Halo! Selamat membaca, dan jangan lupa vote & comment! ^^ Makasih 💜
••
Hari ini aku kembali menyusun rencana bersama rekan-rekanku. Reyhan yang tadinya sedang bermain game online bersama teman-teman yang lain kupaksa untuk ikut bersamaku ke kantin. Bersama Candy, Velly, dan Ago, akhirnya Reyhan mau menuruti bujukanku.
Berbagai masukan kudapat dari rekan-rekanku. Dan setelah menghabiskan waktu sekitar sepuluh menit untuk berunding, kami akhirnya menemukan solusi untuk menjalankan rencana kami.
Kami akan melancarkan aksi kami mulai malam ini. Yap, aku sangat siap.
Sesampai di rumahku, kami berlima duduk bersantai di ruang keluarga. Sambil menunggu masakan Bi Esih matang, Candy menyibukkan diri dengan menonton drama Korea. Sedangkan Ago asyik meledek Velly yang dengan sembarangan membuang upilnya di rumah rumahku. Velly berdalih, itu adalah ajaran Reyhan.
Jorok.
Kususul Reyhan yang menunggu Bi Esih di dapur lantaran ia tak sabar menanti makan malam dengan masakan Bi Esih yang katanya enaknya melebihi masakan restoran. Ya, kuakui, masakan Bi Esih memang enak. Tapi, kata orang-orang, masakan ibu lah yang paling enak.
Entahlah. Aku sendiri lupa bagaimana rasa masakan Mama. Aku sudah terbiasa memakan masakan Bi Esih di setiap hari semenjak kelas empat SD hingga aku melupakan masakan Mama.
Ini bukan sepenuhnya salahku, bukan?
Kuintip Reyhan dan Bi Esih dari dinding pembatas ruang keluarga dan dapur. Reyhan sedang duduk di kursi sambil memainkan ponselnya. Kudengar mereka sedang berbincang.
"Manggilnya Rey aja, Bi. Jangan pake A'a lah. Nama saya nggak ada A'anya."
Aku hampir terkekeh mendengar celetukan Reyhan. Kutahan tawaku hingga akhirnya aku mengembungkan pipi. Aku kembali mendengarkan.
"Den aja, gimana?" Bibi menawarkan.
"Den? Reyden, gitu, Bi?" canda Reyhan tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya. Bi Esih yang sedang menuangkan air ke wajan terkekeh. Reyhan berdecak. "Jangan lah. Nanti saya harus ganti akte. Udah, Rey aja lah, Bi, biar keren."
"Den itu maksudnya Aden."
"Yah, ganti lagi. Nama saya nggak ada Adennya, Bi. Udah, Bibi panggil saya Rey aja. Kalau Bibi nggak mau, nanti masakannya saya bawa pulang semua, gimana?"
"Jangan, atuh! Nanti Neng Beby makan apa?" Bi Esih dan Reyhan tertawa. "Den Reyhan ta−"
Belum selesai bicara, Reyhan buru-buru mengingatkan, "Rey aja, Bi."
"Eh iya, lupa. Rey. Rey tadi malam beliin es krim coklat ya, buat Neng Beby?"
"Iya. Gimana? Kata Neng Beby, enak nggak?" Reyhan nyengir. Aku tersenyum lantaran mendengar Reyhan yang menyebutku dengan panggilan 'Neng'.
"Neng Beby sih nggak komentar apa-apa tentang rasanya. Tapi pas Neng Beby makan es krimnya, Neng Beby senyum-senyum sendiri. Bibi jadi ikut senyum-senyum pas lihat."
Astaga. Apa benar tadi malam aku senyum-senyum sendiri saat makan es krim coklat yang Reyhan belikan untukku?
Reyhan yang tadinya kukira tak bisa melepas pandangannya dari ponsel, tiba-tiba menyorot Bi Esih dengan tatapan yang tak kumengerti. "Beneran, Bi?"
Sudah cukup. Aku harus mengakhiri perbincangan Bi Esih dan Reyhan yang tidak jelas itu. Kulangkahkan kakiku untuk masuk ke dapur. Reyhan menoleh padaku. Aku berdeham. Bibi sontak juga menoleh.
![](https://img.wattpad.com/cover/226539014-288-k685279.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Real Partner ✓
Roman pour Adolescents[COMPLETED] Beby mengumumkan rencana gilanya untuk mendapatkan Andre. Ia membentuk suatu kelompok bersama sahabatnya di bidang kemanusiaan dengan nama Rehat-Rekan Curhat. Tujuan awalnya hanya untuk menelisik Andre lewat curhatannya. Tapi, Rehat just...