Part 14

28 4 0
                                    

Laki-laki itu mencoba menghubungi adeknya yang telah kabur entah kemana, ia sudah puluhan kali menelfonnya bahkan ratusan kali, namun hasilnya nihil ponselnya dimatikan oleh sang empu. Adeknya tidak bisa dihubungi mulai kemarin sore sampai pagi saat ini.

Brakk

Laki-laki itu sudah tidak bisa menahan emosinya. "Ini semua gara-gara papa!"

"Akbar! Papa ini berbicara apa adanya sama adek kamu, daripada dia tau sendiri mending papa yang kasi tau kan?" kata laki-laki paruh baya yang masih duduk dikursi meja makan.

"Dia itu anak papa!"

"Aduh ini ada apa sih? Pagi pagi udah pada ribut aja," kata wanita paruh baya yang barusan datang dari arah dapur.

"Lagian cuma masalah kecil aja papa tega ngusir anak papa sendiri!" bentak Akbar napsu. Buwono menghela nafas kasar. "Sudah berapa kali papa bilang, dia itu bukan anak papa melainkan anak haram," katanya santai.

Akbar menggeleng kepala heran. "Gak nyangka ya ternyata papa sejahat ini! Secara tidak langsung papa udah hina bunda Akbar sama bunda kak Fely!" kata Akbar menahan emosi.

"Toh, bunda kamu juga udah meninggal," kata Buwono sembari menyeruput kopinya.

"Papa jadi begini karena dipengaruhi mama kan?!"

Buwono memberhentikan aktivitasnya dan langsung menatap tajam Akbar. "Jangan sesekali kamu fitnah mama kamu, dia nggak salah apa-apa yang salah itu emang bunda kamu!"

"Kenapa papa selalu salahin bunda?!"

"Dia bukan wanita baik-baik dia wanita jalang, pelacur dan jadilah adekmu yang nggak punya etika itu. Dia bukan anak papa dia anak orang lain."

"Stop pa! Cukup! Cukup papa jelek-jelekin bunda!" kata Akbar, mukanya sudah merah padam.

"Ini alasan papa lebih sayang ke kamu sama kakakmu, dan ini balasan kamu ke papa? Dengan cara bentak-bentak papa seperti ini?"

"Dia itu juga anak papa, kasian dia pa mau tinggal dimana dia? Disini yang ngertiin Akbar cuma Damar aja,pa!"

"Terserah dia mau tinggal dimana, papa udah nggak peduli. Toh, dia juga punya distro baju sendiri," kata Buwono santai.

Akbar melesat pergi ke kamarnya, ia mencoba lagi untuk menelfon adeknya, Damar. Namun, hasilnya nihil ponselnya tetap saja mati. Ia mencoba memghubungi kakak perempuannya yang berada di Aussie untuk menempuh pendidikannya.

"K-kak? Kak Fely udah dapet kabar tentang Damar belom?"

"Kakak udah coba hubungin Damar, kakak juga hubungin temen-temennya juga tapi mereka nggak ngasih tau kakak, Bar. Kakak yakin Damar baik-baik aja kamu tenang aja ya, kakak tau Damar itu kuat kata kamu dia juga bawa perempuan kan? Ya kali anak orang mau dibawa kabur sama dia. Jadi kakak yakin dia baik-baik aja." Akbar menarik sudut bibirnya, ia merasa lebih tenang sekarang.

"Makasih ya kak udah nenangin aku."

"Iya sama-sama adek ku yang ganteng. Yaudah kakak mau ada kelas nih, nanti lagi ya. Kalo ada kabar tentang Damar langsung chat kakak aja."

"Siap kak." akhirnya perbincangan itu diputus sepihak oleh perempuan yang bernama Felysia Gianina Wicaksono itu.

Akbar mencoba menghubungi Damar lagi, siapa tau ponselnya sudah hidup.

1 detik

2 detik

3 detik

"Halo?"

Suara berat itu membuat Akbar terkejut.

"Halo? gue matiin nih."

"Eh iyaiya. Lo kemana aja sih,Mar?" kata Akbar dengan nada bicara gelisah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tentang DamarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang