"Libero itu bukan sekedar persahabatan, tapi keluarga!"
-Leader Libero-🚨typo!!
Jam istirahat yang sudah di tunggu akhirnya tiba, kayla menatap sahabatnya aneh karena dari awal rachel dan yang lainya menghampiri kayla ke kelasnya untuk mengisi perut, terlihat wajah rachel masam dan bergumam kesal. Kayla yang sudah tahu pasti ada hal yang terjadi dengan rachel pun penasaran, tapi ditahan sampai kantin Saja.
Mereka berlima berjalan masuk kedalam kantin yang terbilang sudah cukup ramai, dipenuhi lautan manusia yang kelaparan ingin segera mengisi perut dengan makanan dan minuman yang ada dikantin.Mata rachel menangkap keberadaan Kafka sedang bersama teman-temannya dimeja yang sudah dicap kepemilikan nya oleh mereka, tidak pernah ada yang berani untuk sekedar makan atau ikut duduk disana.
"Wah wah wah rachel lagi liatin gue ya itu dalem banget liatinnya, segitu mempesonakah muka gue?" ucapan ajay barusan mengundang tatapan dari empat temannya yang lain untuk melihat kearah rachel, dan ternyata memang benar rachel sedang melihat kearah meja mereka dengan muka yang sulit untuk diartikan.
Rey dan radit tidak tertarik lagi dan melanjutkan acara mengisi perut mereka, disusul ajay yang melanjutkan permainan di handphone nya.
Hanya tersisa dua orang yang masih tertarik menatap rachel yang juga sudah bersiap duduk dikursi kantin yang kosong.
Salah satu dari mereka berdiri dari duduknya berjalan menghampiri meja rachel dan membuat ketiga temannya sudah tahu siapa yang berulah itu "pepet teroos pepet den jangan kasih kendor" sindir radit yang masih sibuk makan.
Alden menyikut radit yang berada dipingnggirnya "Naon ari sia, aing disini itu mah si kafka bukan gue" langsung mendapat perhatian dari ketiga temanya dan melihat Kafka yang sudah berjalan.
"Loh kaf eh den gue kira lo yang berdiri mau modusin si rachel, kenapa malah si kafka?" alden pun sama bingung nya dengan yang lain, tadinya memang dia yang sudah berniat untuk menghampiri rachel tapi ketika sudah siap berdiri keduluan kafka yang berjalan menghampiri meja rachel.
Rachel mendengus kesal ketika melihat rega yang berjalan kearah meja dirinya.
"ngapain lo hah? Ohya mau diulekin kan muka lo, bentar gue pinjem dulu ulekan nya ke mbak unuy" Rachel berdiri dan akan menuju penjual seblak tapi tertahan oleh tangan Kafka, lalu terkejut bukan main karena baso yang baru saja datang dari pesanan nya di tuangkan sambel oleh kafka.
"Makan nih baso udah gue pakein cabe yang banyak, baik kan gue? Biar tambah pedes omongan lo sekalian bibirnya biar lebih dower"
"KAAAFKAAAA" Bendera perang sudah berkibar.
" Makan tuh cabe"
Ingin rasanya rachel melempar mangkoknya kewajah kafka yang kini sudah menyeringai puas.
"MAU LO APA SIH?! CARI GARA-GARA MULU, GUE SIRAM JUGA DAH INI SAMBEL KE MUKA LO!!" Teriak Rachel kesal dan sudah tidak peduli dengan tatapan orang-orang yang ada dikantin.
Satu tangannya mengambil tempat sambel yang tadi dibawa kafka, dan sudah siap untuk menyiram kafka tapi untungnya tertahan oleh ainaya yang berada didekatnya.
Jika tidak, bisa kalian bayangkan wajah kafka yang tampan itu dapat berubah menjadi lelehan sambel baso.
" Cel tenang, bahaya loh itu cabe nya banyak." suara lembut ainaya menyadarkan acel dari amukan nya.
"istigfar cel setan di dalem badan lo lagi reuni tuh, seneng kan mereka liat lo kaya tadi" kini giliran adel yang menengahi.
"Astagfirullahal'adzim"
KAMU SEDANG MEMBACA
KLISE
Teen FictionIni bukan gambar pudar dalam film potret, hanya sebuah kisah sederhana yang sudah sering dialami tentang obsesi,hati,cinta dan harapan. "Perasaan ini sangat dalam, sehingga aku memilih untuk memendam." -Rachel seizha hermawan- "Cukup perhatikan...