"Penyesalan tidak akan mengubah masa lalu, begitu pula kekhawatiran tidak akan mengubah masa depan."
Hari ini adalah hari Minggu, hari dimana Aisley bisa bersantai lebih leluasa. Tak seperti biasanya, ia bukannya segar setelah bangun tidur kali ini malah badannya terasa lemas dan pegal semua. Pikirnya mungkin karena dari kemarin ia belum memakan nasi. Ia pun segera keluar dari kamarnya menuju meja makan. Dilihatnya sudah tersedia berbagai macam lauk pauk dan sayur mayur. Di sana juga ada ibunya yang sedang mencuci peralatan memasak."Kok keliatannya pucat Nak, kamu sakit?" Tanya ibunya yang melihat wajah Aisley pucat pasi.
"Engga Bu, mungkin agak kecapekan," jawabnya singkat menyembunyikan rasa sakitnya.
"Maaf Bu aku berbohong, aku gamau buat ibu khawatir," Batinnya yang merasa bersalah.
Setelah selesai makan, Aisley langsung kembali menuju kamarnya. Ditatapnya sebuah jendela kemudian ia mengingat-ingat kejadian yang terjadi saat kegiatan kunjungan kemarin.
Ia masih berpikir mengapa teman-teman nya tetap memperhatikan dirinya meskipun kadang sikap dinginnya bermunculan. Terlebih dengan Araska yang semakin lama terlihat dekat dengan dirinya. 'Ada apa sebenarnya dengan semua ini?' Pikirnya saat itu sambil menikmati udara pagi dari ventilasi jendela kamarnya.
Namun saat itu justru rasa pusing dan tak enak badan yang Aisley rasakan. Ia hanya berniat untuk tidur dan meminum obat yang ada untuk memulihkan kondisi badannya supaya kembali stabil esok hari.
***
Hari Senin tiba, saatnya Aisley harus kembali beraktivitas menuju sekolahan. Entah mengapa hari ini badannya kembali terasa lemas dan tambah pusing. Padahal ia sudah istirahat yang cukup dan meminum obat kemarin.
"Bu, Aisley ga enak badan," Tuturnya sambil menuju ke arah ibunya yang sedang menyiapkan sarapan pagi.
"Ya sudah, nanti ibu sampaikan surat izinnya ke Bu Guru. Kamu istirahat dan minum obat supaya lekas pulih lagi," Jawab ibunya yang terlihat cemas melihat kondisi Aisley yang semakin memburuk.
"Baik Bu,"
Aisley terlihat lemas dan bosan tak berdaya seharian di rumah saja. Ia lebih memilih untuk berangkat di sekolah. Apa boleh buat, sementara kondisinya saat ini kurang stabil untuk menjalankan pelajaran di sekolah. Setelah selesai membereskan rumah, ibunya langsung bergegas pergi ke sekolahnya untuk memberikan surat izin tidak masuk sekolah Aisley pada Wali kelasnya.
Sesampainya di sekolah, ibunya langsung menginformasikan perihal keterangan ijin Aisley bahwa 2 hari tidak akan masuk sekolah pada Bu Guru kemudian diserahkan ke sekretaris kelas untuk diabsen ketidakhadirannya.
"Anak-anak hari ini yang izin tidak masuk sekolah adalah Aisley, doakan semoga segera sembuh dan kembali bersekolah," Jelas gurunya ketika akan memulai pembelajaran di kelas.
Hal tersebut tidak terlalu dipedulikan oleh Araska karena ia gemar begadang dan sering mengantuk ketika KBM berlangsung. Tak lama setelah guru memberikan informasi, Araska baru menyadari bahwa bangku Aisley terlihat kosong. Ia langsung bertanya pada Lika yang berada tepat di depannya.
"Woi, Aisley kemana? Ga masuk ya?" Tanya lirih Araska pada Lika yang sedari tadi penasaran akan ketidakhadiran Aisley.
"Lu gak dengerin apa kata Bu Guru tadi?!" Jawab Lika agak keheranan.
"Ga, gua ga dengerin,"
"Cepetan jawab, kenapa ga berangkat?" Tutur Araska dengan ketus pada Lika."Ahay, nyariin ya," Goda Lika padanya.
"Buruan jawab yang jelas dong," Sahutnya tanpa basa-basi karena tak mau ketahuan jika mengobrol saat Bu Guru menerangkan pelajaran.
"Aisley sakit, besuk sana," Tegas Lika.
"Owh, makasih," jawab Araska sambil membatin mengapa Aisley tak mengabari nya dan masih khawatir dengan kejadian yang sudah ia lakukan padanya saat kunjungan kemarin.
Sepanjang jam KBM, Araska tidak fokus karena memikirkan kondisi Aisley. Wajar saja karena ia sudah membuat kesalahan tak disengaja pada Aisley saat kunjungan ke Museum. Dan ia berpikir untuk memberikan sesuatu yang menarik padanya sebagai pengganti permintaan maafnya akan hal tersebut.
"Apa mungkin aku kasih dia sesuatu sebagai gantinya rasa maafku ya?" Batin nya kala itu sambil memutar otak memilih sesuatu yang pas untuk ia berikan nanti.
Sepulang sekolah, Araska langsung gerak cepat mencarikan barang yang akan ia berikan pada Aisley nantinya. Tapi, ia tak berniat untuk memberitahukan hal tersebut pada Aisley dan siapapun. Akhirnya ia berhasil menemukan sesuatu yang cocok untuk diberikan nantinya dan segera menyusun strategi yang pas.
Malam pun tiba, dan kini waktu yang tepat untuk mengganti rasa maaf dan bersalahnya pada Aisley. Araska hanya ingin benda tersebut akan Aisley senangi dan dapat bermanfaat sebagai tanda pemberian dan maafnya pada Aisley.
Ia pun segera bergegas menuju jendela kamar Aisley yang berdekatan dengan rumahnya. Untung jendelanya masih terbuka hanya saja ditutupi dengan gorden sehingga membuat Araska lebih mudah untuk menaruh barang tersebut. Setelah menaruh ia pun langsung pergi karena takut akan ketahuan jika dirinya yang memberi barang tersebut.
***
Keesokan paginya, udara yang dingin membuat Aisley terbangun dari tidurnya. Rasanya udara kali ini lebih dingin dari biasanya. Ia teringat bahwa semalam ia hanya menutup gordennya tidak dengan jedela kamarnya. Pantas saja jika terasa lebih dingin dari biasanya.
Ia pun segera membuka gordennya agar bisa menghirup udara segar walaupun badannya masih terasa lemas. Sambil berdiri ia memandangi indahnya sunrise. Padangan ia terhenti saat melihat ada sebuah kotak kecil di sudut bawah jendela.
"Kotak apa ini, perasaan aku ga pernah naruh di sini dan kelihatannya juga bukan punyaku," Gumamnya sambil mengambil kotak kecil tersebut.
Awalnya ia hanya ingin mengambil dan menaruhnya di meja belajarnya. Namun seketika ia penasaran dengan isi kotak tersebut. Tak berpikir lama ia pun membuka kotak tersebut. Ternyata isinya adalah gelang yang bertuliskan A2 setelah itu di bawah gelang tersebut terdapat tulisan 'Lekas sembuh, aku menunggumu'
"Dari siapa ini? Kenapa ngasihnya engga langsung aja sih,"
"Apa mungkin dari Araska?" Tanyanya pada diri sendiri.
"Ga mungkin lah ya, kurang kerjaan banget dia ngasih ginian," Gumamnya menjawab pertanyaannya sendiri.
Setelah lama memikirkan itu, tiba-tiba terbesit dipikirannya nama seseorang yang sungguh tidak diduga. REANO, teman masa kecilnya. Mereka berpisah sekitar 7 tahun yang lalu ketika duduk di kelas 3 SD. Reano pindah ke Jogja karena ayahnya yang ditugaskan di sana.
"Kenapa jadi kepikiran Reano sih," Gumamnya sambil merasa kesal. Bagaimana tidak selama ini ia rindu, berkomunikasi saja tidak pernah apalagi bertemu rasanya sungguh mustahil. Andai saja mereka masih bersama mungkin Aisley tak dingin seperti sekarang.
Rasanya baru pagi hari, mood Aisley sudah tidak baik saja. Mulai dari badannya yang lemas ditambah lagi kotak misterius itu yang entah dari siapa membuatnya kepikiran terus menerus dan ingin sekali mencari tahu. Untungnya hari ini ia masih izin tidak masuk sekolah, jadi bisa digunakan untuk istirahat.
Apakah ia harus menanyakan pada Araska saat masuk sekolah lagi? Sepertinya tidak perlu, biar waktu yang menjawabnya. Pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARASLEY
Teen Fiction🦋AISLEY Gadis dingin dengan sejuta rahasia. Menutupi rahasianya tak ada satu orang pun yang tahu. Bahkan setiap ada yang mencari tahu pun tetap tidak bisa. Sulit rasanya. Ia malah selalu ingin mengetahui sikap yang sebenarnya dari orang lain. 🐧ARA...