Empat

704 131 108
                                    

"Kak, ga sarapan dulu?"

Yeosang yang baru saja selesai mengikat tali sepatunya menoleh ke belakang. Kemudian menggelengkan kepala.

"Masih jam tujuh kurang ini kak. Masa udah mau berangkat? Apa ga kepagian?" Mama Yeosang berjalan mendekati anak sulungnya yang kini sudah berdiri menghadapnya.

"Kan biasanya kakak berangkat jam segini juga ma. Kakak harus bantuin anak ekskul lain buat nyiapin upacara," jelas Yeosang.

Tidak hanya di hari Senin Yeosang berangkat lebih pagi. Di hari lain pun sama. Yeosang merasa jabatannya sebagai ketua osis harus bisa mencontohkan murid lain dengan cara bersikap baik. Salah satunya datang ke sekolah tidak terlambat.

Seumur-umur, Yeosang tidak pernah yang namanya terlambat. Jadi ia tak tahu bagaimana rasanya dihukum berdiri di tengah lapangan sambil hormat atau mungkin membersihkan toilet.

Btw, Yeosang juga tidak berminat merasakan hal seperti itu.

"Kakak berangkat dulu ya ma," Yeosang bersalaman dengan mamanya. Lalu saat mengangkat kepala, netranya melihat ke arah papanya yang baru saja turun dari lantai atas sembari membenarkan dasi.

"Pa, kakak berangkat."

Papa Yeosang hanya bergumam tanpa menatap Yeosang. Jangankan menatap, melirik pun tidak sama sekali. Menyahut juga karena Yeosang sedikit berteriak. Mungkin kalau Yeosang berucap dengan volume biasa, bisa saja malah tidak dihiraukan.

Ah sudahlah, Yeosang sudah terlalu biasa diperlakukan begini.

"Kak Ocang tunggu bentar!"

Tangan Yeosang sudah menggapai gagang pintu, hendak membukanya. Tapi teriakan adiknya membuat aktivitas Yeosang terhenti.

"Nih, adek udah narohin roti selai kacang kesukaan kak Ocang dalam kotak bekal. Kak Ocang ga boleh ga sarapan. Nanti kak Ocang sakit," Yeosang mengusak surai rambut adiknya gemas.

"Makasih ya, Taehyun."

Yeosang mengambil kotak makan berwarna biru langit itu lalu memasukannya ke dalam tas. Sementara itu, Taehyun hanya menyengir lebar.

Sulit rasanya jika Yeosang disuruh mendeskripsikan perasaannya sekarang,

Yeosang tahu Taehyun tidak bersalah. Tapi Yeosang juga punya hak bukan

untuk sedikit membencinya?

•••

Yeosang merutuki kebodohannya. Kenapa ia baru menyadari sesuatu? Pantas Yeosang merasa sedikit janggal saat ingin berangkat tadi.

Ternyata ia lupa membawa topi.

Yeosang tidak punya topi cadangan. Biasanya beberapa murid mempunyai topi cadangan yang terkadang diletakkan di kolong meja. Sebut saja topi serep .

(Bagi yang ga tau, biasanya kata serep itu digunain buat 'kunci' yang kalau diartikan secara singkat adalah cadangan)

"Bego," satu kata kasar sudah keluar dari mulut Yeosang pagi ini. Sebenarnya, Yeosang juga sering berkata kasar kok. Apalagi saat bermain game online. Cuma, Yeosang tidak terlalu memperlihatkannya ketika sedang berada di luar, terutama di sekolah.

Yeosang menghela nafasnya kasar. Menggaruk belakang kepala sembari melihat kesana kemari. Siapa tahu ada topi yang tergeletak di atas meja.

"Pagi Yeosang."

"San, kamu bawa topi lebihan ga?"

King Of Disaster | yunsangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang