Musim Panas - 02

569 71 6
                                    

Turunlah ke dapur atau mintalah pelayan untuk membawakanmu sarapan—choi yuna

Tulisan itu Jungkook dapati tertempel di meja nakas, tepat di samping tempat tidurnya ketika ia membuka mata. Bersanding dengan jam kecil yang menunjuk angka sembilan. Jungkook pengangguran sekarang dan tak ada hal penting yang bisa ia lakukan. Jadi, ia memutuskan untuk pergi ke dapur karena ia lapar tetapi ia justru bertemu dengan Choi Hyena tepat di depan pintu dapur.

Jungkook menundukkan kepala, memberi hormat dan berharap Choi Hyena hanya akan berlalu saja tetapi naas, wanita tua itu meraih lengan Jungkook dan menariknya ke sisi samping rumah dimana taman yang penuh akan mawar berada di sana.

Kau tuli?

Jungkook mengangguk usai membaca tulisan itu.

Kau tau kau hanya menikah kontrak dengan Yuna, bukan?

Jungkook mengangguk lagi.

Jadi, berhentilah merepotkan keluarga kami karena kau bukan siapa-siapa.

Jungkook mengerjap sebentar usai membaca tulisan terakhir, memutuskan untuk mengangkat wajahnya untuk mengetahui raut wajah Choi Hyena tetapi wanita tua itu telah lebih dahulu berdiri, meninggalkan Jungkook seorang diri dengan kebingungannya.

Butuh beberapa menit agar Jungkook paham. Ah, ya benar. Tentu saja mendapati orang tuli seperti dirinya, berkeliaran di sekeliling mereka cukup menyusahkan. Terlebih lagi bagi Choi Yuna. Gadis itu masih harus merawat Jungkook usai pulang kerja, pasti melelahkan.

Jadi, Jungkook segera beringsut bangun dari duduknya, berjalan menuju kamar dan mengambil dompetnya. Ia merasa bersyukur karena sebelum ia keluar dari rumah sakit, seorang perawat mengembalikan barang-barang yang ia pakai di hari kecelakaan. Tak terkecuali kalung rantai yang dulu sering dipakainya. Jungkook dulu memang suka mengoleksi aksesories atau mungkin aksesories memang bagian dari pekerjaannya, dulu.

Tetapi sekarang, ia hanya sampah masyarakat yang tuli pula. Begitu juga dengan makanan yang tengah ia makan saat ini. Sampah juga karena penuh dengan bahan pengawet dan MSG tetapi Jungkook tak peduli. Ia memakan ramen-nya dengan tenang yang beruntungnya, ramen ini dijual di minimarket yang berada tak jauh dari rumah keluarga Yuna.

Entah mengapa, keputusannya untuk makan ramen di minimarket jauh lebih baik daripada ia harus memakan makanan enak di rumah keluarga chaebol itu. Rasanya, hidup Jeon Jungkook yang sekarang sangat menyedihkan. Tetapi mau bagaimana lagi. Jungkook membeli beberapa cup ramen lagi untuk makan malamnya nanti dan juga esok hari lalu menghabiskan waktunya sepanjang hari hanya dengan terduduk di dalam minimarket.

Tiga jam? Empat jam? Atau bahkan lima jam? Jungkook tak tau sudah berapa lama ia terduduk di sini. Berada di minimarket, hanya memandangi jalanan dari jendela besar yang berada di sisi kirinya lalu terhanyut ke dalam pemikirannya. Rasanya, damai sekali terlebih dengan hening yang juga melingkupinya sehingga Jungkook tak perlu risau akan hal-hal yang bisa saja di dengarnya. Setidaknya, keadaannya yang begini ada untungnya juga. Namun, tentu saja Jungkook tidak bisa selamanya merasa damai. Termasuk saat ini.

Ketika Jungkook tengah asik menatap jalanan kemudian matanya tanpa sengaja bersitatap dengan milik Choi Yuna yang entah darimana datangnya. Gadis itu terduduk di dalam mobil hitam yang lewat.

Mobil hitam itu biasa ia lihat sehingga Jungkook tidak terlalu terkejut tetapi ketika mobil hitam itu berhenti tepat di depan minimarket kemudian Yuna keluar dari sana usai memberikan sebuah pelukan singkat kepada si pengemudi, lalu berjalan masuk ke arah minimarket, Jungkook hanya bisa mengerjapkan matanya bingung. Sedetik setelahnya, Yuna telah terduduk di hadapannya, menatapnya penuh tanda tanya.

DOWNPOUR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang