0.6 Hutan

92 16 7
                                    

Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk tiba di hutan utara yang jaraknya memang tidak jauh dari pondok Werewolf.

"Daerah ini masih menjadi kekuasaan Werewolf sehingga kemungkinannya kecil untuk dia berada disini, tapi mungkin dia sempat lewat sini." Jelas Winwin saat mereka sedang berjalan menyusuri hutan sambil melihat-lihat.

"Apa Hyung tidak bisa mencium jejaknya?" Tanya Mark.

"Aku tidak begitu hafal dengan baunya. Tapi dia termasuk orang asing sehingga baunya pasti asing. Aku akan mencobanya." Jawab Winwin.

Winwin kemudian berubah menjadi serigala, karena dengan menjadi serigala ia lebih bisa mencium bau-bau yang ada dengan kata lain indera penciumannya jauh lebih tajam.

Alana yang masih belum terbiasa masih agak takut dan dengan reflek menyembunyikan tubuhnya di belakang tubuh Mark.

Mark kemudian menggenggam tangan Alana untuk memberikannya sedikit ketenangan.

"Tidak apa-apa, tidak usah takut." Ucap Mark pelan hampir seperti bisikan.

Alana tidak menjawab dan terus memperhatikan Winwin yang sedang mengendus tanah mencari jejak sedangkan Mark dan Alana membuntutinya di belakang.

Mereka terus berjalan mengelilingi hutan untuk mencari jejak Herin yang mungkin tertinggal atau ada, atau bahkan bisa bertemu dengan Herin.

"Aku tidak menemukan tanda apa-apa, tidak ada bau asing di sini." Jawab Winwin setelah berubah menjadi manusia lagi.

"Benar-benar tidak ada?" Tanya Mark.

Winwin menjawabnya dengan menggelengkan kepalanya. Mark menghela nafas berat. Ia benar-benar ingin segera menemukan Herin dan segera menghabisinya agar tidak ada lagi ancaman.

"Masih ada hutan bagian barat dan selatan, Mark." Ucap Alana menenangkan sambil mengusap lengan Mark.

Mark menggenggam tangan Herin yang mengusap lengannya. "Ayo ke hutan bagian barat." Ucap Mark.

"Kalian tidak mau beristirahat dulu?" Tanya Winwin.

"Tidak, kami masih kuat." Jawab Mark.

"Alana?" Tanya Winwin.

"Aku masih kuat, kita lanjut saja. Nanti keburu malam." Jawab Alana.

Mereka bertigapun melanjutkan perjalanan menuju hutan bagian barat. Hari sudah mulai sore saat mereka bertiga tiba disana. Tanpa membuang-buang waktu lagi, Winwin mencari jejak Herin disana.

Hutan kali ini lebih kecil daripada hutan di sebelah utara, tetapi lebih banyak hewan buas yang berbahaya seperti ular dan yang lainnya.

"Berhati-hatilah." Ucap Mark pada Alana.

Bagaimanapun juga, jika mereka terkena bisah ular, mereka juga akan sakit. Mereka tidak kebal terhadap hal seperti itu.

Waktu yang dihabiskan untuk memutari hutan itu tidaklah selama
hutan sebelumnya sehingga sebelum matahari tenggelam mereka sudah selesai.

"Gimana Hyung?" Tanya Mark.

"Aku mencium bau asing sekitar 2 hari yang lalu."

"Kemana baunya pergi?" Tanya Mark yang mulai antusias dengan kemungkinan menemukan Herin.

"Kearah sana." Ucap Winwin sambil menunjuk ke arah selatan.

Bukankah kemungkinan besar Herin berada di hutan bagian selatan? Itulah yang ada di pikiran Mark dan Alana sekarang ini.

"Alana, ayo kita ke sana sekarang." Ajak Mark pada Alana.

"Jangan, sebaiknya kalian pergi besok. Hutan selatan terlalu berbahaya untuk didatangi pada malam hari." Cegah Winwin.

"Tapi, bagaimana kalo Herin sampai berpindah lagi?" Tanya Mark pada Winwin.

"Percayalah, hutan selatan terlalu berbahaya. Aku juga tidak yakin Herin berhasil bertahan di sana."

"Mark, sebaiknya kita menuruti Winwin daripada membahayakan nyawa kita dengan cara konyol." Ucap Alana kepada Mark.

"Baiklah, mari kita pulang dan lanjutkan besok." Ucap Mark sebagai keputusan akhir mereka yang di dalam hatinya dia mengkhawatirkan Alana.

Kisah cinta yang tragis karena terhalang oleh status sosial seorang anak Zeus dan seorang dewa biasa. Zeus telah merencanakan ini agar Alana tidak selamat dan Mark dapat ia jodohkan dengan anak dari dewa lain.

Mereka tiba di pondok milik Jun ketika matahari telah pulang ke peraduannya. Mark dan Alana disambut oleh Jun dan Imsoo, mereka telah menyiapkan makan malam untuk Mark dan Alana.

"Gimana tadi? Makan dulu yuk." Ucap Imsoo dengan suaranya yang sangat ramah.

"Makasih ya!" Jawab Alana.

"Yang belum dicek cuma hutan bagian Selatan dan kayaknya dia ada di sana soalnya tadi ada jejak baru ke arah hutan Selatan." Jawab Mark.

Hanya makanan sederhana yang dapat diberikan oleh Jun dan Imsoo, sangat berbeda dengan yang biasa mereka lihat di Olympus tapi entah kenapa kali ini terasa lebih spesial dan hangat dari biasanya. Mungkin karena mengetahui Mark dapat bersama Alana tanpa diganggu oleh siapapun seperti ayahnya.

"Mark, aku masuk boleh nggak?" Tanya Alana sembari mengetuk pintu kamar Mark.

"Boleh. Masuk saja, pintunya nggak aku kunci." Jawab Mark.

Alana kemudian melangkah masuk setelah menutup pintu kamar Mark. Berakhir dengan mendudukkan dirinya di samping Mark, Alana terlihat murung dan diam.

"Kenapa, Alana?" Tanya Mark yang menyadari raut muka Alana.

"Aku takut..."

"Takut kenapa? Aku tidak akan membiarkanmu mati, aku pasti akan menyelamatkanmu apapun yang terjadi. Jangan takut, ya?" Mark berusaha menenangkan Alana yang membuat Alana malah semakin menangis.

"Justru karena itu aku jadi takut, bodoh. Hidupmu lah yang menjadi prioritas. Aku tidak takut mati, tapi aku takut kehilanganmu." Jawab Alana disela-sela tangisannya.

"Alana, look at me." Ucap Mark sembari menangkupkan tangannya di pipi Alana.

Alana memandangi sosok yang ia cintai seumur hidupnya namun terlalu mustahil untuk memiliki kisah bahagia bersamanya. Pandangannya terkunci pada manik mata indah dan dalam milik Mark, membuatnya seketika menjadi tenang.

"Aku gak bakal biarin hal buruk terjadi sama kita. Aku bakal lindungin kamu maupun diriku sendiri. Ayah janji sama aku kalau kita berdua bisa selamat, ayah bakal ngijinin pernikahan kita berdua."

"Mark... Huhuhu..." Alana tidak bisa berkata apapun, hatinya begitu tersentuh dan sakit mendengarkan kata demi kata yang disampaikan oleh Mark.

Mark membawa Alana ke dalam dekapannya, mendekap perempuan yang sangat ia cintai, satu-satunya perempuan yang dapat mencuri hatinya. Mereka berpelukan untuk waktu yang lama, saling melepas rindu satu sama lain di dalam isak tangis Alana.

"Jangan nangis terus, dong. Besok kita masih harus ke Hutan Selatan." Ucap Mark sambil menyeka sisa-sisa air mata yang mengalir di pipi Alana.

"Huhuhu... iya." Jawab Alana.

"Udah sana tidur biar besok fit." Ucap Mark.

Alana menganggukkan kepalanya sebagai tanda ia mengerti kemudian beranjak berdiri. Namun, tangannya ditahan dan Mark dengan segera mengecup pipi Alana sambil mengucapkan "Selamat malam, Alana."

"Ka-Kamu ngapain sih?" Alana yang salting kemudian langsung meninggalkan kamar Mark tanpa membalas ucapan selamat malam Mark.

Mark terkekeh, menurutnya sikap Alana sangat menggemaskan dan membuatnya ingin menggigit Alana. Ia kemudian keluar dan mencari Jun yang ia temukan berada di halam belakang pondok.

"Mark? Gak tidur?" Tanya Jun ketika mendapati Mark menghampirinya.

"Belum ngantuk, Hyung. Ada yang lagi gua pikirin." Jawab Mark.

"Lo mikirin apa? Sini cerita sama gua." Ucap Jun.

"Alana... dia bikin perjanjian sama ayah gua. Kalau kita berdua selamat, ayah bakal ngasih restu. Tapi kalau sampai gua mati, Alana bakal dihukum mati. Ayah segitu gak pengennya gua sama Alana." Ucap Mark sambil menghela nafas yabg terdengar begitu berat.

God of Thunder | Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang