2. The Paper

87 15 0
                                    

Sheena mendudukkan dirinya di bangkunya. Belum ada satupun orang di kelasnya. Tidak biasanya ia datang sepagi ini. Ia memang murid pintar, tapi tidak rajin, ketika ia datang lebih pagi tentu saja ada tujuan tertentu, entah itu mengerjakan pekerjaan rumah yang terlalaikan atau menyelesaikan tugas yang tertunda.

Satu persatu murid kelasnya berdatangan, salah satunya menghampiri Sheena yang sibuk mewarnai kartonnya.

"Eh Sheena, itu tugas kita kan? Kok belum selesai?"

Entah kenapa pertanyaan itu terdengar seperti tuntutan. Sheena hanya menghela, malas menatap lawan bicaranya. "Gue banyak kerjaan kemaren. Toh juga gue tanggung jawab kok ini. Lo tenang aja Yo"

Anak lelaki bernama Rio itu sedikit tertohok mendengar jawaban gadis di depannya.

Ia meneguk ludahnya. "M-maaf, kemarin gue ada urusan keluarga Na, jadinya gak bisa ngambil bagian gue. Lo kan udah ngizinin" ucap anak lelaki itu sembari menatap hati-hati wajah Sheena yang tak berekspresi.

"Eh Sheena, tugas kita belum selesai?"

"Katanya mau di setor hari ini kan? Kok belum selesai?"

Dua gadis yang tiba-tiba berkicau didepannya ini semakin memperburuk moodnya hari ini. Mereka bahkan tidak membantu dalam mengerjakan tugas ini meskipun Sheena sudah membagi tugas untuk menggambar, mewarnai dan memberikan detail pada petanya. Bukankah pertanyaan mereka sedikit tidak tahu malu?

"Ini juga gue lagi mau beresin sih, kalian tenang aja. Dikit lagi kok" jawab Sheena dengan nada sedikit tidak enak.

Dua perempuan itu mengeryit. "Kok lo ngegas sih? Kita kan nanya doang. Lo bilang mau di setorin hari ini tapi ini masih di kerjain di sekolah. Lo marah sekarang karena gue gak ngerjain bagian gue? Kemaren aja lo sok baik ngizinin gue karena gue ada urusan sekarang gak ikhlas" cerocos gadis bernama Shifa.

Rio terhenyak mendengar ocehan Shifa. Ia bertatapan dengan gadis di sebelah Shifa seakan mengerti akan situasi tak baik ini.

Sheena menghentikan aktivitasnya, menatap lekat-lekat rekan-rekan satu kelompoknya itu. "Iya gue sok baik. Gue gak mau tugas gue terlalaikan dan nilai gue anjlok gitu aja. Gue gak seperti kalian yang bebas dapet nilai berapa aja. Gue emang sok" Sheena menggigit bibirnya. Air mata sudah berkumpul di pelupuk matanya, salah satu hal yang paling ia benci.

"Tapi gue gak cukup baik buat nerima gitu aja kebohongan kalian"

Sheena berhenti sebentar tersenyum miris. "Atau gue sebutnya kebodohan?"

Kalimat itu berhasil membuat mereka mengeryit tidak suka.

"Lo Rio, alesan lo disuruh bantuin adik lo ngerjain tugas tapi di Facebook lo malah main futsal bareng geng lo. Rina di Facebook juga lo malah ke pasar malem bareng Shifa. Shifa pas bagian lo juga lo malah jalan bareng Rina padahal alesan lo apa? Mau ngerjain remedial matematika? Dan besoknya lo masih nyontek Rio buat remedial matematika lo"

"Yang bikin gue marah di sini bukan karena kalian ga ngerjain tugas, tapi kebodohan kalian ngebohongin gue. Alasan kalian bahkan ga bisa ditoleransi siapapun, kalian bukan sakit ataupun keadaan darurat. Tugas ini kewajiban kalian juga kalian harusnya ngusahain ngeluangin waktu. Gue juga banyak kerjaan dirumah, tapi gue bela-belain bergadang demi tugas kita, Rio, Shifa, Rin" jelas Sheena dengan nada yang bergetar.

"Gue oke-oke aja kalian gak mau ngerjain tugas dan kalian milih berbohong sama gue karena rasa tahu malu kalian. Tapi tolong.. jangan sampai gue tau"

Shifa mendecih remeh melihat air mata Sheena.

"Ini semua kan masalahnya di lo. Lo kan yang gak bisa kerja kelompok bareng? Coba aja kita sepakatin satu hari buat kerjain bareng"

Rina dan Rio mengangguk kukuh, setuju dengan pendapat Shifa.

What Is The Purpose?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang