3. Maman Namanya

62 10 1
                                    


I like your eyes you look away when you pretend not to care

I like the dimples on the corners of the smile that you wear

Bip!

Gue meletakan ponsel ke kuping. "Halo siapa sih pagi-pagi buta nelpon gue? Kurang kerjaan lo!"

Yakali, ini baru pukul tiga pagi. Dan dengan gak beretikanya seseorang nelpon gue. Gak ada akhlak emang!

[Halo lagi apa?]

Mata gue yang terpejam sontak terbuka. Gue hafal nih suara. Dengan santuynya dia nanya gue lagi apa?! Nih, Mamang Ferguso minta digeplak ya ginjalnya. Rasanya kucing tetangga aja tahu kalau pagi-pagi buta begini gue lagi apa.

[Halo?]

Gue menghela napas, capek juga marah-marah. Apalagi gue baru bangun tidur, dalam keadaan lapar pula.

"Lo sebenernya siapa sih?" tanya gue dengan nada lemah.

[Loh bukannya lo duluan yang nelpon gue, kenapa lo malah nanya siapa gue?] tanyanya heran di sebrang sana.

Gue mengernyit setelahnya, menatap malas ponsel gue yang kini berada di atas wajah.

"Lo waras? Bukannya lo yang nelpon duluan!"

Terdengar suara kekehan di sebrang sana. Lah, dia malah ngelawak.

[Bukannya lo duluan ya?] Dia masih terkekeh geli.

Males nih gue kalo begini. Siapa yang mulai duluan, siapa yang disalahin. Jelas-jelas dia yang ngehubungin gue dulu, dan dengan nggak tahu dirinya. Dia nuduh gue.

"Gue capek ya ngomong sama orang gak jelas kayak lo, gue tutup aja ya by--"

[Eh, eh bentar!] cegahnya. [Nama gue Maman.]

"Terus? Apa peduli gue?"

[Bukannya tadi lo nanya siapa gue? Lo lupa, apa pura-pura lupa.]

Lah iya, dia bener juga. Kan gue yang nanya. Tapi, siapa Maman? Gue nggak ngerasa punya temen yang namanya Maman.

"Gue gak kenal lo."

[Ya udah, ayok kenalan.]

"Gak mau!"

[Kenapa?]

"Gue gak kenal elo, ish!" geram gue.

Kali ini dia ketawa terbahak-bahak. Rasanya tuh air liur muncrat dari speaker ponsel gue. Geli tahu gak.

"Apa sih lo, gak jelas!"

[Gue Maman.]

"Iya gue tahu, soalnya lo tadi udah ngasih tahu."

[Ya udah.]

"Ya udah, lo jangan ganggu gue lagi. Awas lo!"

[Nggak janji.]

"Mati aja lo sana!" teriak gue, rasanya kerongkongan gue kering saking totalnya gue ngeluarin suara.

[Ha ha ha... lo lucu]

Aih, kurang ajar!

Bip!

Dengan emosi gue matikan sepihak obrolan kami.

Lebih baik gue kembali tidur, bisa gila gue ladenin dia mulu. Baru saja mata gue terpejam, dari arah pintu terdengar gedoran amat keras diiringi suara panik Ibu.

"Ai, kamu kenapa Ai? Kenapa teriak-teriak, siapa tadi yang mati?"

Haduh, kayaknya suara gue sampe ke gendang telinga Ibu. Ya iyalah orang gue teriaknya pol-polan.

"Nggak papa Bu, tenang aja. Tadi itu ada kecoa. Jadi Ai kaget Bu," balas gue. Tanpa berniat membuka pintu. Biarlah dikata durhaka, abis gue mager oy.

"Yeeh, dasar! Bikin kuatir Ibu aja."

Kayaknya Ibu sudah menjauh dari pintu kamar gue. Baiklah, saatnya kembali bobok.

TBC...

Karawang, 30 Juni 2020

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karawang, 30 Juni 2020

Lagi suka aja nulis cerita ini😂

Salah Sambung Lo! (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang