Perjodohan. Di jaman milenial abad ke 20 ternyata masih saja ada. Diantara milyaran orang di bumi, takdir—menyebalkan— itu dialami oleh Park Sooyoung.
Bagai putri yang tidak bisa menolak pendamping yang dipilih sang raja, Sooyoung harus menerima perjodohan yang dilakukan ayahnya—yang konon telah direncanakan sejak lama.
Sooyoung memang tidak memiliki kekasih juga tidak memiliki orang yang dicintai, jadi ia yakin kisahnya tidak akan seperti di drama-drama. Sooyoung belum pernah jatuh cinta atau mungkin tidak karena selama dua puluh satu tahun eksistensinya ia begitu awam dengan kata yang banyak diagungkan manusia itu. Usianya baru dua puluh satu tahun tiga bulan lalu dan otaknya sama sekali tidak memikirkan apapun kecuali kebebasan. Banyak mimpi yang masih ingin diraihnya.
Sooyoung tidak memiliki banyak kesan pada laki-laki yang ayahnya sebut sebagai calon pasangannya. Lebih tepatnya Sooyoung tidak peduli.
Pertemuan pertama mereka saat makan malam keluarga. Dengan wajah muramnya, Sooyoung hanya melirik sekilas laki-laki itu. Itupun karena dipaksa ayahnya untuk menyapa. Ia mengakui jika calonnya itu tergolong tampan. Tapi setampan apapun itu, tetap saja membuat Sooyoung muak. Bahkan ia tidak bisa mengingat siapa namanya.
Setelah pertemuan itu, ayahnya merencanakan beberapa kencan. Dan dengan berbagai cara yang dilakukannya, Sooyoung tidak pernah datang ke kencan itu. Tidak peduli apakah laki-laki itu datang atau tidak, menunggunya atau tidak. Sooyoung sama sekali tidak peduli. Sooyoung lebih memilih berdiam di flat temannya atau mengerjakan tugas kuliah.
Waktu berlalu begitu cepat hingga hari pernikahan yang sangat Sooyoung benci itu tiba. Pikiran Sooyoung berkecamuk. Keinginan untuk melarikan diri semakin besar. Dua puluh satu tahun hidupnya dalam kekangan sang ayah, entah bagaimana hidupnya setelah pernikahan nanti. Sooyoung takut.
Dan sebuah pesan singkat berisi ucapan selamat dari seorang temannya membuat keberaniannya berada di puncak. Bukan keberanian untuk menjalani takdirnya menikah di usia muda, tapi keberanian untuk mengubah takdirnya.
"Noona, kau hanya bercanda, 'kan?"
Sooyoung menggeleng dengan mantap. Masih dengan gaun dan berbagai atribut untuk pernikahannya, Sooyoung berusaha menerobos tubuh sepupunya yang menghalangi pintu, "Jaehyun-a, kumohon menyingkirlah." Di sebelah tangannya telah siap sebuah ransel berisi beberapa pakaian dan uang hasil tabungannya.
"Kalau tahu kau akan kabur, aku tidak akan menurutimu untuk membawa ransel itu." Yang lebih muda menampakkan ekspresi menyesal sekaligus frustasinya, "Noona, aku bisa dalam masalah."
"Karena itulah kau harus tutup mulutmu. Jangan mengatakan apapun," desak Sooyoung. Waktunya tidak banyak lagi tapi sepupu tampannya itu tetap tidak mau menyingkir. "Jaehyun-a, kumohon."
Dengan tubuh yang lemas, Jaehyun menyingkir, "Kau harus menjaga dirimu, Noona."
.
.
From : Kevin Li
Herzlichen Glückwunsch zu eurem Hochzeitstag!*
Aku tidak menyangka kau akan menikah hari ini, Joy.
Lupakan janjimu untuk menyusulku. I'm okay.
Semoga kau selalu bahagia.
...
.
*(Selamat hari pernikahan)
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't You Know?
Fanfiction[SEHUN X JOY] Sooyoung kabur di hari pernikahannya. Dia pergi ke Jerman untuk mewujudkan mimpinya sebagai arsitek, yang selalu ditentang oleh sang ayah. Delapan tahun mengasingkan diri di negeri orang, Sooyoung kembali ke Korea untuk menghadiri per...