Musim Gugur - 02

401 61 2
                                    

"Aku membeli rumah ini dua tahun lalu dari Jeon Daehyun."

Begitu sebaris kalimat yang Jungkook tau dari Jimin ketika mereka berdua tiba di depan rumah lama Jungkook sehingga mereka berdua hanya bisa membungkuk sopan kepada pemilik rumah yang baru, dan mengucapkan terima kasih.

"Jeon, mengapa dulu kau tidak membeli apartemen saja?"

Jimin berujar lirih, menatap prihatin ke arah kawannya ini sedang Jungkook hanya terdiam, menatap nanar kendaraan yang berlalu lalang di hadapannya.

Jimin, ingat rumah makan keluargaku?

Jimin terdiam ketika melihat tulisan yang baru saja Jungkook sodorkan kepadanya lalu mengangkat wajahnya, menunjukkan raut yang benar-benar prihatin karena sudah pasti Jimin mengingat rumah makan keluarga Jeon. Ia menggantungkan hidupnya di sana setiap hari. Kemudian mengenai Jeon Daehyun, lelaki itu tak lain adalah bos jimin. Pemilik Rumah makan Gaemijip yang sekarang sekaligus penerus Jeon Changhyuk, ayah Jungkook.

Jadi, ketika Jimin menghentikan motor tuanya tepat di depan bangunan megah yang telah sepi karena matahari telah masuk ke dalam peraduannya beberapa jam yang lalu dan lampu-lampu jalan sudah menyala lebih terang, pemuda itu hanya bisa melangkah ragu dengan Jungkook di sisinya.

"Sudah malam, kook." Jimin mencoba meminta Jungkook untuk berhenti karena sepertinya ini bukanlah saat yang tepat untuk bertamu. Namun, Jungkook tetap bersikeras untuk masuk ke dalam restoran yang telah tutup itu.

Ketika masuk, hanya ada hening di sekeliling mereka. Ruang utama rumah makan ini kosong. Tak ada satupun orang di sana sehingga Jungkook memutuskan untuk masuk lebih dalam hingga kemudian sesosok wanita yang pernah dikenalnya, mendadak keluar dari dalam ruang penyimpanan bahan makanan.

"Jungkook?!"

Jimin bisa mendengar Jeon Jihye memekik cukup keras dengan mata yang hampir keluar, menatap Jungkook begitu horor seolah Jungkook adalah sosok yang sangat mengejutkan.

"Astaga! Jungkook-ah!"

Kemudian wanita yang jauh lebih muda dua tahun dari ibu Jungkook itu menghambur, memeluk Jungkook dengan sesengguk, melepas tangisannya.

"Jungkook sayang, maaf. Maafkan bibi," raung wanita itu sedang Jimin hanya bisa menghela napas karena Jungkook sudah pasti tak bisa mendengar apapun. 

Pemuda itu masih bergeming, berdiri tegak dan tak membalas pelukan bibinya sama sekali. Hingga hampir setengah jam lebih adik kandung ayah Jungkook itu hanya memeluk Jungkook sembari menangis lalu ketika ia cukup merasa tenang, Bibi Jihye segera menghapus air mata yang masih tersisa di wajahnya dan membawa Jungkook untuk duduk. Sedang Jimin hanya menatap mereka berdua dari ujung ruangan karena berpikir, pembicaraan Jungkook dengan Bibi Jihye adalah privasi. Namun, ia terkesiap karena Bibi Jihye justru memanggilnya.

"Jimin-ah, bisa kau kemari?"

Jimin menurut. Namun, baru saja ia berniat melangkah, mendadak sebuah bogeman menghantam rahangnya entah dari siapa hingga membuat tubuhnya tersungkur ke lantai, membuat beberapa pasang meja dan kursi bergeser dari tempat seharusnya.

Rahangnya pasti biru. Jimin tau itu karena bogeman tadi bukan main kuatnya dan baru ketika suara tamparan terdengar keras sekali, Jimin segera beringsut bangun, mendapati Jungkook berdiri tak jauh darinya dengan pipi yang memerah kemudian juga sosok Jeon Daehyun yang sudah berdiri tepat di hadapan Jungkook.

"Dasar tak tau diri!"

Paman Daehyun berteriak di depan Jungkook dengan wajah memerah, menahan amarah tetapi seperti biasa, Jungkook hanya bergeming dengan dahi berkerut, bingung akan kedatangan pamannya yang mendadak juga dengan ekspresi wajahnya yang terlihat sangat marah.

DOWNPOUR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang