sukses membuat Livia menoleh.

"Kandang kecoanya lumayan nyaman, sepertinya ulat bulu akan betah di sini sampai menjadi kupu-kupu."

My Neighbour My Enemy (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang