Ting,,, Bunyi bel sebuah supermarket menampilkan sesosok wanita muda yang menggunakan sweater pink dan rok sebatas lutut lengkap dengan rambut yang di urai dan sedikit kepang itu, yang sedang terlihat mencari sesuatu barang yang ia inginkan.
Sambil menatap sekeliling supermarket mini tersebut dia berniat untuk membeli sebuah cokelat,
lebih tepatnya dia sekarang sangat ingin membeli beberapa kotak coklat, karena kejadian tadi membuatnya sungguh ingin pamer kepada abangnya itu, Entah itu harus di sebut sombong atau apalah yang terpenting sekarang adalah dia harus menemukan cokelatnya dahulu.
Memasuki satu tempat barisan yang berisikan beraneka ragam coklat itu membuat hatinya senang seketika,
tapi kali ini tatapan matanya yang lurus ke depan membuat langkah kakinya terhenti begitu saja, sungguh tangkapan yang memperlihatkan sosok pria,Pria yang sudah familiar di dalam hidupnya sosok orang yang selalu dapat di kaguminya, orang yang selalu menjadi alasan akan sesuatu yang di sukainya, kali ini hujatan untuk abangnya itu menjadi sebuah pujian syukur baginya.
“ekhm,, ekhm emang ya kalau jadi orang teraniaya tuh doanya di kabulin tuhan” dengan gerakan dramatisnya Bina mulai menuju ke arah pria yang tidak lain adalah Raga
“kebetulan gue mau coba gaya sinetron Indonesia ahh biasanya kalo ketemu orang dia sukai tuh pasti gayanya tabrakan, patut untuk di coba!“ Bina menjentikkan jarinya sambil tersenyum dan sesekali tertawa receh
“Hai..” betapa terkejutnya Bina saat iya melihat sosok yang menyapanya itu seseorang yang tadinya berniat untuk dia tabrak, dan sekarang orang tersebut sudah berada di depannya.
“haah!” Bina terpundur beberapa langkah, Bina memasang wajah kaget sekaligus tak percaya dengan kedatangan orang di depanya,
sebenarnya hanya Bina saja yang tidak menyadarinya karena sedari tadi dia hanya senyum-senyum sendiri di tempat.
“Haii” ulang pria tersebut sambil melambai lambaikan tangannya di depan wajah Bina, karena dia mengira Bina tidak mendengarnya tadi.
“Hmm, iya iyaa ehh” Bina hanya menampilkan senyum lebarnya dengan sederet gigi putihnya, pandangan wajahnya tidak pernah luput dari sosok yang sedang berada di depanya, sepertinya benar Bina sudah mulai kehilangan kewarasannya, karena hal yang dia lihat hanya sebatas halusinasinya pikirnya
Raga mulai melangkah mendekat mencoba menepuk kedua lengan Bina pelan, tapi hal itu malah membuat diri Bina semakin menegang dengan seketika,
suara deruhan napas pria yang sedang berada di depannya itu semakin membuat jantung Bina berdetak semakin kencang, senyum yang semula ada sekarang berubah menjadi tatapan tajam yang menenangkan baginya,
Raga mencoba mensejajarkan wajah mereka sehingga kedua bola mata mereka bisa saling bertemu, Raga dengan tatapan penuh tanda tanyanya dan sedangkan Bina masih dengan lamunan tidak percayanya.
“hey...” panggil raga pelan sambil menatap dan memegang kedua pundak Bina, hal itu membuat lamunan Bina buyar seketika dan membuat irama jantungnya semakin cepat.
Dengan gerakan spontan Bina melangkah mundur mencoba menarik nafasnya dan memegangi dadanya yang terasa sesak. (gila baru di gituin aja udah sesak yahh gayss :v))
Bina mencoba meneguk salivanya “Kakak tau..? kayaknya aku udah ngerasain gimana gejalanya hipoksia”
Bina mencoba menetralisirkan deruhan nafasnya dengan menarik nafas panjang “berada di situasi dengan kadar oksigen rendah”
Raga hanya mengerutkan keningnya sedikit bingung dengan yang di katakan bina “sejak kapan?” tanya Raga sedikit ragu, kini Raga sudah menegakkan badannya sambil melirik ke arah pajangan makanan supermarket tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE MY EVERYTHING
Teen Fiction"Satu kata yang sederhana dengan satu peristiwa sederhana" bahkan semua tentangnya yang begitu sederhana lahh yang membuatnya menjadi berbeda, percaya atau tidak ini mungkin kisah yg juga cukup sederhana tentang seorang yang luar biasa, dimana tent...