♡Part 9♡

469 9 0
                                    


"Aaarggh. Jambret" teriak sofia membuat jambret itu mendorong kasar tubuh sofia.

Sofia mengejar jambret itu, menarik tungkai bahunya, sontak jambret itu langsung menejam kasar pisau yang ada disakunya ke perut sofia. Seketika pula, sofia limbung dijalan yang sepi dan sempit itu.

"Sofia..sofia" panggil kak ali dengan menumpukan tubuh sofia di tangannya. Sofia hanya diam, menahan rasa sakit tak tertahankan dari sekujur tubuhnya. Rasanya ia ingin menjerit namun tenggorokannya seolah terjepit. Ia tak bisa berkata apa-apa.

Pandangan sofia mulai mengabur. Nyeri menjalar ke sekujur tubuhnya. Pendengarannya berdengung. Dadanya sesak. Nafasnya tersenggal. Darah merembes kencang dari perutnya. Lalu...gelap.

●●●●🌺🍃🌺●●●●

Kak Ali berjalan mondar-mandir didepan ruang ICU, sesekali menggigiti bibirnya, cemas.

Tak lama kemudian, dokter keluar ruangan lantas kak ali langsung menghampirinya.

"Pasien saat ini masih koma. Pasien kekurangan darah. Sedangkan PMI kehabisan stok darah O-"

"Darah saya saja dok, golongan darah saya O" celetuk seorang cowok yang ternyata adalah yusuf.

●●●●🌺🍃🌺●●●●

Netra coklat madu itu membuka matanya perlahan. Cahaya matahari pagi menelesup masuk kedalam pendarannya. Pandangannya terasa mengabur tetapi tak berlangsung lama. Perutnya terasa perih. Kembali terekam kejadian sore tadi yang hampir membuat nyawanya melayang. Bau obat-obatan membuat perutnya mual seolah ingin meledak, memuntahkan segala isinya.

"Ugh. Dimana ini?" Tanya sofia sembari mengedarkan pandangan ke sekeliling.

"Alhamdullilah kamu udah bangun" Kak ali masuk tergesa-gesa dengan wajah merah padam diikuti yusuf.

"Kak, kakak kenapa?"

"Kamu yang kenapa, sofia? Mengorbankan nyawa hanya demi harta yang gak seberapa? Terlalu gila. Nekat sekali kamu mengejar maling. Kalau terjadi apa-apa sama kamu, kakak bakalan ngerasa mati bersalah. Apa jadinya kalau umi dan abi tau anak gadisnya nyaris mati? Apa jadinya sofiiiahh? Kenapa kamu senekat itu?" Sentak kak ali pada sofia. Ia berusaha mengatur napasnya. Mengendalikan emosinya.

Sofia menunduk, bulir air matanya melimpah ruah, membuat sungai kecil dimatanya, "Maaf kak" cicit sofia dengan suara serak.

Kak ali menghembuskan napas kasar. Ia berbalik, menjambak rambutnya dan menghapus air matanya kasar.

"Kakak yang minta maaf. Gak bisa jagain kamu. Saya hanya bisa marah-marah aja"

"Enggak kak, sofia yang salah. Sofia minta maaf"

Kak ali menatap lembut sofia. Menghapus air mata sofia dan mengusap lembut kepalanya yang tertutup hijab.

"Oh iya, ini yusuf. Dia yang udah donorin darah buat kamu"

Sofia mengalihkan pandangannya ke yusuf, ia tak menyadari keberadaan pemuda itu. Suasana harunya bersama sang kakak, membuatnya tak memperdulikan sekitar.

"Kamu?" cetus sofia bingung.

"Kamu kenal sama yusuf" celetuk kak ali.

"Hah? Yusuf?"

"Iya. Yusuf Arysid Muhammad. Dia yang udah donorin darah buat kamu"

"Namanya kayak gak asing deh? Tapi siapa ya?"

"Saya pernah satu pesantren sama kamu sofia"

"Ka..kamu..yusuf yang dulu gemuk itu?" Tanya sofia sembari menggembungkan pipinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cadar Sang Pendosa (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang