29. Keanehan Rafan

2.5K 219 64
                                    

"Aku mau ikut." Itu adalah dialog pertama yang Rafan ucapkan, saat ia dan Akila sudah masuk kedalam mobil. Pengucapan kalimatnya yang penuh penekanan, memberikan kesan bahwa cowok itu tak ingin dibantah.

"Ikut apa?" Akila mengerutkan keningnya, sehingga membentuk lipatan-lipatan tipis sebagai respon.

"Ikut sama rencana yang akan kamu dan Gema buat."

Kontan Akila menoleh, menatap Rafan dengan sudut bibirnya yang sedikit terangkat. Sungguh! Ia tak ingin orang asing ikut campur masalah ini, cukup Gema yang mengetahui kehidupan keluarganya, Akila tak ingin orang mengetahuinya lebih banyak. Masalah keluarganya terlalu memalukan untuk diceritakan, terlebih Akila bukanlah tipe orang yang suka dikasihani. "Jangan terlalu ikut campur dengan urusan orang lain Fan, mending lo urusin hidup lo sendiri."

"Apapun yang ada hubungannya dengan kamu, itu udah jadi urusan aku juga, La."

"Stupid." Tanpa sadar, nada bicara Akila naik satu oktaf, hingga ada kesan membentak didalamnya. "Kita bukan siapa-siapa, kita cuma orang asing yang dipertemukan disekolah dan akan dipisahkan oleh tempat itu juga."

"Aku gak bakal biarin hal itu terjadi." Terdengar, sebuah helaan nafas gusar. Rafan tak peduli dengan penolakan Akila, karena ini sudah menjadi janjinya dulu, bahwa ia akan selalu disisi gadis itu, dalam keadaan apapun. "Dan satu hal, kita gak dipertemukan disekolah."

"Lo tuh sebenarnya siapa sih, Fan?" Mulai jengah, Akila memejamkan matanya sejak, ia merasa bahwa Rafan sudah melewati batas. Karena pada dasarnya, hubungan mereka memang tidak sedekat itu, tapi sikap Rafan selama ini membuat Akila cukup dilanda rasa gelisah. "Kenapa lo bersikap seolah-olah tau tentang gue?"

"Bukan seolah-olah, tapi aku emang tau," pungkas Rafan, tegas.

"Lo tau gue gak akan pernah suka sama lo Fan, semua orang juga tau kalau gue itu su--"

"Aku gak peduli, La," sergah Rafan cepat. "Persetan dengan semuanya, aku suka sama kamu dan akan milikin kamu, sepenuhnya."

Akila memilih bungkam, tak tahu harus mengatakan apa, sedangkan Rafan disampingnya menghela nafas berat, kemudian mulai melajukan mobil meninggalkan kawasan mal.

Hal yang dilakukan Akila setelahnya adalah memperhatikan gedung tinggi ibu kota dari dalam kaca mobil, gadis itu bahkan sama sekali tidak ada niat untuk memulai percakapan dengan Rafan, cowok jangkung yang mengantarnya pulang tanpa izin sama sekali.

Tiba-tiba lagu yang berjudul Menepi mengalun dengan indah didalam mobil berwarna putih itu. Sekilas, Akila menatap kearah Rafan yang fokus terhadap jalanan didepannya, tak lama gadis itu kembali melempar pandangan keluar jendela.

"Ini lagu kesukaan kamu, 'kan?"

Mata Akila yang tadinya hendak terpejam itu kembali terbuka, menatap Rafan dengan sorot bingung. "Jangan sok tau," katanya, lantas kembali menatap keluar jendela.

Akila tak berbohong. Ia tak akan menampik jika lagu yang mengalun ini memang sangat bagus, menenangkan, dan juga sangat mewakili perasaan. Tapi jika lagu kesukaan, bukan ini lagu yang menjadi favorit gadis itu. Dan lagi, Rafan Lazuard menjadi orang yang sok tahu tentang hidupnya.

"Padahal dulu, kamu suka banget sama lagu ini."

Seutas senyum tipis terpatri dibibir Rafan. Dapat Akila lihat, ada sorot sendu yang terpancar dari manik mata cowok itu.

"Gue tekenin sekali lagi Fan, jangan pernah sok tau dengan kehidupan gue, Karena kita gak sedekat itu," tegas Akila. Disampingnya, Rafan sama sekali tidak menunjukkan ekspresi berlebih, baik amarah, kekecewaan, kekesalan, tidak ada yang menonjol diekspresinya.

"Tapi kamu salah La, Nyatanya kita emang sedekat itu, cuma kamu gak inget aja." Jeda, terlihat Rafan menelan ludah dan membasahi bibirnya. "Dan aku ... Akan buat kamu inget semuanya kembali."

-o0o-


"Woy! Morgan!" Laskar berteriak dan lantas berlari mendekati Morgan yang sedang duduk santai di warung Romusa. Sementara sang empu hanya menoleh sekilas, menatap tak minat kearah Laskar.

"Apa?" Morgan menaikkan sebelah alisnya, pertanda agar Laskar melanjutkan kalimatnya.

"Woy! Nurul!"

Mulut Laskar yang sempat terbuka itu kembali tertutup saat suara Reynaldi menyergah.

Mendengkus, Laskar menatap Reynaldi sembari mencebikkan bibirnya, sedikit kesal lantaran kalimatnya yang dipotong oleh cowok berkulit hitam manis itu.

"Apaan sih," jengah Morgan, hendak bangkit dari duduknya namun terhenti lantaran Laskar dan Reynaldi menarik tangan cowok pelit ekspresi itu.

"Eh, si Nurul! Duduk dulu." Reynaldi melepas jaket hitam yang ia kenakan. Sewaktu mengantarkan Sila pulang tadi, ia mendapatkan berita yang menurutnya cukup menggemparkan.

"Apaan?"

"Lo pu--"

"Lo putus sama Agatha, ya!" sela Laskar cepat, bertujuan memberikan pembalasan pada Reynaldi yang tadi sempat memotong perkataannya.

"Iya."

Hanya itu. Morgan mengatakannya dengan santai, seolah tak terjadi apa-apa.

Tak puas dengan jawaban Morgan, Laskar duduk dan menyerongkan badan, menghadap kearah Morgan sepenuhnya. "Kok bisa putus sih, anjir!"

"Karena bisa," pungkas Morgan, tak minat. Saat hendak berdiri, lagi dan lagi tangannya ditarik oleh seseorang. Kali ini bukan Laskar, melainkan Reynaldi.

"Alasan putusnya apa, Nurul!"

"Karena ..." Morgan memberikan jeda, menatap bergantian kearah Reynaldi dan Laskar. Dua sahabatnya itu nampak tertarik dengan pembahasan ini, seperti Anjing yang hendak diberikan tulang. Sangat antusias. "Agatha terlalu Megabyte untuk gue yang Gigabyte, dan hubungan kita terhalang kapasitas. Makanya putus."

"Hah?" Itu adalah respon yang dikeluarkan oleh Reynaldi dan Laskar. Kedua cowok itu saling menatap satu sama lain, kemudian kembali menatap kearah Morgan. "Bahasa lo ketinggian!"

"Bahasa gue ketinggian atau emang kapasitas otak kalian berdua yang rendah?" pungkas Morgan, dengan senyum miring yang terpatri dibibirnya.

"Anjing!"

"Eh, kalo udah putus bisa kali gue deketin Agatha?" Laskar membeo, yang sontak mendapatkan tatapan tak bersahabat, dari Morgan tentunya.

"Gak boleh!"

"Lah kan udah mantan?"

"Kalo gue bilang nggak, ya nggak!"

"Gimana ya ..." Laskar menatap langit-langit, berusaha memancing Morgan. Ia tahu, sebesar apa perasaan cowok pelit ekspresi itu pada seorang Agatha. Mendapatkan kabar bahwa Morgan putus tadi, membuat Laskar bingung, mustahil rasanya. Mungkin Reynaldi bucin kepada Sila, tapi tingkat kebucinan Morgan Athala pada Agatha jauh diatas Reynaldi, hanya saja cowok itu tidak memperlihatkan didepan umum seperti Reynaldi.

"Gue itu suka sama cewek yang natural, kata Agatha gitu, Gan."

"Oh pantes, makanya kegoblokan lo juga natural."



TBC

Besok udah puasa ya ...

Kira-kira update emaknya pas apa nih?

Jangan keseringan pantengin si oranye!


See you next part!

About AlvaroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang