Kedatangan Andre

46 5 0
                                    

Sabtu pagi yang cerah dengan suasana hati yang juga cerah. Tidurku benar-benar nyenyak hari ini. Aku meregangkan tubuhku di atas kasur kemudian beranjak dari sana bermaksud ingin membuka jendela. Sebelum melaksanakan niatku, aku melirik jam yang ada di atas nakas sebelah ranjang.

"Jam 8 pagi, ohh...padahal aku berniat ingin membantu Bunda memasak hari ini" sesalku

Aku pun membuka jendela dan bergegas masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Aku merendam tubuhku di bathup sampai sebuah suara menginturupsiku.

"Audy" terdengar suara lirih itu memanggil namaku.

"Bunda?" hening tak ada suara. "Siapa disana?"

"Audy... Tolong...Audy..."

"Siapa?" tanyaku penuh ketakutan. Keheningan kembali terjadi, aku menelan salivaku, menajamkan indra pendengaranku dan memastikan bahwa aku memang mendengar suara tadi. Namun suara itu lenyap bagai tertelan bumi. Kusudahi aktivitasku dan langsung beranjak ke kamar untuk bersiap-siap kemudian turun kebawah untuk sarapan.

"Bunda, ayah mana?" tanyaku pada Bunda saat sudah sampai dimeja makan.

"Kamu ini gimana sih, Ayah udah berangkat kerja tadi pagi. Ini kan udah jam setengah sembilan. Kamu sih jam segini baru bangun"
Aku hanya menyengir mendengarkan bunda. 

"Bunda gak makan?"

"Nggak, Bunda tadi udah makan bareng Ayah"
Aku hanya memanggukkan kepalaku tanda mengerti dan melanjut aktivitas makanku ditemani Bunda disampingku.

"Oh iya, Bunda mau buka usaha. Usaha kecil-kecilan, Bunda malas banget kalau di rumah seharian"

"Bagus dong Bun, emang Bunda mau buka usaha apa dan dimana?"

"Bunda mau buka usaha toko kue, kalau masalah tempat Bunda belum tau pasti. Kata Ayah, sepulang Ayah dari kerja Ayah bakal cariin tempat buat Bunda"

"Hmm.. Kalau Bunda udah punya toko terus Bunda jualan berarti nanti saat aku pulang sekolah aku bakal sendirian dong di rumah" aku memanyunkan bibirku seperti tak suka dengan keadaanku kedepannya. Tapi jangan salah mengartikannya, aku hanya bercanda, justru aku senang jika Bunda punya kegiatan lain di luar rumah. Kadang aku kasihan pada Bunda karena terus-terusan di dalam rumah seperti seorang tahanan.

"Kamu nggak bakal sendirian kok, Ayah sama Bunda akan mempekerjakan pembantu dan mereka akan datang hari ini"

"Bagus dong, jadi Bunda nggak capek ngurusin rumah segede ini sendirian" Bunda tersenyum mendengar ucapanku. Aku melihat Bunda yang masih setia menemaniku di meja makan sambil mengupas apel.

Ting Tong...
Suara bel rumah terdengar nyaring dari dalam. Bunda bangkit untuk membuka pintu. Sepertinya itu pembantu yang akan bekerja di rumah ini. Selang beberapa menit, samar-samar kudengar langkah kaki mulai masuk ke dalam rumah dan suara Bunda seperti sedang berbicara dengan seseorang. Suara khas Bunda dan suara laki-laki yang sepertinya aku kenal. Setelah mengantar laki-laki itu ke ruang tamu Bunda kembali ke dapur untuk membuatkan minum.

Baru saja aku ingin bertanya kepada Bunda siapa itu. Namun, Bunda duluan yang bersuara. "Cepetin makan nak, itu teman kamu datang tuh"

Aku mengernyit heran, teman kata bunda? Siapa yang datang pagi-pagi begini.

"Iya bun, dikit lagi selesai"

Setelah menyelesaikan sarapanku aku langsung pergi ke ruang tamu. Mataku menangkap pada sosok Andre yang sedang berdiri di dekat sofa sambil melihat foto keluargaku yang terbingkai, menggantung di tembok berwarna putih itu.

"Hai" sapaku pada Andre

"Eh.. Audy, hai" kata Andre sembari menunjukkan senyum manisnya. Senyum yang menampilkan lesung pipit kecil di kedua pipinya. "Kamu anak tunggal ya?" lanjutnya

Kolam BerdarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang