♪ CANGGUNG

18 3 0
                                    

“Ada banyak hal yang sebenarnya lebih penting untuk dipertanyakan, hanya saja sebagian orang memiliki rasa penasaran yang berlebihan.”


Di malam berikutnya, Aisley terus menerka siapa pemberi kotak misterius berisi gelang tersebut padanya kemarin malam. Ia tak henti-henti nya memutar otak untuk menjawab semua rasa penasarannya.

"Kalau ternyata dari Reano, masa iya dia tiba-tiba datang tanpa kasih kabar."
"Dan kalau ternyata bukan dari Araska, terus dari siapa lagi dong?" Gumamnya.

Pertanyaan tersebut memenuhi pikiran Aisley malam itu juga. Niatnya untuk bertanya kembali pada Araska akan ia lakukan ketika kembali berangkat sekolah.

***

Hari berikutnya tiba. Aisley bergegas melaju ke sekolah dengan sepeda kesayangannya. Setibanya di sekolah, pandangannya langsung tertuju ke arah meja tempat duduk Araska.

Araska tak biasanya masuk hingga pukul 07.00 lebih. Hampir beberapa menit ia menunggu kedatangannya, alhasil Araska tak masuk sekolah karena ada keperluan yang membuatnya harus izin tidak masuk.

"Kok kamu kayak orang kebingungan sih Ley?" Tanya Lika yang melihat gerak-gerik keresahan Aisley saat itu.

"Gapapa," jawabnya.

"Gapapa gimana, pasti nyariin Araska. Ya kan?" Goda Lika yang ingin mengembalikan suasana tenang pada diri Aisley.

"Engga juga," jawabnya singkat dengan rasa tak tahan segera ingin menanyakan perihal  penasarannya.

Seluruh jam pembelajaran Aisley terasa tidak bisa sepenuhnya fokus memahami. Karena antara berfikir materi dengan rasa penasarannya dari kemarin.

Bel pulang sekolah berbunyi. Itu tandanya seluruh siswa-siswi diperbolehkan pulang. Aisley segera mengayuh sepedanya menuju ke rumah. Kemudian ia berniat melewati rumah Araska, apakah dia ada di rumah atau tidak.

Setelah melewati rumahnya, keadaan rumah Araska terlihat hening dan memang benar mungkin dia sedang ada keperluan di luar bersama keluarganya. Ia berfikir bahwa lain waktu saja disaat yang tepat untuk menanyakan rasa penasarannya pada Araska.

Aisley memutar laju sepedanya ke arah rumahnya. Ia langsung membersihkan diri dan menuju ke kamar. Dikeheningan suasana kamar ia meraih dan menatap gelang tersebut sambil membatin ‘Sebenarnya pemberian siapa sih benda ini, sepertinya orang itu dekat denganku.’

Antara rasa penasaran dan kegundahan, namun hal tersebut sama aja. Semakin lama ia berpikir keras tanpa berusaha maka hasilnya juga tak akan terjawabkan. Dengan itu, Aisley harus berusaha mencari tahu jawabannya dengan bukti yang akurat.

"Semoga aja besok Araska berangkat biar bisa nanya,"

"Tapi gimana nanyanya?"

"Mikir dulu deh," Gumamnya sembari berpikir.

***

Paginya, kembali dengan rasa penasaran yang masih sama. Aisley menghampiri bangkunya dan melihat ada Araska sudah duduk di sana sedang bermain handphonenya. Berbeda seperti biasanya kali ini ia terlihat lebih cuek.

"Tapi kalo bener yang ngasih itu Araska, kenapa dia ga ngomong langsung aja," Batinnya yang masih ragu akan menanyakan atau tidak.

Tak lama ia berpikir, niatnya yang akan bertanya pada Araska diurungkan karena melihat sikapnya kali ini yang begitu cuek padanya. Yang biasanya pagi-pagi sudah membuatnya geram sekarang tidak. Namun ia merasakan ada sesuatu hal yang kurang karena perubahan sikap Araska.

Pelajaran pun dimulai, rasanya ia tak fokus mendengar guru yang sedang menerangkan. Sesekali ia melirik Araska yang fokus memperhatikan gurunya. Saat guru memberikan tugas Aisley mencuri kesempatan untuk berbicara dengan Araska.

"Kemarin kemana?" Tanyanya dengan suara yang lirih.

"Ada urusan," Jawab Araska dengan singkat dan Aisley yang mendengarnya hanya ber-oh ria.

Mendengar jawaban Araska yang begitu singkat membuat ada sedikit rasa yang janggal di hati Aisley.

Apakah aku salah menanya seperti itu?

Kenapa tiba-tiba jadi cuek, ga seperti biasanya?

***

Waktu istirahat pun tiba, Aisley yang merasa moodnya sedang tidak baik memilih untuk pergi ke perpustakaan seperti biasanya. Sebelum ia beranjak dari kursinya ia melirik Araska sebentar. Ternyata ia melihat Araska sedang menggunakan headsetnya yang entah mendengarkan apa.

"Mau kemana Ley?" Tanya Lika saat Aisley melewatinya.

"Perpus."

"Owh, kantin aja yok bareng kita!" Ajak Lika.

"Ga usah."
Awalnya Aisley ingin menerima ajakan tersebut. Namun, saat ia melihat ekspresi teman Lika yaitu Tyara yang seperti tidak suka padanya membuat ia tak mau menerima ajakan itu.

Ia pun sudah sampai di perpustakaan. Ia mencari buku antologi puisi karena moodnya yang sedang tidak baik sepertinya cocok jika membaca buku tersebut. Pikirnya.

Di tempat lain, terlihat Araska yang merasa bosan karena harus berpura-pura bersikap cuek pada Aisley. Sungguh ia tak betah jika harus seperti ini terus. Ia berjalan menuju suatu tempat, yaitu perpustakaan untuk menghilangkan rasa bosan itu. Ia berpikir jika di sana tidak ada Aisley.

Baru satu langkah memasuki ruang tersebut ia mengedarkan pandangannya dan berhenti ketika melihat Aisley duduk menghadap ke arah pintu sambil membaca buku. Ia pun langsung keluar dari perpustakaan agar Aisley tak menyadari akan itu.

Namun, Aisley sudah terlebih dahulu melihat kedatangan Araska. Ia berpura-pura membaca buku supaya Araska mengira ia tak tahu akan kedatangannya.

"Kenapa sih selalu menghindar?" Batin Aisley sambil membolak-balikkan buku yang ada di depannya namun tidak dibaca olehnya. Kali ini pikirannya sedang tidak fokus.

Disaat yang sama, terbesit sebuah pikiran pada diri Araska mengapa ketika ia mulai menunjukkan sikap cueknya yang bukan sebenarnya pada Aisley. Malah justru terlihat perhatian tak seperti ketika ia berceloteh.

Di posisi seperti itu mereka sama-sama tak enak hati untuk saling diam. Araska berniat supaya Aisley tak curiga bahwa ialah yang memberi kotak misterius itu, sementara Aisley terus menebak mengapa Araska berubah sikap menjadi dingin tanpa alasan yang jelas.

***

Setelah jam istirahat berakhir, Aisley dan Araska kembali ke kelas. Kali ini hanya ada suasana hening antara mereka berdua. Araska yang biasanya memulai obrolan tampak diam membeku dan Aisley masih keheranan akan hal tersebut.

"Kalau ada yang salah sama ucapanku tadi aku minta maaf," Pinta Aisley tiba-tiba menghidupkan suasana antara mereka.

“Kamu ga salah,” Tegas Araska.

“Lah terus, kok masih diem?!” Tanya Aisley yang masih keheranan dengan sikapnya.

“Ya gapapa,” jawabnya singkat.

Hal tersebut semakin membuat Aisley keheranan dan tak sempat akan bertanya soal kotak misterius itu. Jelas saja alasannya karena situasi akan sikap Araska yang tidak mendukung untuk hal itu.

“Duh, sampai kapan harus diem kaya gini,” Batin Araska dalam hati yang tak kuasa akan bersikap acuh pada Aisley.

“Beneran kamu gapapa?” Tanya Aisley sekali lagi yang membuat Araska berpikir mengapa kini dia justru khawatir akan dirinya.

“Iya, em sebenernya,” jawab Araska namun ia tak jadi melanjutkan ucapannya tersebut.

“Kenapa?” Sahut Aisley yang membuatnya semakin penasaran dengan maksud Araska.

Belum selesai Araska akan berbicara, namun guru sudah masuk untuk memulai pelajaran.

"Suka banget ya jadi orang bikin penasaran," Ujar Aisley dalam hati.

Aisley pun mengikuti pelajaran hingga selesai. Rasa penasarannya menjadi-jadi. Namun, ia tidak berani menanyakan akan hal itu. Pertama, tentang kotak misterius itu. Kedua, mengenai ucapan Araska yang sepertinya ingin mengakui sesuatu hal.

ARASLEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang