01. Cerita Hanna

4 1 0
                                    

Aku, Cho Hanna. Aku sudah memulai kehidupanku sebagai mahasiswa baru Jurusan Film Studies di Universitas K di Seoul sejak 7 bulan yang lalu. Sejak kecil aku memang sangat menyukai film, aku menikmati setiap film yang ku tonton, alur yang disediakannya, aku ingin membuat filmku sendiri.

Aku mulai menulis sejak tahun pertama SMA ku, bermula menulis di web dengan nama yang disamarkan, hingga mencoba menerbitkan sebuah buku. Aku berhasil menerbitkan sebuah buku di tahun terakhir sekolahku, penerbit sangat menyukai tulisanku namun tidak begitu berjalan lancar. Buku yang ku tulis itu tidak terlalu diminati oleh orang-orang, yah itu memang hanya sebuah karya seorang anak SMA.

Sahabatku, Haddong mengambil jurusan yang berbeda denganku. Dia mengambil Jurusan Teknik Sipil tapi berkeinginan menjadi seorang fotografer sejak dulu. Saat ini aku sedang menemaninya bertanding basket dengan mahasiswa Universitas N. Aku dan Haddong masih seperti yang dulu, selalu bersama kemana pun.

Jika ku ingat-ingat lagi tentang basket, aku jadi ingat seorang lelaki yang pernah menjadi kenangan saat musim semi di usia ku yang 17 tahun. Saat itu aku benar-benar seorang gadis yang sangat kasar. Sudah 3 tahun sejak dia tiba-tiba pergi dan tak mengucapkan perpisahan dengan benar pada kami, aku bahkan belum menerima kabarnya sejak 2 tahun yang lalu. Dia tiba-tiba hilang begitu saja dari kehidupan kami.

3 years ago

Hari yang melelahkan hari ini, aku pulang dari sekolah yang menyebalkan itu. Seharian bermain basket dengan Haddong di sekolah membuatku tertidur di bus saat pulang. Aku suka saat melihat ke luar jendela bus daan melihat orang-orang berlalu lalang disana, aku suka memperhatikan orang-orang dari kejauhan. Hingga tak sadar rasa kantuk mendatangi dan membuatku tertidur. Saat terbangun, aku terkejut dengan fakta kepalaku sedang bersandar di bahu seorang lelaki yang duduk disampingku. Aku dengan cepat mengangkat kepalaku dan meminta maaf padanya sebelum akhirnya memencet bel dan turun di halte sana.

Aku menjadi malu karena melakukan hal itu pada orang yang tak ku kenal, bahkan lelaki itu hanya terus tersenyum padaku. Senyuman itu sangat manis dan membuatku sulit melupakannya, sepanjang jalan aku terus tersenyum jika mengingat senyum lelaki di bus tadi. Aku berjalan cukup jauh karena turun di halte yang salah, aku cukup terkejut dan langsung turun saja dari bus saat itu.

Esoknya, seperti biasa aku ke cafe saat sore hari dan menunggu sahabatku Haddong datang. Sambil menunggunya, aku mengeluarkan laptopku dan mulai mengetik sebuah tulisan. Aku sedang menulis disebuah web, sebuah cerita pendek sebagai hobiku saat ini.

Ting.. pintu cafe terbuka, aku mengarahkan pandanganku ke arah pintu karena berpikir Haddong yang datang. Tapi yang ku lihat saat ini adalah lelaki yang di bus kemarin, sesekali aku mulai meliriknya saat dia memesan minuman. Tiba-tiba dia mengedarkan pandangannya dan membuatku kembali fokus pada laptop di depanku. Saat ini aku bahagia karena bisa melihatnya kembali.

Setelah memesan minumannya, dia tampak berjalan dan duduk di depan jendela sana. Sesekali ku lirik padanya untuk mengetahui apa yang sedang dia lakukan sambil melanjutkan tulisanku. Setelah menghabiskan minumannya, dia pun pergi meninggalkan cafe ini. Sayang sekali tak bisa melihatnya lebih lama lagi.

Hari ini aku ke sekolah seperti biasanya dan sedang menunggu Haddong di halte. Aku dan Haddong sudah bersama sejak kecil, kami sudah selayaknya saudara kandung. Tak banyak orang yang mengatakan kami ini saudara kembar karena selalu bersama kemana pun.

Seisi kelasku sedang membicarakan siswa baru yang akan pindah hari ini, aku hanya berdiam ditempatku karena Haddong di kelas lain dan aku tak akrab dengan seorang pun di kelas ini. Wali kelas datang dan mengatakan siswa pindahan itu berada di kelas kami.

Saat melangkah kakinya masuk ke kelas, mataku tak terlepas darinya. Dia lelaki yang membuatku terus-terusan tersenyum sejak pertemuan tak disengaja kami di bus saat itu. Mata kami sempat bertemu sebelum akhirnya dia berjalan dan duduk tepat di depanku.

February 29thTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang