Minta Tolong

55 7 2
                                    

Aku turun dari mobil Ayah setelah berpamitan. Setengah berlari aku memasuki gerbang sekolah, sebentar lagi ektra akan segera dimulai. Aku melangkahkan kaki jenjangku berjalan menyusuri koridor menuju perpustakaan. Anak jurnalistik memang tidak memiliki ruangan sendiri,perpustakaanlah yang menjadi tempatku dan yang lainnya melakukan kegiatan latihan. Setibanya aku disana, perpustakaan tampak sepi.

Kemana yang lain? Biasanya jam segini ekstra sudah di mulai.

Aku melirik jam tangan hitam yang melingkar manis di tangan kiriku. Fokusku teralihkan pada ponsel yang bergetar di genggamanku. Sebuah chat masuk dari grup Jurnalis.

Sial! Ternyata hari ini ekstra ditiadakan. Aku mendengus mengingat kegilaanku pagi ini. Aku bahkan tidak mandi hanya karena aku berpikir bahwa aku akan terlambat. Oh ya tuhan Ayah pasti sekarang sudah sampai di kantor dan aku tidak mungkin menelpon Ayah.

Huftt... Dengan kesal aku membuka salah satu aplikasi di ponselku untuk memesan ojek online sambil berjalan menuju gerbang. Baru beberapa langkah berjalan aku menabrak tubuh seseorang.

"Aw.." Aku jatuh terduduk sambil memekik kesakitan. Apa hari ini adalah hari sialku?

"Oh.. Sorry Dy, aku nggak sengaja" suara itu sangat familiar di pendengaranku. Dan benar saja, itu adalah suara Andre.

"Andre? Kamu ngapain disini?"

"Aku lagi ada rapat mingguan di OSIS" ujarnya sembari membantuku berdiri. "Kamu sendiri ngapain disini?"

"Aku tadi mau ekstra tapi ternyata hari ini nggak ada ekstra hehe" aku tertawa merutuki kebodohanku sendiri. Merasa malu juga karena Andre pasti akan menertawaiku juga.

Sudah kuduga! Selang beberapa detik sejak aku mengatakannya Andre tertawa. Bukan tertawa keras seperti dugaanku tapi tertawa kecil hanya dengan menampakkan senyuman sambil menunjukkan deretan giginya yang putih dan bersih.

"Maaf" katanya, seusai tertawa

"Untuk?"

"Mmm nggak papa, ga jadi"

Mungkinkah dia minta maaf karena menertawaiku? Ohh ayolah itu tidak mungkin.. Itu bahkan bukan sebuah kesalahan.

"Sekarang kamu mau kemana?"

"Mau pulang"

"Pulang bareng aku yuk, lagi bentar juga aku pulang"

"Nggak papa nih?" aku bertanya dengan sedikit mengharap. Kan lumayan jika aku pulang bareng Andre maka uang saku hari ini akan aman.

"Nggak papa kali, santai aja. Ya udah kamu tunggu disini dulu, aku mau ngeprint ini" katanya sambil menunjukkan beberapa kertas yang sedang dibawanya. Aku hanya mengangguk tanda meng—iyakan dan duduk disalah satu kursi di depan ruang OSIS sambil melihat punggung tegap Andre berjalan menjauh.

"Andre tunggu" aku bangkit dari dudukku dan berlari mengejar Andre.

"Kenapa?" tanyanya setelah aku berada tepat disampingnya.

"Gpp, aku mau ke kamar mandi hehe". Kamar mandi tidak berada satu gedung dengan ruang guru —tempat dimana Andre ingin memfotocopy— tapi jika ingin ke ruang guru maka akan melewati kamar mandi.

***

Aku keluar dari salah satu bilik kamar mandi setelah melakukan tujuan awalku datang ke tempat ini. Aku mencuci tanganku di wastafel sambil bercermin membenarkan beberapa anak rambutku yang keluar dari ikatan.

Pluk
Aku menolehkan kepalaku cepat, menatap setiap bilik di dalam kamar mandi ini. Itu suara gayung yang jatuh. Aku berusaha menormalkan degup jantungku dan tetap tenang walaupun pikiranku terus saja berkeliaran memikirkan hal-hal apa yang akan terjadi. Setelah bermimpi aneh kemarin malam jelas saja aku akan ketakutan. Sebenarnya aku tidak yakin jika kejadian yang aku alami kemarin adalah mimpi. Mengingat dimana aku terbangun pagi tadi, terbangun di balkon kamar bukanlah sebuah hal kebetulan apalagi dimimpi itu aku memang berada di balkon sebelum akhirnya sosok itu memasuki tubuhku. Jadi apakah kejadian kemarin murni mimpi atau aku benar-benar memgalaminya?

Kolam BerdarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang