Menepis Sendiri Mimpi Buruk

147 27 3
                                    

🌱🌱🌱

Jin tidak menyangka respon Arang akan sangat diluar perkiraannya. Istrinya itu menampar pipi kemerahan Hyuna yang dipoles blush on, setengah keras. Membuat Hyuna memekik manja dan melayangkan tatapan tajam penuh amarah.

"Apa yang kau lakukan!" teriak Hyuna hendak maju saat Arang lebih dulu maju dan menyudutkan Hyuna di tembok luar toilet. Menepi dari lalu lalang orang yg ada di cafe itu.

"Jangan mempermalukan dirimu. Kalau kau memang hamil anak Jin, datangi rumah kami. Minta pertanggungjawaban yang baik. Jangan membuat malu dengan drama di muka umum seperti ini," ucap Arang tegas meskipun dia sendiri sadar ada rasa gemetar saat mengucapkannya. Lalu tatapannya beralih pada Jin. "Aku akan pulang sendiri. Temani si ibu hamil," lanjutnya melirik Hyuna sebentar dan melenggang pergi meninggalkan Jin yang terpaku.

Di dalam mobil, Arang terisak. Tentu saja kecewa jika Hyuna benar-benar mengandung anak Jin. Kepalanya bersandar pada punggung kursi penumpang, meminta supir untuk segera membawa mobil kembali ke rumah dengan cepat.

Arang begitu terkejut melihat Jin sudah berada di dalam rumah saat dia sampai. Dia bahkan tidak melihat ada mobil yg terparkir di depan rumah. Dia juga tidak melihat keberadaan Hyuna.

Arang menuju dapur, meneguk segelas air dingin dari kulkas dan berjalan menuju kamarnya sendiri bukan kamar di lantai tiga.

"Tidak ada yg ingin kau ucapkan?" tanya Jin, menghentikan langkah kaki Arang di tangga tengah.

Arang berbalik dan berucap sendu. "Tidak ada. Belum. Maksudku ahh tidak sekarang. Aku akan istirahat." Arang kembali melangkah dengan pikiran kacau pun linglung.

"Aku tidak tahu kalau istriku bisa semengerikan itu."

Arang menatap Jin sebal.

"Terima kasih sudah percaya," lanjut Jin.

"Aku tidak mempercayai siapa-siapa. Aku tidak tahu kegiatanmu di luar sana. Bisa jadi selama ini kau memang diam-diam berhubungan dengan Hyuna-ssi. Dan ..." Napasnya tercekat, sebisa mungkin menahan air mata yang merebak di kelopak. "Ka-kalau bayi yg dikandung Hyuna-ssi adalah anakmu, kau harus tanggung jawab. Bagaimanapun anak itu terbentuk, kau ayahnya."

Jin melangkah cepat, meraih Arang yg hendak jatuh karena terlalu lemah dan kecewa. Perempuan itu menumpukan kepalanya pada bahu Jin, memukul dada Jin berkali-kali. Jin membiarkan istrinya menumpahkan kekesalan yg dipendamnya sejak tadi.

"Jika kelakukan baikmu sejak kemarin hanya untuk meminta kesediaanku menerima kabar buruk darimu dan juga Hyuna, seharusnya kau perlakukan aku seperti tahanan saja. Seperti sebelumnya. Aku kecewa Jin." Arang terisak hingga napasnya tak beraturan. Jin mengangkat Arang, menggendong Arang ke lantai tiga-ke kamar mereka.

Di dudukkannya sang istri di kursi di depan balkon, sementara Jin berjongkok di bawahnya. Tangan laki-laki itu terulur untuk mengaitkan helain rambut panjang Arang yg menutupi wajah, kemudian memegang kedua tangan Arang yg sedari tadi sibuk menghapus air mata di pipi.

Jin tersenyum, bukan berarti dia menyukai keadaan Arang yg seperti ini tapi entah kenapa dia merasa bahagia melihat Arang menangisinya- itu artinya perempuan itu sangat mencintainya hingga merasa kecewa dengan berita yg dibawa oleh Hyuna.

Selama inipun dia sadar tidak memperlakukan Arang dengan baik karena satu alasan konyol dan kolot. Yah, saat dulu memergoki Arang di sebuah kamar tanpa busana Jin selalu berpikir bahwa perempuan itu sudah melakukannya bersama dengan sang sepupu. Itu sebabnya meskipun sudah menikah lama Jin tidak pernah menyentuh Arang, karena setiap kali dirinya hendak melakukannya satu sentuhannya seperti membuat bayangan-bayangan di kepala bagaimana Arang dan sang sepupu melakukannya. Jin terlalu jijik hingga dia tidak berkeinginan untuk menyentuh Arang-atau bisa dibilang sekuat tenaga mengalihkan hasrat dengan menyiksa Arang, mengurung perempuan itu di gudang kemudian pergi menyibukkan diri dengan pekerjaan dan rutinitas rahasianya.

Prisoner Of JinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang