Unsur intrinsik kekecewaan hati yang dialami oleh Reza, ia harus melihat pengkhianatan cinta dari seorang ayahnya dan juga dari kekasihnya. Bagaimana kah Reza melalui semua itu?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari yang baru telah dimulai kini Reza bukan lagi seorang anak yang memakai seragam putih biru yang duduk di bangku SMP. Pagi ini awal pagi barunya menggunakan seragam putih abu-abu, langkah awalnya menuju kehidupan yang lebih besar.
"Pagi bi!" Sapa Reza kepada bibi yang tengah menyiapkan sarapan pagi.
"Pagi den, udah siap kesekolah?" Tanya Bi Marni.
"Udah dong bi." Jawab Reza mantap.
"Ayok sarapan dulu den bibi udah masak." Pinta Bi Marni. "Itu bekalnya Uda Bibi siapin ya."
"Iya Bi, makasih."
Dari kecil Reza sudah diasuh oleh Bi Marni, tak heran jika Reza menganggap Bi Marni seperti ibu kandungnya sendiri, begitu juga Bi Marni perempuan janda tua yang tidak mempunyai anak, sudah menganggap Reza bak anak kandung nya sendiri.
★*★*★*★*★
Senin pagi seluruh siswa sudah sibuk berbaris di lapangan sekolah bersiap untuk mengikuti upacara pagi itu. Para murid baru yang keliatan masih bingung keliatan berserakan kesana-kesini. Guru BP yang di bantu anak Pramuka berusaha menyusun murid baru agar berbaris dengan rapi didalam barisan. Terdengar suara begitu lantang dan besar dari salah seorang anak Pramuka menertibkan barisan.
"SIAAPP GRAAK!" para murid yang sudah dalam barisan langsung berdiri dengan tegap dan rapi. Namun para murid baru masih keliatan masih ada yang gelisah mencari barisan terutama Reza.
"Hehhh... Cepat bariiss!" Bentak salah seorang anak Pramuka.
"Heh kamuu... masih aja mondar-mandir, dimana barisan kamu?" Tanya kakak kelas anak Pramuka sambil menatap dengan garang.
"Gatau kak." Jawab Reza.
"Apa kamu bilang? GATAUU." Tanya kakak kelas tersebut dengan nada yang semakin meninggi, membuat semua orang disitu melihat kearah keributan.
"Sini Kamuu!" Perintah kakak kelas tersebut menyeret Reza dengan cara yang kasar, lalu menolak Reza untuk masuk dalam barisan. "Diam disini kamu!"
"Gabisa lebih baik lagi caranya?" Tanya Reza terlihat kesal.
"Kenapa mau marah? kamu udah salah, udah gapunya barisan, diam kamu disini." Perintahnya.
"Saya manusia bukan binatang yang diperlakukan dengan kasar seperti itu." Terlihat Reza mulai tidak tahan dengan emosinya, siapa yang bisa sabar jika ditarik baju lengannya dengan cara yang kasar lalu ditolak seakan membuang sampah.
"Kalau memang bukan binatang seharusnya kamu gunakan akal pikiran dan sudah berbaris dari tadi BODOHH." Jawab kakak kelas tersebut juga mulai memanas.
"Apa kau terlihat cukup pintar untuk mengatakan seseorang bodoh? atau kau memang bodoh namun menutupinya dengan mengatakan itu."
Setelah Reza mengatakan itu dengan hitungan per detik terdengar suara "Tasss" tamparan yang cukup keras melayang ke pipi Reza membuatnya nyaris kehilangan keseimbangan. Tak terima akan hal itu, Reza yang sudah naik pitan emosinya langsung berlari dan meluncurkan satu pukulan keras tepat Dimata sebelah kanan kakak kelas tersebut. Perkelahian antara dua orang itu pun berlangsung, para siswi pada menjerit-jerit dan bubar dari barisan terlihat beberapa orang yang berusaha mengelerai perkelahian tersebut, guru yang diatas podium meminta untuk menghentikan perkelahian, barisan sudah semakin kacau balau semuanya menjadi fokus dengan perkelahian itu. Satu tendangan mutlak berhasil diarahkan Reza di dada kakak kelas tersebut dan membuatnya terjatuh dan Reza langsung lari mendekati dan beberapa pukulan langsung diarahkan secara membabi buta, para siswa tidak ada yang berani mendekat takut terkena pukulan salah arah. Perkelahian bisa dihentikan setelah guru bernama Ibu Dinda menenangkan Reza, terlihat Kakak kelas tersebut mukanya yang bonyok mata disebelah kanan lebam dan beberapa luka di bagian pelipis dan bibir.