Dua Orang yang Saling Memahami

45 7 0
                                    

Mengandalkan Google Maps, sampailah Nick dan Olivia di tempat pembuatan gitar. Sebuah rumah yang tidak terlalu besar namun mempunyai halaman yang cukup luas. Ada beberapa kursi kayu jati di depan teras rumah itu. Nick mencoba mengetuk pintu beberapa kali namun tak ada yang membukakan. Hingga terdengar suara kayu yang diketuk-ketuk dari ruangan kecil di sebelah rumah utama. Nick dan Olivia bergegas mendatangi arah suara itu. Pintu samping ruangan itu terbuka lebar. Tampaklah seorang pria berumur sekitar 50an tahun yang sedang memahat kayu untuk membuat sebuah gitar.

"Siang Pak." Sapa Nick begitu memasuki ruangan itu.

"Eh siang siang. Sebentar ya, kalian lihat-lihat dulu saja, saya agak nanggung soalnya." Kata Bapak pembuat gitar.

"Iya Pak ngga papa, dilanjut aja. Saya bisa nunggu koq." Ujar Nick yang kemudian sibuk memutar kepala nya ke kiri dan kanan melihat-lihat banyaknya instrument music petik di sekitar ruangan itu. Ruangan di bagian belakang dimana terletak beberapa jenis gitar yang sudah selesai, sedikit lebih bersih dibanding di bagian depan dimana banyak berserakan serpihan bekas pahatan kayu.

"Kalo mau duduk, ada kursi di teras depan." Lanjutnya setelah beberapa saat.

Nick mengajak Olivia untuk ke teras dan menunggu di sana.

"Emang kenapa ngga beli jadi sih Nick?" Tanya Olivia sementara menunggu.

"Aku kidal, dan gitar-gitar yang dijual rata-rata ngga sesuai dengan gayaku. Mending pesen aja, jadi bisa nyesuaiin dengan mauku sendiri."

Olivia manggut-manggut, walaupun sebenarnya tak terlalu memahami tentang alat musik.

"Kamu udah berapa lama gabung sama band kamu ini?" Tanya Olivia lagi.

"Ehhmmm... belum lama. Sekitar 2 bulan yang lalu. Temenku ngasih tau kalo mereka lagi nyari gitaris karena gitaris lama mereka pindah keluar kota."

"Jadi habis lulus kuliah kamu pindah kesini dan gabung sama mereka?" Lanjut Olivia bertanya.

"Lulus?" Nick tertawa getir. "Udah lulus belum ya statusnya?"

Olivia menoleh ke samping melihat Nick dengan tatapan bingung. "Maksud kamu? Kamu pernah bilang kamu udah lulus S1."

Tatapan mata Nick terlihat kosong, seperti memendam sesuatu.

"Aku ngga sempat ikut wisuda. Ijasahku juga belum aku ambil."

"Kenapa?" Tanya Olivia penasaran.

Nick akhirnya menoleh dan menatap Olivia. "Kamu beneran mau dengar cerita aku? Aku takut kamu bosan."

"Aku mau dengar." Ujar Olivia bersemangat. Nick pun tersenyum.

Setelah mengatur nafas, Nick mulai bercerita. "Papaku meninggal 5 tahun yang lalu. Ninggalin mama, aku sama adekku. Aku dua bersaudara. Adekku masih SMA sekarang. Cowok juga. Terus mama ambil alih bisnis papa di bidang perkebunan." Kalimat Nick terhenti dan dia menyalakan sebatang rokok.

"Aku kuliah jurusan Agriculture, karena aku mau nglanjutin usaha peninggalan Papa. Tapi beberapa bulan yang lalu, waktu aku mau wisuda, tiba-tiba mama ngomong sesuatu. Dia bilang dia mau nikah lagi. Tapi yang bikin aku ngga bisa terima, dia mau nikah sama temen baik papa. Mama bilang, aku lanjut aja kuliah S2 di Malaysia karena sekarang udah ada suami barunya yang akan ngurus perkebunan." Lagi-lagi Nick tersenyum getir. "Dulu mama bilang aku harus kuliah serius biar bisa cepet lulus terus ambil alih tanggung jawab di perkebunan. Anehnya setelah aku selesai kuliah, tiba-tiba dia nyuruh aku lanjut S2 dan malah nyerahin tanggung jawab ke suami barunya. Seolah-olah aku diusir dari sana."

"Kamu udah coba nanya apa alasannya?" Tanya Olivia.

"Alasan apa? Setiap aku nanya, dia malahan marah sama aku." Tutur Nick kesal.

"Jadi kamu berantem sama mama kamu dan kabur kesini?"

Nick menggangguk.

"Wajar sih kalo kamu marah. Kamu udah jadi anak yang baik, kuliah serius karena pengen bantu mama kamu handle bisnisnya. Tapi endingnya lain karena mama kamu berubah pikiran. Kamu pasti sakit hati banget."

Nick terkejut. Ini adalah kali pertama ada orang yang mengerti perasaannya. Padahal keluarga besarnya semua menyalahkan dia.

Olivia memandang Nick dengan tatapan tulus. "Tapi gimanapun dia mama kamu Nick. Mungkin sekarang kamu masih marah, tapi nanti kalo amarah kamu udah reda, kamu cari waktu untuk bicara dengan mama kamu dari hati ke hati. Pada hakikatnya, ngga ada koq orang tua yang mau mencelakakan anaknya."

"Iya, thanks udah mau ndengerin cerita ku." Nick tersentuh dengan kata-kata Olivia. Nick yang pada awalnya ragu untuk bercerita, sekarang dia bersyukur karena sudah menceritakan masalahnya. Ternyata Olivia yang pada awalnya tak punya kesan baik di matanya, adalah seorang yang bijaksana.

Sementara itu, Olivia semakin gelisah. Setelah mendengar cerita Nick, dia lebih yakin jika pria di sampingnya itu adalah orang yang baik, orang yang sedang terluka. Nick tak pantas untuk disakiti lagi. Dia pun memutuskan untuk memberi tahu Nick yang sebenarnya tentang Putri.

"Ada yang mau aku bilang Nick. Tapi aku mau minta maaf dulu sama kamu. Aku harap kamu mau maafin aku setelah aku cerita." Kata Olivia dengan wajah sedih.

"Cerita aja Liv. Aku tau ada yang kamu sembunyikan. Tenang aja, aku ngga akan marah sama kamu koq." Ujar Nick berlapang dada.

"Nick... sebenarnya Putri bukan lagi mudik. Dan dia juga bukan lagi ada masalah keluarga. Dia sebenarnya lagi ada acara tunangan sama pacarnya di Jakarta." Olivia mulai membeberkan detail cerita tentang Putri kepada Nick. Mulai dari siapa pacar Putri, pekerjaannya, bagaimana mereka berkenalan dan latar belakang pertunangan mereka yang mendadak.

Nick menggigit bibir bawahnya. Kecewa. Tapi anehnya tidak merasa sakit hati. Dia hanya kecewa kenapa tidak ada yang mau berterus terang kepadanya.

"Hei.. jangan pasang muka menyedihkan gitu donk. Aku ngga papa koq." Kata Nick saat menoleh dan melihat wajah Olivia yang murung.

"Kamu jangan pura-pura ngga papa gitu Nick. Aku lebih merasa bersalah." Kata Olivia masih dengan wajah sedih.

Nick tertawa. "Aku beneran ngga papa Olivia. Cuma masalah kaya gini aja ngga akan bikin aku jungkir balik kaya orang gila."

"Kamu ngga marah sama aku kan Nick?" Tanya Olivia memelas.

"Kalo aku jadi kamu, aku juga akan nglakuin hal yang sama koq buat sahabat aku." Ucap Nick mencoba menenangkan Olivia

"Maaf ya Nick."

Nick tersenyum. "Iya iya.. aku maafin. Udah ngga usah pasang muka sedih gitu lagi. Ok."

Since You Came into My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang