24

822 140 75
                                    

BTS - Stay Gold

Yoongi masih saja menangis di kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yoongi masih saja menangis di kamarnya. Setelah membanting pintu dan menguncinya, yang dilakukannya adalah melempar ponselnya ke dinding hingga ponselnya remuk dan hancur. Yoongi menelungkupkan tubuhnya diatas ranjangnya. Tidak, yoongi menangis karena kebodohannya, hanya karena cinta.

Yoongi terisak mengingat kejadian beberapa jam lalu. Dirinya yang menangis di pinggir jalan tak tahu arah jalan pulang. Hingga akhirnya yoongi memanfaatkan sisa baterai ponselnya yang sudah menunjukkan angka 10. Yoongi segera menghubungi taeyong untuk menjemputnya di lokasinya saat ini.

Beruntung taeyong selalu memasang gps pada ponsel yoongi sehingga yoongi tidak perlu menjelaskan mengenai keberadaannya yang dirinya sendiri pun tidak tahu. Dan taeyong datang disaat matahari sudah hampir tenggelam, dan yoongi sudah menyerah untuk berjalan. Taeyong menggendong yoongi yang saat itu terlihat berjongkok dengan wajah yang ditenggelamkan diantara lututnya. 

Dan setibanya mereka dirumah, ayah yoongi yang kebetulan baru saja pulang dari kantornya, meneror taeyong dengan sejuta pertanyaan yang taeyong juga tidak bisa menjawabnya. Dan disinilah yoongi sekarang. Dikamarnya yang gelap, sama seperti suasana hatinya.

Yoongi berkali-kali mengutuk jungkook yang meninggalkannya sendirian entah karena apa. Yoongi mengutuk kebodohan jungkook, yoongi mengutuk segala hal tentang laki-laki itu. Yoongi tidak pernah diperlakukan seperti ini, oleh siapapun. 

Yoongi belum pernah jatuh cinta sebelumnya, dan inikah kisah cinta pertamanya?. Dan jungkook telah berhasil menyadarkannya, bahwa cinta tidak seindah yang orang katakan.

Satu pertanyaan yang sejak tadi menghantuinya. Apa yang membuat jungkook dengan begitu bodoh meninggalkannya?. Namun yoongi menepis rasa penasaran itu, baginya hal itu sudah tidak lagi penting, karena hatinya sudah tertutup.

Yoongi ceroboh, harusnya dirinya tak pernah membuka hati pada siapapun. Yoongi menghapus kasar air matanya kemudian pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Yoongi tidak boleh berlarut-larut.

Yoongi berendam didalam bath ub yang sudah ia berikan tetesan air mawar dan aroma terapi. Yoongi menyandarkan tubuhnya kemudian memejamkan matanya. Sekelebat kejadian tadi berputar-putar di kepalanya bagai kaset rusak. Yoongi baru saja membuka hatinya pada jungkook, dan laki-laki itu sudah berbuat seenaknya. 

Apa yoongi berlebihan? Yoongi rasa, tidak.

Setelah dirasa cukup, yoongi keluar dari bath ub dan mengenakan jubah mandinya. Tidak terkejut ketika melihat bayangan di cermin, wajahnya begitu kacau. Yoongi menertawakan dirinya sendiri. Ini bukan sepenuhnya salah laki-laki itu—bahkan dirinya sudah tidak sudi menyebutkan nama laki-laki itu—, ini juga salah yoongi karena sudah sembarangan membuka hati pada laki-laki.

Yoongi membubuhkan beberapa krim pada wajahnya sehingga terlihat lebih segar kemudian beranjak untuk mengenakan pakaiannya. Piyama satin berwarna merah muda menjadi pilihan. Yoongi memutuskan untuk keluar menemui ayahnya yang sepertinya sudah khawatir dengan putrinya.

Benar saja, ketika tiba di ruang tengah, ayahnya segera menghampirinya dengan raut wajah yang cemas. Yoongi memilih untuk memeluk erat sang ayah. Baginya, laki-laki yang tidak akan mematahkan hatinya hanya sang ayah. "Yoongi okay, dad. Jangan khawatir"

"Gimana bisa daddy nggak khawatir?", ayahnya menjauhkan tubuhnya kemudian mengamati wajah putrinya dengan seksama. "Masalah percintaan ya?", tanya sang ayah usil.

"Ini masalah kebodohan yoongi yang dengan gampang nyerahin hati yoongi ke orang lain. Tapi daddy nggak perlu khawatir, yoongi cepet belajar dari pengalaman", ucap yoongi agar sang ayah tidak khawatir.

"Anak daddy udah gede. Nggapapa sayang, justru ini yang bikin hidup jadi asik", ucap sang ayah seraya mengusap puncak kepala anaknya.

"Taeyong mana dad?"

"Tadi taeyong pamit buru-buru nggatau deh kemana. Yuk mending makan dulu, kamu pasti laper"

***

Yoongi tengah bermain dengan ipadnya—karena ponselnya sudah tak berbentuk—ketika pintu kamarnya diketuk. "Masuk, ga dikunci", teriak yoongi.

Pintu dibuka dan wajah taeyong dengan mata bengkak yang pertama kali dilihatnya. Yoongi segera menyingkap selimutnya dan berdiri, tangannya bergerak menyentuh mata taeyong. "Lo ngapain malem malem berantem?"

Taeyong menepis pelan tangan yoongi dari wajahnya lalu duduk diatas ranjang yoongi. "Gue udah pernah bilang belum sih, kalo lo harusnya ga deket-deket sama tu anak?"

Yoongi menelengkan kepalanya sejenak, "Kayanya belum"

"Ok, jadi gue bilang sekarang, jangan deketin itu anak lagi", taeyong merebahkan tubuhnya pada ranjang dengan sperei berwarna lilac itu. 

Yoongi menghela nafas, mengendikkan bahunya, "Gue akui gue cukup bodoh kemaren, tapi tenang, kewarasan gue udah balik nih. Dan makasih udah hajar dia buat gue"

Yoongi mengambil kotak p3k kecil yang selalu tersedia di laci meja riasnya. Dulu yoongi tidak mempunyai kotak ini, namun sejak dekat dengan sepupunya yang sering terluka itu membuatnya mau tidak mau membelinya agar dengan mudah mengobati taeyong yang kala itu selalu mendatanginya ketika dirinya terluka. Dan yoongi dengan senang hati merawat sang sepupu, karena taeyong pun selalu ada disaat yoongi butuh.

Dua laki-laki yang yoongi percaya dalam hidupnya, dan tidak akan menyakiti hatinya, ayahnya dan sepupunya.

Yoongi kemudian menarik pelan kepala taeyong agar berbaring di pahanya. Dengan telaten yoongi menyapukan kapas yang sudah diberi alkohol sebelumnya untuk mengobati luka-luka kecil lainnya. "Lo nemuin dia dimana?", tanya yoongi memecah keheningan.

Taeyong yang sedari tadi memejamkan matanya akhirnya membuka matanya dan melihat wajah yoongi diatas. Wajah yang biasanya terlihat cantik dan judes itu kini terlihat letih dan sembab. Tangan taeyong bergerak untuk mengusap pipi yoongi.

"Gue telpon jimin. Dia bilang jungkook di rumah sakit, jadi gue langsung kesana, gue hajar disana"

Tangan yoongi yang tengah bergerak mengobati wajah taeyong seketika berhenti. Yoongi tersenyum sinis kemudian tanpa berkomentar apapun, memilih untuk melanjutkan kegiatannya. 

"Masih ada gue. Gue bisa ajak lo jalan, gue bisa jaga lo", ucap taeyong. Taeyong memang baru mengetahui eksistensi yoongi sebagai sepupunya ketika berusia 15 tahun, namun taeyong sangat menyayangi gadis ini. Gadis yang tampak sangat kuat diluar, namun tidak ada yang tahu betapa lemahnya gadis ini didalam.

"Gue tau". Yoongi memindahkan kepala taeyong keatas bantal sementara dirinya membersihkan kapas dan obat-obatan yang tadi dikeluarkannya. Setelahnya yoongi bergabung dengan taeyong, duduk diatas ranjangnya. Matanya berfokus pada ponselnya dibawah sana.

"Hp gue ancur"

"Ntar gue beliin"

Yoongi tersenyum. Memang selalu seperti itu. Disaat dirinya disakiti, dilukai orang lain, maka taeyong berperan sebagai plester luka yang menutupi luka dalam dirinya, dan sebagai obat yang mengobati lukanya. 

"Makasih"

***

haloo
part ini emang pendek gaes huhu
tapi semoga suka yaa
makasi suda bacaaa💜💜

Ardor ;kookga [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang