Blood + Sweat = Us

177 35 3
                                    

WARNING! ANAK DIBAWAH 18 TAHUN TIDAK DIPERKENANKAN UNTUK MEMBACA PART INI!

🌱🌱🌱

Arang masuk ke kamarnya yang luas sambil membuang sepasang heels-nya hingga menjatuhkan beberapa buku di rak tinggi di satu sisi dinding. Sebelum kembali ke gudang perempuan itu memutuskan untuk mengganti gaun-nya dengan pakaian hangat dan tebal.

Arang terduduk di tepi ranjang, tiba-tiba merasa sesak kala mengingat pertemuannya dengan sang mertua. Selalu seperti ini. Dia tau dia tidak diinginkan, tapi sekali saja dia ingin memberi penghormatan pada Ayah Jin sebagaimana seorang menantu pada mertuanya. Tapi dia juga tahu bahwa sekali tidak diinginkan makanya semuanya mustahil, pun dengan Jin yang tidak pernah memberikan akses padanya untuk sekedar menunjukkan bahwa dirinya bukan menantu yang buruk.

Terdengar pintunya terbuka dan Arang menoleh, mendapati Jin mendekat.

"Temani aku minum," perintahnya.

"Aku mau kembali ke gudang," jawab Arang sambil berdiri, meraih kaitan dressnya dengan susah payah dan berjalan menuju lemari pakaiannya yang besar. Di depan kaca lemari, Arang berusaha menggapai kaitan dressnya bahkan sampai memutar tubuh sangking sulitnya.

Kulitnya yang terbuka bersentuhan dengan jemari Jin saat laki-laki itu membantunya melepas kaitan dressnya. Lalu mengecup pundaknya, menjilatnya dan berakhir dengan menggigit kecil ditempat yang sama.

Arang melihat pantulan suaminya dari cermin. Laki-laki itu selalu terlihat kacau setelah menyuruhnya ke gudang. Arang membalik badan, mengalungkan kedua tangannya di leher Jin, membiarkan punggungnya yang terbuka terpantul di cermin.

Sebagaimanapun hubungan mereka, nyatanya mereka selalu menginginkan satu sama lain sama besar. Selalu menggebu dan semakin besar setiap saat. Meskipun tidak bisa dipungkuri Jin termasuk suami yang buruk karena sering kali menghukumnya karena masalah kecil. Psyco!

Tangan Jin bergerak naik turun dipunggung Arang, mengelusnya perlahan dan berirama membuat istrinya semakin mengeratkan pelukan dan menyembunyikan wajah di leher Jin.

"Temani aku minum." Perintah Jin lebih lembut.

Satu anggukkan dan Jin langsung menggendong istrinya menuju ruang baca, tempatnya biasanya minum.

Arang didudukkan di meja sementara Jin menuju rak botol wine yang ada di ruang bawah tangga. Tak lama, laki-laki itu kembali dengan sebotol wine di tangan dan satu gelas bertangkai panjang.

Jin duduk di kursi yang dipakai Arang sebagai pijakan dan kaki perempuan itu beralih menjadikan pahanya sebagai alas. Jin menuang wine ke gelas sampai penuh, menyodorkan pada Arang dan membuat perempuan itu langsung merengut.

"Funny, huh?" Ucap Arang sebal.

"Of course. Beb, wine tidak akan membuatmu mabuk, setidaknya hanya satu gelas."

"Aku tidak bodoh. Aku tahu." Arang menyilangkan kakinya, hingga pahanya terlihat karena dressnya yang pendek. Satu tangan Jin yang bebas mengelusnya.

"Iam sorry," gumam Jin.

"Wha ...."

"For every punishment I gave to you. I'am a jerk but I damn love you, beb."

Arang terdiam. Menatap manik suaminya yang menyorotkan penyesalan.

Minum-minum adalah salah satu cara Jin mengungkap penyesalan atas kesalahan-kesalahan yang dia lakukan pada ARang. Arang tahu Jin tidak mabuk. Laki-laki itu totally sober, tapi mungkin menganggap Arang tidak mengerti kekuatan minumnya. Jin akan mengeluarkan semuanya. Segala hal yang diresahkannya yang tidak akan dia sebutkan saat tidak minum-minum seperti ini.

Prisoner Of JinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang