14. Perlakuan manis si ketua osis

2.3K 223 54
                                    

"Intinya, saya ingin meminta kepada teman-teman semua, tolong bekerja semaksimal mungkin untuk acara ini." Suara berat milik Rafan itu memecahkan keheningan yang terjadi diruang osis. Rafan mengedarkan pandangan dan menatap seluruh anggota osis yang sedang mengikuti rapat sore ini. "Saya mau, acara ulangtahun SMA Harapan Bangsa yang ketujuh belah tahun ini berkesan. Dan saya benar-benar menaruh harapan besar kepada kalian semua."

"Kamu tenang aja, Fan. Saya dan yang lainnya akan melakukan yang terbaik untuk acara ini." Itu suara Cika, gadis bermata sipit yang menjabat sebagai sekretaris osis.

"Iyap, Cika bener. Kami dengan senang hati akan bantu kamu dan mengerahkan seluruh kemampuan kami untuk acara ini," sahut salah satu anggota osis lainnya, Farel namanya. "Kami juga seneng-seneng aja bantu kamu. Selama ini kamu sudah jadi pemimpin yang baik, menghargai pendapat setiap pihak, dan ramah kepada semua."

"Terimakasih." Rafan tersenyum. "Sejauh ini, osis sudah mengajarkan saya bahwa, untuk setiap pengambilan keputusan dalam hidup ini, membutuhkan rancangan, kematangan, dan juga pengaruh dari orang lain. Saya harap, semua aktivitas yang kita lakukan bisa mencapai suatu hasil dimasa depan." Masih dengan mempertahankan senyumnya, Rafan mengedarkan pandangan. Penuh wibawa, itulah Rafan Lazuard. "Jadi, rapat hari ini sampai disini dulu, maaf sudah memotong waktu istirahat kalian semua. Konsepnya akan saya kirim melalui grup nantinya. Sekian, wassalamu'alaikum warahmatullahi wabaaraakatuh."

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabaaraakatuh."

Rapat berakhir. Seluruh anggota osis mulai keluar satu persatu. Rafan terlebih dahulu membereskan berkas yang tadi ia gunakan, setelahnya cowok jangkung itu keluar dari ruangan, dan tak lupa mengunci ruang osis terlebih dahulu.

Rafan mengedarkan pandangan, sekolah mulai sepi, mungkin kegiatan ekstra sudah berakhir, pikirnya. Hanya tersisa beberapa anak basket yang masih memainkan bola oranye mereka.

"Anak marching udah balik ya?" tanya Rafan kepada Farel yang sedang mengenakan sepatu didepan ruang osis.

"Udah kayanya."

"Oh." Rafan mengangguk. "Gue balik duluan, ya."

"Siap. Hati-hati."

"Yo." Rafan mengacungkan jempolnya, kemudian berjalan melewati koridor dengan santai.

Parkiran sekolah yang sepi membuat Rafan bisa dengan leluasa berlari menuju kearah mobilnya yang terparkir, jika ini adalah Jam pulang sekolah, sudah pasti Rafan tak akan berani berlari diparkiran, mengingat banyaknya kendaraan siswa yang lalu lalang. Dan jangan lupakan geng Alvaro yang selalu membunyikan klakson mereka dengan tidak sabaran, itu sangat menggangu pendengaran tentunya.

"Al ..."

"Kenapa? sakit? gak bisa nafas? takut? kok takut? bukannya lo tadi udah berani nyium gue dan kempesin ban motor gue, kok sekarang takut?"

Suara itu membuat Rafan yang hendak masuk kedalam mobil harus mengurungkan niatnya. Cowok itu bergeming, melangkah dengan perlahan kearah sumber suara tersebut.

"Al."

Setelah melewati tiang pembatas antara parkiran mobil dan motor, seketika mata Rafan terbelalak saat melihat Alvaro mencekik leher Akila. Tak pikir panjang, Rafan segera berlari dan melayangkan sebuah bogeman kerahang Alvaro.

About AlvaroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang