Ta'aruf

17 5 2
                                    

Dulu aku mengagumi mu tanpa aksi
Menyebut dalam doapun tak sempat
Sekenarionya begitu rumit
Pendengaran sekilas
Cukup membuat hati ini sadar
Sebaik-baiknya harapan  tertuju padanya
Sang pembolak balik hati

-Presepsi-

***

Kini pandangan seisi ruangan menatap kearah Shafira pasalnya hanya ia yang belum memperkenalkan dirinya serta mengumpulkan formulir pendaftaran calon anggota MPK.

"Intrupsi,  siap nama Shafira Dazkiyyah Basighah dari kelas sepuluh mipa 4 siap mengikuti seleksi masuk Organisasi MPK," perkenalannya cukup lantang.

"Apa visi misi kamu masuk MPK?" tanya seseorang anggota MPK pada Shafira.

"Visi saya ingin menjadikan organisasi MPK menjadi lebih unggul," ucapnya terhenti mengambil nafas menetralkan detak jantungnya yang tak normal karena tiba-tiba interview lalu melanjutkan ucapannya, "Misi saya dengan melengkapi landasan hukum MPK,  serta administra internal maupun eksternal MPK," ucapnya yang di acungi jempol beberapa kakak tingkat dan calon anggota lain.

"Terus ngapain dari tadi kamu berdiri?" bentak Febri pada Shafira yang berhasil membuat dirinya kelimpungan.

"Tuh liat ada kursikan?  Apa fungsi kursi? " bentak Salma lagi pada Shafira.

"Ngapain kamu diem aja,  ga pegel berdiri terus," ucap Kafka laki-laki yang memberikan formulir ke kelasnya tadi.

Lalu Shafira duduk di salah satu kursi yang di sediakan.

BRAKKK Febri menggebrak meja dengan keras.

"Bagus ya kamu, ga sopan banget jadi orang," Shafira semakin bingung dengan tingkah kakak tingkatnya.

Wajahnya yang semula masih bisa menutupi kecemasannya dengan senyuman kini sudah berubah menjadi pucat pasi, seakan engsel yang berada di tubuhnya akan lepas.

"KAMU PUNYA ETIKA GA?" tanya Salma tepat di lima cm di hadapan muka Shafira, dengan refleks ia mengalihkan pandangannya pada lantai.

"Kamu ga tau harus ngapain? Punya mulutkan?  Bisa ngomongkan ga bisu?" ucap Kafka dengan sinis.

"Bisu kali Kaf dia," ucap Salma memanas-manasi keadaan.

"Maaf kak saya harus gimana? Mau bicarapun saya ga dikasih kesempatan," ucap Shafira memberanikan diri.

Semua di ruangan itu hening, mendengar perlawanan Shafira.  Seseorang di belakang sana tersenyum bangga dengan perlawanannya yang cukup berani untuk mengawali pahitnya anak organisasi.

"Silahkan laporan akhir," Kafka mengakhiri keheningan dalam ruangan.

***

Shafira keluar dari ruangan Interview tadi, jantungnya masih belum berhenti berdetak tidak normal. Sampai seseorang membuyarkan lamunannya.

"Lewatin aja,  ga usah dilirik," Ucapnya yang  dihiraukan, "Ko bengong sih?" ucap Fajar khawatir dengan Shafira.

"Eh aa, ngapain aa disini?" tanya Shafira baru menyadari kehadiran Fajar.

"Tadi mamah Reni khawatir nyuruh aa buat jemput neng,  takut ayah keburu pulang nanti eneng diomelin katanya," ucap Fajar menjawab rasa penasaran Shafira.

"Makasih ya a," ucap Shafira terseyum tulus.

"Tadi belum di jawab pertanyaan aa," ucapnya lirih namun terdengar oleh Shafira.

Presepsi (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang