Part 13

16 4 0
                                    

Kalo ada typo coment:v

Damar memasukkan baju nya kedalam tas ransel miliknya dengan kasar, ia sangat kecewa sekali dengan papanya.

"Mar, kamu mau kemana?" tanya Adel sedikit ketakutan dan tidak ada sahutan dari Damar.

Damar mengaitkan kembali genggaman jarinya dan menarik Adel keluar dari kamarnya. Adel hanya menuruti saja, kalo boleh jujur saat ini Adel kebelet pipis karena menahan rasa takutnya. Belet pipisss kann...

Saat mereka berdua melewati meja makan Akbar berhasil mencekal tangan Damar. "Lo mau kemana sih, Mar?" tanya Akbar khawatir.

"Bukan urusan lo!"

"Udah biarin aja Bar anak kurang ajar kayak gitu, emang anak gak bisa diuntung nyesel saya sudah besarin kamu!" sahut Buwono, papa Damar.

"Papa apa-apaan sih?! Ini tuh anak papa!" bentak Akbar.

"Dia bukan anak kandung saya, dia hasil perzinaan bundanya! Dia aja tidak tau bahwa bundanyaa itu seorang pelacur!"

Kali ini emosi Damar sudah tidak bisa ditahan lagi, ia menghampiri papanya namun dengan sigap Adel berhasil menarik nya kembali dan menatap dengan tatapan memohon.

"ANDA BOLEH HINA SAYA, TAPI JANGAN DENGAN BUNDA SAYA! YANG PANTAS DISEBUT PELACUR ITU ISTRI ANDA YANG ADA DISEBELAH ANDA!" kata Damar emosi.

"Bunda itu juga bunda Akbar sama kak Fely juga pa! Tega papa bilang begitu?!" sahut Akbar.

"Ini kenapa jadi kayak gini sih? Kan ini mau ada acara makan-makan,"

"Saya tidak sudi makan satu meja dengan orang yang sudah hina bunda saya! Jadi anda dan suami anda dengan yang lainnya silahkan makan sendiri saya permisi," kata Damar lalu berjalan menuju luar rumah, namun masih 3 langkah Damar berjalan papanya sudah meneriakinya lagi.

"Oh iyaa, kamu sebenarnya bukan anak saya melainkan anak pelacur dan orang lain disana, semoga saja arwahnya diterima di sisi Nya," kata Buwono penuh penekanan, Damar tidak berbalik badan sedikitpun.

Hati damar hancur sehancur- hancurnya sudah hampir sepuluh tahun ia tidak tah bahwa papanya bukanlah papa kandungnya. Pantas saja ia tidak diperlakukan tidak adil oleh papa dan mamanya. Mereka lebih sayang kepada Akbar dan Fely, kakak nya.

"Papa cukup!" Akbar berlari menuju tempat Damar dan Adel berdiri. "Mar lo jangan pergi, lo gak kasian ke gue apa? Gue sendirian disini kak Fely juga belom pulang dari Aussie, cuma lo yang bisa ngertiin gue meskipun sikap lo kek kulkas 35 pintu, plis lo jangan pergi Mar," kata Akbar memohon kepada adiknya yang tidak mempedulikannya saat ini.

"Gue pergi."

"Lo mau pergi kemana sih? Nanti lo mau makan apa? Lo mau tidur mana?"

"Distro gue," kata Damar tidak menoleh sedikitpun lalu menarik tangan Adel keluar dari rumah tersebut yang ia anggap neraka selama ini.

Damar memasuki mobil sport miliknya diikuti oleh Adel. Tidak ada yang berbicara sedikitpun disitu, Adel masih terlihat ketakutan dan menahan air matanya sekuat tenaga agar tidak jatuh, memang bukan dia yang dibentak namun ia tidak bisa mendengar kata-kata kasad seperti tadi. Lain dengan Damar, ia menahan emosi sekuat tenaga agar tidak di lampiaskan kepada gadis sebelehnya, ia mencengkeram setir mobil dengan kuat.

"Mar, aku minta maaf," kata Adel bersamaan dengan jatuhnya air matanya. Hancur sudah pertahanannya.

"Bukan salah lo, gue yang seharusnya minta maaf ke lo," kata Damar seperti biasanya Dingin. "Gausah nangis gue gak suka," lanjutnya

Tentang DamarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang