Pindah Rumah

107 5 4
                                    

Baca ulang prolog karena author melakukan sedikit perubahan di bagian awal hehe..

*   *   *

Tinn Tinnn.... Suara klokson saling bersahutan, kemacetan terjadi di sepanjang jalan. Begitu pula dengan Sang Surya yang tak berhenti menyinari dan polusi udara yang selalu menemani. Yahh.. Begitulah keadaan ibu kota setiap harinya

Disinilah aku dan keluargaku berada dalam mobil penuh pengap.  AC di dalam mobil pun terasa seperti mati. Di sisi lain aku juga merasa senang karena aku tidak perlu lagi mengkhawatirkan keadaan ini, aku yakin di desa keadaan pasti akan jauh lebih baik dan tenang di bandingkan dengan di Ibukota.

Ya, aku dan keluargaku akan pindah ke sebuah desa karena Ayah dipindah tugaskan. Sebuah desa yang akan menjadi tempat tinggal kami nantinya. Kami yang ditemani barang-barang di bagasi belakang sedang melaju untuk pergi kesana.

*   *   *

Ayah menurunkan laju mobilnya dan berhenti tepat di sebuah rumah. Aku mengerjapkan mataku beberapa kali ternyata kami sudah sampai di rumah yang akan menjadi tempat tinggal kami. Sebuah rumah klasik dan bertingkat dengan kayu yang mendominasi di setiap bagiannya. Bisa kukatakan rumah ini jauh lebih sederhana di bandingkan dengan rumahku yang di Ibukota. Di Ibukota rumahku terlihat cerah berbeda dengan disini rumah ini tampak kusam dan muram dengan halaman rumah yang sangat luas. Tidak banyak cahaya matahari yang bisa masuk ke rumah ini karena terhalangi oleh pepohonan besar yang tumbuh di halaman rumah. Ahhh... Walaupun suram rumah ini tetap terasa sejuk dan menyenangkan, udaranya pun terasa segar mungkin itu di sebabkan oleh banyaknya tumbuhan yang mengelilingi rumah kami.

"Audy bantu Ayah menurunkan barang-barang ini" teriak Ayah dari bagasi mobil. Aku tersadar dalam lamunanku dan berjalan cepat menghampiri Ayah.

"Ya Ayah"

Aku mulai membantu Ayah menurunkan satu persatu barang dari dalam bagasi dan membawanya masuk ke dalam rumah.

Saat aku memasuki rumah betapa kagetnya aku rumah ini benar-benar berbeda dari tampilan luarnya. Jika dari luar rumah ini tampak tua kusam dan muram namun berbeda dengan di dalamnya rumah ini tampak bersih dan cantik. Semua barang yang ada di rumah ini tertata dengan sangat rapi. Ditambah lagi dengan lampu gantung yang menghiasi ruang tamu kami. Kutarik kembali ucapanku sebelumnya yang mengatakan rumahku yang di Ibukota lebih baik daripada disini. Kenyataannya rumah ini jauh lebih baik dan lebih bagus daripada rumahku yang di Ibukota.

Bunda membuka korden dan aku tersadar dari lamunku.

"Rumah ini bagus banget Yah" kataku pada Ayah yang baru saja memasuki rumah dengan koper yang ada di tangan kanannya dan tas yang menggantung di kedua pundaknya.  Hahaha... Ayah terlihat lucu dengan keadaan seperti itu apalagi saat Ayah kesulitan melewati pintu. Ayah hanya tersenyum simpul menanggapi ucapanku, senyuman yang manis sekali.

"Audy kamarmu ada di atas" kata Bunda

"Baik bun" aku langsung membawa barang-barang dan berjalan menuju kamarku menaiki beberapa anak tangga. Ya, kamarku ada dilantai atas sedangkan kamar Ayah dan Bunda ada di lantai bawah.

*   *   *

Clek...
Aku membuka pintu kamarku. Wahh.. sungguh kamar yang sangat indah. Kamar yang besar dengan kasur yang besar pula, disebelahnya ada lampu tidur yang sangat indah. Tak henti-hentinya aku mengucap takjub tiap kali aku melihat barang-barang di rumah ini. Aku membuka korden dan jedela kamarku agar udara segar dapat masuk ke dalam. Sungguh udara yang segar, beginilah rasanya hidup didesa? Aku segera beranjak dan masuk ke kamar mandi untuk mencuci mukaku, perjalanan ke rumah baru membuatku cukup lelah.

Setelah selesai mencuci muka aku menghampiri koperku yang berbaris rapi di samping pintu. Aku mulai menata tumpukan bajuku dalam lemari besar yang ada di sebelah ranjang. "Tunggu dulu, apa ini? Sebuah foto?" tanyaku pada diri sendiri

Ditanganku kini terdapat sebuah foto asing. Foto seorang gadis cantik berkulit putih yang mengenakan seragam sekolah dengan rambutnya yang tergerai, ia tersenyum ke arah kamera sembari menggenggam piala. Senyuman yang manis sekali, dia juga gadis yang cantik. Siapapun yang melihatnya pasti akan jatuh cinta kepadanya pada detik pertama. Jika dilihat, kupikir dia adalah gadis pintar, sudah cantik, putih, pintar pula. Itulah kesimpulanku saat pertama kali melihat foto itu. Aku rasa dia adalah anak dari pemilik rumah ini sebelumnya. Aku tak mau ambil pusing dalam hal itu, mungkin saja ia lupa membawa fotonya. Karena kamar ini sekarang jadi millikku ya kubuang saja foto itu. Setelah selesai melakukan kegiatanku, aku berniat berkeliling rumah untuk melihat-lihat rumah baruku ini.

Aku berjalan menuruni anak tangga, kemudian saat melewati kamar Ayah dan Bunda dari celah pintu aku lihat mereka sedang sibuk merapikan barang-barang mereka. Aku berjalan  terus dan sampailah aku di ruang tamu. Di sebelah ruang tamu aku melihat ada sebuah pintu sepertinya itu sebuah ruangan. Aku yang memiliki rasa kepo akut langsung melenggang masuk kesana.

Kuhidupkan lampu ruangan tersebut, ruangan ini sangat berdebu, ada banyak jaring laba-laba disini. Sepertinya aku harus membersihkan ruangan ini. Mataku menangkap sebuah piano besar di ruangan tersebut, aku yakin ini adalah ruang musik. Disebelah piano itu terdapat rak buku yang tinggi, aku menghampiri rak tersebut dan mulai membaca judul buku yang ada disana. Kebanyakan dari buku itu adalah novel dan buku musik. Kebetulan sekali aku suka membaca novel. Kuambil salah satu novel yang kupikir menarik. Aku duduk di kursi yang ada disana, ternyata ada meja dan lampu belajar juga disini. Ya, selain ruang musik aku rasa dulu ini adalah tempat untuk mengisi waktu luang.

Selesai sudah kumembaca novel, aku keluar dari ruangan tersebut dan memilih untuk keluar rumah mencari udara segar. Aku berjalan menuju taman yang ada di belakang rumahku. Dari jauh kulihat tampak sebuah kolam berada di taman belakang. Aku berlari kesitu dan benar saja aku mendapati ada sebuah kolam disana. Senyumku mulai mengembang saat itu, tentu saja aku sangat senang, aku kan suka berenang. Ayah emang mengetahui kesukaanku, ayah adalah ayah terbaik di dunia ini.

"Audyyy.... " teriak Ibu dari dalam rumah

"Iya bun"

"Makan dulu nak"

"Baik bun" teriakku sambil bergegas masuk ke dalam rumah.

Hy readers...

Gimana cerita di part ini? Belum serem?
Iya dong namanya juga perkenalan tokoh. Owh iya selamat malam minggu buat kalian semua. Author sengaja publish di malam minggu biar para jomblo nggak kesepian. Ada "Kolam Berdarah" yang akan menemani malam minggu kalian wkwk.

Author jahat ya haha
Dasar author jomblo teriak jomblo huuu...

Bantu Author agar lebih semangat nulis dengan cara beri vote dan comment

IG: yuniparamita__

Love you readers...

Kolam BerdarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang