33. Ending

20 1 0
                                    

Selepas liburan pergantian semester habis, seluruh siswa dengan sebagian jiwa yang malas berangkat sekolah. Hanya sebagian saja yang bersemangat memulai kegiatan belajar pagi ini, termasuk aku, Reyhan, Andre, dan Ago.

Aku meletakkan tas di meja duduk di bangku. Kelas masih terasa cukup sepi. Mungkin beberapa dari temanku masih terbawa suasana liburan.

Walau ini sudah memasuki hari kelima sejak pertama masuk sekolah setelah liburan.

"Beb, nanti malem nonton konser, mau nggak?" Ago tiba-tiba duduk di sebelahku. "Lo udah gue kirim posternya, kan? Ada acara musik gitu di monas."

"Iya, gue juga pengen. Sama siapa aja?"

"Biasa, kita berenam."

Aku terdiam sejenak. Memikirkan hal-hal asyik apa saja yang sudah kami lewatkan selama liburan sekolah. Hampir dua minggu kami tidak bermain atau sekadar berkumpul bersama. Mungkin nanti malam adalah saat yang dinanti oleh para sahabatku.

"Gimana, Beb? Lo mau, kan?" Andre tiba-tiba duduk di hadapanku.

"Oke."

"Mau dijemput jam berapa?" tanya Andre.

"Lo mau jemput gue?"

"Ya nggak lah. Yang jemput ya Reyhan."

Aku celingukan, baru sadar bahwa Reyhan belum menyapaku pagi ini. Kusorot ruang kelas, tak ada Reyhan. "Rey mana?"

"Berak," jawab Andre.

"Dih."

"Kebanyakan makan jeruk."

"Harusnya sehat, dong."

Ago berdecak. "Yeee ... sesuatu yang berlebihan itu nggak baik. Coba, misal lo laper, terus makan nasi sekarung beras. Gimana?"

"Lebay lo, Go!"

"Nah, makanya. Sesuatu yang lebay itu nggak baik."

"Berarti Reyhan lebay dong?" tanya Andre.

"Bukan gue yang ngomong!" ucap Ago cepat-cepat setelah melihat Reyhan yang baru saja masuk kelas.

Reyhan berjalan menghampiri kami bertiga. "Ngomongin gue ya?"

Aku mengangguk. "Iya."

"Tuh, ditanyain, lo mau jemput Beby jam berapa nanti?" tanya Ago.

"Jam lima aja, gimana?"

"Oke."

**

Pukul 17.12, Rey menjemputku di rumah. Seperti biasa, pakaiannya sederhana, tapi tetap terlihat keren. Hoodie hitam terbuka dengan kaos putih di dalamnya. Tapi ada sesuatu yang membuatnya terlihat berbeda sore ini.

Rambutnya disisir rapi.

Aku terkekeh. "Lo mau nonton konser apa mau wisuda? Rambut lo rapi amat."

"Emang nggak boleh rapi? Kan nanti pas nonton gue jogetnya jalan di tempat."

Aku terkekeh lagi.

Salah satu yang membuat dia spesial adalah selalu bisa membuatku tertawa.

Kami akhirnya berangkat ke tempat konser. Di sana, Ago, Velly, Andre, dan Candy sudah menanti. Konser dimulai pukul 19.00. Jadi kami masih harus menunggu beberapa waktu.

"Gimana? Kalian udah jadian belum?" celetuk Andre pada kami berdua.

"Hah?" Aku melongo.

"Belum," jawab Reyhan santai. Aku spontan menoleh padanya, lalu ia balas dengan tolehan pula. Ia tersenyum, lantas menaikkan kedua alisnya—boyfriendable. "Kenapa? Kan, emang belum jadian."

Real Partner ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang